7. Keputusan

106 6 1
                                    

“Huuuh, yak suamiku pergi dan rumah ini kembali menjadi kosong.. Enaknya ngapain ya?”, gumam Temari.

“Aku benar benar tidak terbiasa dengan suasana rumah kosong.. Biasanya ada Kankuro atau Gaara yang akan usil.. Yah hari ini aku coba merapikan taman saja deh”.

Temari mengambil gunting taman dan mulai merapikan pepohonan di taman belakang rumahnya. Menata tanaman dan membersihkan kolam ikan.

Pukul 2 siang.

“Uh akhirnya selesai!”, ucap Temari sambil mengelap keringat yang ada di dahinya dengan lengannya.

“Makan siang hari ini apa ya? Kayaknya takoyaki enak deh.. Beli ah”.

Temari bergegas mandi dan mengganti pakaiannya kemudian pergi ke pasar.

“Oh ya ampun lihat itu”.

“Bagaimana bisa?”.

“Sepertinya dia semalam diterkam oleh binatang buas deh”.

Temari hanya menatap sekeliling melihat orang-orang seperti menyindirnya.

“Nak, lehermu.. ”, tegur seorang nenek-nenek.

“Maaf? Ya?”.

“Ini cermin, lihatlah lehermu nak”, ucap nenek tersebut.

“Astaga”.

Temari melihat lehernya ada bekas melingkar yang membiru. Apalagi kalau bukan ulah keganasan Shikamaru.

“Terima kasih sudah menegurku nek..”, ucap Temari.

“Sama sama.. Nak.. ”.

Temari membuka kain yang mengikat pinggangnya. Ia menjadikan kain itu sebagai syalnya. Menutupi bekas keganasan Shikamaru semalam.

“Huh.. Hari ini melelahkan.. Tapi aku akan makan takoyaki ha-ha! Ha.. ha.. haa... aa..”, suara Temari menjadi lirih.

“Si sialan itu kapan kembali.. Aku kesepian tau.. ”, gumam Temari. Ia merasa harus beradaptasi dengan kondisi seperti ini. Padahal dua bulan yang lalu Temari lebih sering menginap di Sunagakure daripada berada di Konoha.

“Apa ini yang Shikamaru rasakan saat tidak ada diriku ya”.

“Akuuu bosaannn”.

“Huhh”.

“Aku tidur saja deh, sudah lama aku tidak tidur nyenyak..”.

Temari mencuci bekas makannya dan bergegas untuk tidur.

Temari berbaring diatas kasurnya dan menatap langit-langit.

“Ukhh”.

“Apa keputusanku menikah dengan dirimu sudah tepat ya?”.

“Kankuro sialan.. Kau benar.. Mungkin aku memiliki seorang anak tidak akan berpengaruh pada kesehatan ku”.

“Lagipula aku berbeda dengan ibu”.

“Bagaimana ini?”.

“Aku rindu kalian berdua”.

“Kalian jangan pergi”, Temari menitikkan air mata kemudian terlelap.

“Kau dengar itu?”, bisik Kankuro.

“Dia mulai gila berbicara dengan dirinya sendiri”, balas Gaara.

Asal kalian tahu, hanya dua orang kurang ajar yang masuk rumah Temari lewat balkon tanpa permisi. Kankuro dan Gaara.

“Hoaaamm”.

“Uhh.. Jam berapa ini? Sudah malam ya?”.

“Selamat malam Nee-san”, ucap Kankuro.

“Kalian?”.

Nara family Fan StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang