--Lizkook--
.
.
.
Musik di dalam rumah begitu keras saat kami mendekat. Jika Ayahku tidak ada disini, lalu siapa disana? Aku tahu Georgiana adalah istri barunya tetapi hanya itu saja yang aku tahu.
Apakah ini pesta anaknya? Berapa usia mereka? Dia punya anak, bukan? Aku tidak ingat. Ayah tidak memberitahuku dengan jelas. Dia bilang aku akan menyukai keluarga baruku tetapi dia tidak bilang siapa keluarga baru itu.
"Jadi, Jungkook tinggal disini?" tanyaku.
"Ya, dia tinggal disini, paling tidak saat musim panas. Dia pindah ke rumahnya yang lain sesuai musim."
"Rumahnya yang lain?" Taehyung tertawa,
"Kau tidak tahu apa-apa tentang keluarga yang dinikahi ayahmu, kan Lisa?" Dia tidak tahu. Aku menggelengkan kepala.
"Pelajaran singkat sebelum kita masuk ke dalam kegilaan," jawabnya sambil berhenti di puncak tangga yang mengarah ke pintu depan dan menatapku.
"Jeon Jungkook adalah kakak tirimu. Dia adalah anak tunggal dari drummer terkenal Slacker Demon, Jeon Bongjun. Orang tuanya tidak pernah menikah. Ibu nya, Georgiana, adalah satu penggemarnya saat itu. Ini rumahnya. Ibunya bisa tinggal disini karena dia mengijinkannya." Taehyung berhenti dan melihat ke belakang pintu, dan membukanya.
"Ini semua adalah temannya."
Seorang cewek tinggi, berambut pirang strawberry, langsing memakai gaun mahal pendek berwarna biru dan sepasang heels yang jika aku mencoba untuk memakainya akan mematahkan leherku mereka berdiri disana menatapku.
Aku tidak melewatkan kernyitan di wajahnya. Aku tidak mengenal orang seperti ini tapi aku tahu tempat belanja bajuku bukanlah sesuatu yang dia datangi. Meskipun aku punya serangga yang merayapiku.
"Well, halo Nannette," jawab Taehyung dengan nada mengganggu.
"Siapa dia?" gadis itu bertanya, mengalihkan tatapannya pada Taehyung.
"Teman. Hapus ancaman dari wajahmu Nan, itu terlihat tidak cocok untukmu," jawabnya, meraih tanganku dan mendorongku masuk kedalam rumah dibelakangnya.
Ruangan itu tidak seramai yang aku bayangkan. Saat kami melewati serambi yang terbuka lebar, sebuah pintu masuk melengkung mengarah ke tempat yang aku kira adalah ruang tamu. Meskipun begitu, ruangan itu lebih besar dari rumah terakhirku atau rumah yang pernah menjadi rumahku. Dua pintu kaca berdiri dengan pemandangan laut yang mempesona. Aku ingin melihatnya lebih dekat.
"Sebelah sini," ajak Taehyung sambil dia berjalan menuju...bar? Yang benar saja? Ada bar di dalam rumah?
Aku menatap orang-orang yang kami lewati. Mereka semua berhenti saat itu juga dan menatapku sekilas. Aku merasa tersanjung.
"Jungkook, kenalkan Lisa, aku yakin dia mungkin milikmu. Aku menemukannya di luar dan terlihat sedikit tersesat," ucap Taehyung dan aku mengalihkan tatapanku dari kumpulan orang-orang yang penasaran untuk melihat siapa itu Jungkook.
hy
Oh. My.
"Oh ya?" jawab Jungkook dengan malas dan maju dari posisi santainya di sofa dengan bir ditangannya.
"Dia menarik tapi masih muda. Tidak bisa dikatakan dia milikku."
"Oh, dia memang milikmu. Ayahnya pergi ke Paris dengan ibumu selama beberapa minggu kedepan. Aku akan bilang sekarang dia adalah milikmu. Aku akan sangat senang menawarinya kamar ditempatku jika kau mau. Hanya saja jika dia berjanji untuk meninggalkan senjata mematikannya di truk."
Jungkook mengernyitkan alisnya dan mengamatiku lebih dekat. Matanya berwarna aneh. Menarik namun ganjil. Warnanya bukan coklat. Bukan juga kehijauan. Warnanya hangat dengan iris berwarna perak melingkupinya. Aku belum pernah melihat yang seperti ini sebelumnya. Apa mungkin itu lensa kontak?
"Bukan berarti dia milikku," akhirnya dia menjawab dan bersandar lagi di sofa dimana dia berbaring saat kami muncul.
Taehyung membersihkan tenggorokannya. "Kau bercanda, kan?"
Jungkook tidak menjawab. Malah dia minum dari botol berleher tinggi di tangannya. Tatapannya bergeser pada Taehyung dan aku bisa melihat peringatan disana. Aku akan meminta ijin untuk segera pergi. Ini tidak bagus.
Aku hanya punya dua puluh dolar di dompetku dan aku hampir kehabisan bensin. Aku sudah menjual semua yang aku miliki. Ketika aku menelpon ayahku aku bilang kalau aku butuh tempat tinggal hingga aku dapat kerja dan menghasilkan cukup uang untuk menyewa tempat sendiri. Dia langsung setuju dan memberiku alamat ini mengatakan padaku dia akan sangat senang jika aku mau tinggal bersamanya.
Perhatian Jungkook kembali padaku. Dia menungguku untuk mengatakan sesuatu. Apa yang dia harapkan untuk kukatakan? Sebuah seringai terlihat di bibirnya dan dia mengedipkan mata padaku.
"Aku punya banyak tamu malam ini dan semua kamar sudah penuh." Dia mengalihkan tatapannya pada Taehyung.
"Kupikir lebih baik kita membiarkannya pergi untuk mencari hotel hingga aku bisa menghubungi Ayahnya."
Rasa jijik di lidahnya saat dia mengatakan kata "Ayah" telah lenyap tanpa diketahui. Dia tidak seperti ayahku. Aku tidak bisa menyalahkannya. Ini bukanlah salahnya. Ayahku yang mengirimku kemari. Aku sudah menghabiskan banyak uang untuk membeli bensin dan makanan di perjalanan menuju kemari. Kenapa aku harus percaya pada pria?
Aku meraih dan menarik koper yang masih tetap dipegang Taehyung.
"Dia benar. Aku seharusnya pergi. Ini adalah hal sangat buruk," aku menjelaskan tanpa melihatnya.
Aku menarik keras koper dan dia melepaskannya dengan sedikit enggan. Rasa perih menyengat mataku saat aku sadar aku merindukan rumah mulai menusukku. Aku tidak sanggup melihat mereka.
Berbalik, aku menujupintu,menahan kesedihanku. Aku mendengar Taehyungberdebat dengan Jungkook tapi akumengabaikannya. Aku tidak mau mendengar apa yang dikatakanpria tampanitu tentang aku. Dia tidakmenyukaiku. Itu terlihat jelas. Ayahku nampaknya bukanlah anggota keluarga yang diharapkan.
"Kau akan segera pergi?" sebuah suara yang mengingatkanku pada sirup lembut bertanya.
Aku mengangkat kepalaku untuk melihat senyum gembira pada gadis yang membuka pintu sebelumnya. Dia juga tidak ingin melihatku disini. Apakah aku menjijikkan bagi semua orang? Aku langsung menjatuhkan tatapanku pada lantai dan membuka pintu. Aku masih punya banyak harga diri untuk tidak membiarkan jalang itu melihatku menangis.
Saat aku sampai di luar rumah dengan selamat aku menangis terisak dan berjalan menuju trukku. Jika aku tidak membawa koper aku akan lari. Aku harus mencari perlindungan. Aku masuk ke dalam trukku, bukan di dalam rumah lucu itu dengan orang-orang sombong. Aku rindu rumah. Aku rindu Ibuku. Isakan lainnya meluncur bebas dan aku menutup pintu truk dan menguncinya dibelakangku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Fallen Too Far
RomansaHope you Like this one . . . . . . Original : By Abbi Glines Remake : Fstory96