4. pasrah dan sah.

305 39 1
                                    

Happy Reading~

.
.
.
.

Berakhir dengan mereka yang saat ini tengah duduk menunggu sang penghulu datang.

Tunggu, penghulu?

Ya, satu jam telah berlalu. Kedua orang tua sang lelaki —Narendra yang kerap kali di sapa Naren itu sudah duduk dan berbagi obrolan dengan kedua wali dari Windu.

Setelah melewati satu jam lebih yang begitu menegangkan dan sedikit mengesalkan, akhirnya mereka semua sudah sepakat untuk menikah sirih kan kedua empu yang tadi kepergok.

Baik dari Naren maupun Windu, keduanya sudah sama sama membela diri dan menjelaskan dengan begitu detail kepada orang tua mereka masing masing yang sudah mereka beri kabar untuk datang kesini.

Naren menghela nafas gusar nya, ia tidak bisa menolak ketika sang ayah justru ikut turun tangan dengan suara yang begitu lantang bahwa ia dan gadis bersurai hitam dengan panjang sebahu itu akan menikah secara mendadak.

Sang ibunda tentu saja menyetujui sepakatan itu, jujur saja empat bulan terakhir bunda nya selalu menanyakan apakah dirinya mempunyai kekasih? Apa ada niatan untuk menikahkan? Atau bahkan bertunang? Hei, naren saja tidak mempunyai perempuan yang dekat ataupun seseorang yang spesial.

Sial, masalah ini menurut Naren hanyalah masalah sepele yang terjadi karna kesalah pahaman.

Wali dari Windu juga menyetujui itu karna... Ternyata, ayah dan bunda nya sudah saling mengenal dahulu dengan kedua orang paruh baya yang notabene nya adalah orang tua dari windu.

Secara serempak mereka menyepakati untuk menikahkan kedua insan yang tidak saling mengenal itu, awal nya Windu menolak dan memohon untuk tidak menikahkan dirinya bersama Naren. Tapi, iren dan satya memberi sedikit penjelasan yang membuat naren dan windu menyetujui itu. Ralat, sedikit menyetujui.

Pasrah. Hanya itu yang ada di benak Windu maupun Naren.

Dengan balutan jas berwarna hitam dan celana yang senada, di tambah rambut hitam sedikit kecoklatan yang terlihat lebih fresh dari sebelum. Naren meneguk air liur nya sedikitgugup jantungnga berdetak tak karuan layaknya disko.

Di ruang lain, Windu juga merasakan kegugupan yang sama. Sejujurnya windu ingin menolak acara ini, tapi sang mami dan kak karin memberi pengertian sedikit demi sedikit tentang apa yang sebenarnya terjadi Dulu hingga membuat iren dan orang tua dari Naren menyetujui keputusan itu.

"Windu.. Jangan ngelamun terus dong sayang" Ujar Karin Sembari mengelus surai hitam sang adik. Mereka semua adalah keluarga, walaupun tidak ada ikatan darah sedikit pun.

Windu tersenyum tipis dengan menatap balik kakak nya ini "iya kak, windu cuma lagi pengen bengong aja kok hehe"

"Nak Windu, Penghulu nya sudah datang, ayo nak windu keluar" Tiba tiba seorang wanita paruh baya datang dari arah pintu masuk ke kamar pemilik rumah ini.

"Nah tuh udah dateng, ayo keluar" Ajak karin

Dengan balutan dress putih sederhana yang menurut windu terlalu terbuka ini dan rambut yang di hias seadanya, make up pun hanya se adanya. Windu meminta untuk tidak berlebihan atau menor menor, bahkan windu memilih lipstik yang soft alias malah jadi terlihat pucat. Namun hal itu tidak membuat windu aneh ataupun jelek sekalipun, justru itu membuat windu semakin terkesan anggun dan elegant.

Dengan di dampingi salah satu warga dan karin, windu berjalan dengan perasaan yang begitu gugup.

Sesampainya di ruang tamu pandangan windu bertemu dengan pemuda yang nantinya akan menjadi suaminya. Ah suami nya ya? Windu membatin dengan pasrah.

MINE | Whitory [Jaeminjeong]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang