8 • Pembicaraan Di Larut Malam

1K 104 0
                                    

"Drake? Kau mau kemana malam-malam begini?" Tanya Pansy. Dia baru saja kembali dari toilet dan hendak masuk ke asrama putri, tapi karena tidak sengaja melihat pria bersurai platina melintasi ruang rekreasi, langkah Pansy terhenti.

Draco melirik Pansy, menatapnya sejenak tanpa ekspresi, kemudian menjawab sambil lalu "bukan urusanmu."

Alis Pansy segera tertekuk karena kesal. Dia memandang Draco yang berjalan keluar dari asrama. Begitu presensi Draco tidak lagi terlihat, Pansy meneruskan langkah, menghentak-hentakan kaki dengan kesal. Perasaannya jadi buruk setelah menerima respon kurang menyenangkan dari sosok yang dikaguminya.

Sementara itu, jam malam hampir berakhir ketika Draco berjalan mengendap-endap dilorong dungeon. Langkahnya terhenti ketika mencapai pertigaan lorong. Draco menrik diri mundur, merapatkan diri pada tembok, bersembunyi dari Profesor Snape yang baru saja keluar dari ruang pribadinya dan berjalan pergi entah ke mana. Draco mengintip lagi, sekedar memastikan tidak ada lagi orang lain selain dirinya yang berkeliaran di dungeon. Setelah memastikan sudah aman, Draco berjalan hati-hati menuju ruang pribadi Profesor Snape.

Draco mengambil nafas dalam. Karena sering berurusan dengan Profesor yang juga merupakan ayah baptisnya, Draco sudah berulang kali datang ke ruang pribadi Snape, jadi dia sudah cukup tau apa yang ada di ruangan tersebut. Manik abu-abu Draco langsung tertuju pada perapian, dan tanpa membuang waktu, Draco segera mendekat. Berdiri dalam perapian, Draco mengambil sejumput bubuk flo, lantas meneriakan satu nama tempat yang akan dia tuju.

"Malfoy Manor!"

Api hijau menelan tubuhnya, Draco hilang, sekejap kemudian muncul diperapian lain. Ruang tengah Malfoy Manor kini bisa Draco lihat dengan jelas.

Pemuda bersurai silver itu berjalan keluar dari perapian. Waktu hampir menunjukan tengah malam, diwaktu ini Draco tau bahwa kedua orang tuanya biasanya sudah naik ke tempat tidur mereka. Tanpa ingin mengusik untuk memberi tahu kedatangannya, Draco berjalan menuju lorong rumahnya, melewati kamar kedua orang tuanya, lantas pergi menyusuri lorong lebih dalam hingga akhirnya dia tiba di salah satu ruangan yang pintunya saling berhadapan dengan ruang kerja ayahnya.

Draco menghela nafas, menoleh ke arah lorong sejenak, ekspresi wajahnya mengeruh, sebenarnya tidak enak pada kedua orang tuanya. Ibunya mengirimkan surat padanya beberapa hari lalu, mengatakan bahwa ibunya merindukan Draco. Sekarang Draco sudah pulang, tapi dia tidak bisa menyapa, itu membuatnya merasa bersalah. Karena sejujurnya, tujuan Draco, bukan untuk menyanggupi surat sang ibu.

Menghela nafas sekali lagi, Draco membuka pintu yang terkunci dengan mantra Alohomora kemudian melangkah masuk dan menutup pintu kembali.

Ruang penyimpanan artefak keluarga Malfoy turun-temurun. Ada banyak sekali benda diruangan itu, baik pusaka dari setiap anggota keluarga Malfoy terdahulu ataupun artefak yang berhubungan dengan sihir hitam.

Ruangan itu cukup besar, jadi Draco berkeliling, memandangi, mencermati setiap benda yang dipajang. Amat sangat terjaga di ruangan itu. Hingga langkahnya terhenti ketika manik abu-abunya menemukan apa yang menjadi tujuannya datang ke Manor malam ini.

Sebuah gelang terletak dalam etalase kaca, bagaikan pusaka berharga. Warna silver mengilap terpantul cahaya ruangan yang minim. Draco mengeluarkan gelang tersebut dari dalam etalase kaca. Memperhatikan dengan seksama. Keningnya berkerut saat melihat ukiran huruf rune kuno pada gelang tersebut. Meskipun Draco tidak cukup memperhatikan gelang yang dimiliki Granger, tapi Draco yakin bahwa tulisan yang ada di gelang pusaka Malfoy yang dipegangnya sekarang, memiliki perbedan dengan gelang yang dilihatnya tempo hari, namun selain dari ukiran rune, desain kedua gelang sama persis.

Sekelebat ingatan mengenai penglihatan tempo hari bersama Granger, melintas dipikiran Draco. Ingatan saat pria dan wanita yang mereka lihat saling memasangkan gelang. Ekspresi bingung, heran, penasaran tidak dapat terbendung.

Draco tidak bisa tidak memikirkan tentang apa yang dilihatnya hari itu bersama Granger. Draco jelas mengenali siapa mereka saat mendengar nama yang pria itu sebutkan saat pria itu memanggil kekasihnya. Draco tau betul tentang dongeng dengan nama tokoh utama bernama Jane-Anne, dan pasti bukan kebetulan mengapa ia dan Granger diperlihatkan adegan tersebut.

Penglihatannya benar-benar terasa nyata sehingga membuat Draco meriding. Tapi yang lebih menakutkan adalah fakta bahwa dia dan Granger ternyata mendapatkan dongeng yang sama. Entah ini sunguhan kebetulan, atau Profesor Babling sedang bermain-main dengan mereka.

Draco menatap gelang itu sekali lagi sebelum menaruhnya lagi ke dalam etalase kaca, mengembalikan dalam keadaan semula. Dia kemudian keluar dari ruang penyimpanan, menutup pintu kembali. Benar-benar menghilangkan jejak bahwa dia datang ke Manor malam ini.

Draco berjalan kembali ke ruang tengah, namun saat melintasi lorong dan hendak melewati kamar kedua orang tuanya, Draco berhenti karena mendengar sebuah suara.

"Aku harus melakukannya, Cissy. Ini untuk membuktikan diriku pada Dark Lord."

Mata Draco membelakak terkejut. Itu jelas suara ayahnya. Tahun lalu setelah mendengar Potter mengatakan bahwa Voldemort telah bangkit, Draco tertawa, menganggap Potter, anak yang bertahan hidup itu akhirnya kehilangan kewarasan setelah mendapat masalah disetiap tahun sekolah. Mengira bahwa sosok yang ditakuti dunia sihir akhirnya bangkit, Draco tertawa bersama teman-teman Slytherinnya. Tapi ketika ia pulang ke rumah, Draco mendengar sendiri dari ayahnya. Pengakuan yang membuat sekujur tubuhnya merinding, Draco takut setengah mati, apalagi ayahnya mengakui secara gemblang bahwa Malfoy akan berpihak pada Voldemort.

"Kita sebaiknya netral, Lucius, demi Draco," ucap Narcissa.

"Yang kulakukan ini juga demi Draco, Cissy. Dunia sihir sudah sangat kotor di sana-sini karena menerima para mudblood ditanah suci kita. Lingkungan para pureblood telah tercemar. Dengan visi Dark Lord yang ingin membersihkan dunia sihir dari para darah lumpur itu, kita bisa membangun lingungan pureblood untuk Draco dan generasi Malfoy yang akan datang."

"Aku tau, Lucius, niatmu dan ambisimu. Tapi bagaimana jika kita berdiri di pihak yang salah? maka Draco juga akan terseret. Aku tidak mau anaku satu-satunya mengalami hidup yang sulit."

"Tidak ada yang salah, Cissy. Apa kau pikir Dark Lord akan kalah dari anak ingusan Potter?"

Draco masih berdiri di luar kamar, mendengarkan pembicaraan kedua orang tuanya. Draco tau tindaknnya sekarang ini salah, tapi Draco tidak cukup perduli untuk sekedar memikirkannya sekarang.

"Jangan kgawatir, Cissy. Dark Lord yang sekarang, aku yakin bahkan sanggup mengalahkan si tua bangka Dumbledore."

"Baiklah."

Draco bisa membayangkan dengan jelas ekspresi pasrah ibunya saat ini.

"Tapi tugas macam apa yang akan kalian lakukan di kementrian?" Suara Narcissa kembali terdengar. Draco semakin mendekat ke pintu, mendengar lebih jelas apa yang ayahnya katakan.

"Dark Lord membutuhkan bola ramalan Potter."

To Be Continued

A/n

Hallo! Akhirnya aku up fanfic ini lagi~
Sebelumnya, terimakasih untuk kalian yang sudah vote dan komen di chapter sebelumnya. Di Chapter ini jangan lupa vote dan komentar juga ya~

Lost and Found ini dimulai dari film ke-5, dan akan berlanjut sampai final film. Aku memperkirakan 30 atau sekedar 20 lebih chapter. Untuk fanfic, aku nggak terlalu suka nulis terlalu panjang~

Setelah ini, akan ada 1 atau 2 chapter lagi yang latarnya tahun ke-5, setelahnya, cerita akan berlanjut ke tahun ke-6. Seperti di cerita asli, kisahnya bakal lebih dark, jadi ditunggu ya, meskipun akan sedikit lama~

Sudah dulu, ya.
See you in the next chapter~

ʟᴏsᴛ ᴀɴᴅ ғᴏᴜɴᴅ ↬ᴅʀᴀᴍɪᴏɴᴇ ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang