4

49 5 0
                                    

--LizKook--

.

.

.

Taehyung berjalan di belakang dan tidak berkata apa-apa padaku saat kami menuju dapur. Dapur itu besar dengan meja batu pualam hitam dan peralatan rumah tangga yang banyak. Mengingatkanku pada sesuatu dari majalah dekorasi rumah.

Kemudian dia membuka pintu yang terlihat seperti jalan lebar di pantry. Bingung, aku melihat sekelilingku kemudian mengikutinya masuk ke dalam. Dia berjalan ke belakang ruangan itu dan membuka pintu lain.

Dia punya cukup ruang untuk masuk dan meletakkan koperku di ranjang. Aku mengikutinya dan berputar di sekitar ranjang ukuran twin yang hanya meninggalkan jarak beberapa inci antara ranjang dan pintu. Aku benar-benar ada di bawah tangga. Sebuah meja kecil ada diantara ranjang dan dinding.Selain itu, tidak ada apa-apa lagi.

"Aku tidak tahu di mana kau akan menyimpan kopermu. Kamar ini kecil. Aku sebenarnya tidak pernah kesini." Taehyung menggelengkan kepalanya dan kemudian mendesah.

"Dengar, jika kau ingin tinggal di apartemenku kau bisa. Paling tidak aku akan memberimu kamar yang bisa membuatmu bergerak di dalamnya." Ucapan Taehyung yang manis membuatku tidak ingin menolak penawarannya.

Dia tidak membutuhkan tamu tak diundang untuk menempati salah satu kamarnya.Paling tidak disini aku bisa menyembunyikan diri jadi tidak ada seorang pun yang akan melihatku.Aku bisa membersihkan sekitar rumah dan mendapatkan kerja di suatu tempat. Mungkin Jungkook akan membiarkanku tidur di kamar kecil yang tak terpakai ini sampai aku punya cukup uang untuk pindah.Aku tidak merasa seolah aku terpukauada disini.

Aku akan mencari toko bahan makanan besok dan memakai dua puluh dolarku untuk membeli makanan. Selai kacang dan roti akan menjadi makananku selama seminggu atau lebih.

"Di sini sempurna. Aku akan baik-baik saja disini.Selain itu,Jungkook akan menelpon Ayahku besok dan mencari tahu kapan dia akan kembali. Mungkin Ayahku sudah punya rencana.Aku tidak tahu.Terima kasih sekali lagi, aku sangat menghargai tawaranmu."

Taehyung melihat sekeliling kamar sekali lagidan merengut.Diatidaksenang pada kamar ini tapi akumenyukainya.Dia sangatperhatian.

"Aku tidak suka meninggalkanmu disini.Rasanya salah." Dia menatapku sekarang dengan suara memohon.

"Ini hebat. Lebih baik daripada trukku." Taehyung mengerutkan dahi,

"Truk? Kau berencana tidur di truk?"

"Ya, benar. Kamar ini,bagaimana pun juga,memberikan aku sedikit waktu untuk mencari tahu apa yang akan kulakukan selanjutnya."

Taehyung menjalankan tangannya ke rambut shaggynya.

"Maukah kau berjanji sesuatu?" tanyanya.

Aku bukan orang yang suka berjanji. Yang aku tahu dari janji adalah mereka mudah dilupakan. Aku mengangkat bahu. Hal terbaik yang bisa kulakukan.

"Jika Jungkook menyuruhmu pergi, telpon aku."

Aku akan menyetujui dan tahu jika aku tidak punya nomor telponnya.

"Dimana ponselmu jadi aku bisa memasukkan nomorku?" tanyanya.

Hal ini akan membuatku terdengar makin menyedihkan.

"Aku tidak punya." Taehyung menganga padaku,

" Kautidakpunya ponsel? Tak herankaupunya senjata."Taehyung meraih ke sakunya dan mengeluarkan sesuatu yang mirip kuitansi.

"Kau punya pulpen?" Dia dengan cepat menuliskan nomornya dan memberikan kertas dan pulpen padaku.

"Telpon aku. Aku serius."

Aku tidak akan pernah menelponnya tapi dia baik sekali dengan tawarannya. Aku mengangguk. Aku tidak menjanjikan apa-apa.

"Kuharap kau tidur nyenyak disini." Dia melihat sekeliling kamar kecil itu dengan rasa khawatir di matanya. Aku akan tidur dengan nyenyak.

"Tentu," aku menyakinkan dia.

Dia mengangguk dan keluar dari kamar menutup pintu dibelakangnya. Aku menunggu hingga aku mendengar dia menutup pintu pantry sebelum aku duduk di ranjang di samping koperku. Ini akan baik-baik saja. Aku bisa menjalaninya.

.

.

.

Fallen Too FarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang