"Ni-ki"
"Ni-ki!"
"Nik, bangun woy! mau sampe kapan tidur disini!? Gih, pulang sana" ucap pria yang duduk disampingnya, sambil menghisap cerutu yang terapit di jarinya.
Ni-ki yang baru saja bangun hanya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, mendengar kata pulang, kepalanya mulai terasa sakit seperti di tusuk ribuan jarum, dia tidak ingat tinggal dimana.
Namun Ni-ki enggan bertanya karena malu tidak ingat alamat rumahnya sendiri, nanti kalo ditanya balik dia malah bingung sendiri dan takutnya orang yang di tanya juga ngk tau dia tinggal di mana.
"Gue di sini aja", Jawabnya disertai helaan nafas berat. Entah mengapa tubuhnya merespon begitu cepat seolah mengerti maksud dari lawan bicaranya, sedangkan ingatannya? Itulah satu-satunya bagian terpenting dalam cerita ini.
Dia tak ingat apa pun, semakin kuat Ni-ki memaksa, semakin kuat juga rasa sakit yang ia rasakan.
"Semenjak putus sama Asa lo jadi sinting, ya?", Ejek pria di sampingnya sambil terkekeh.
Yang di ejek membalas dengan tatapan sinis dan bergumam tidak jelas lalu lanjut termenung, mencoba ingat perlahan apa yang sebelumnya terjadi.
"Jadi hubungan lo sama Anna gimana? "
Deg!
Bagaikan terkena serangan jantung, tiba-tiba saja tubuhnya mati rasa dan pandangannya kabur sampai membuat dirinya sulit untuk bernafas. Ni-ki juga merasakan sesuatu yang mengalir begitu deras dari mata dan hidungnya.
Melihat orang di depannya panik dan ketakutan. Pria tersebut berteriak panik dan berusaha untuk menolong Ni-ki.
"To..tolo..ngin..gue.. Hee..seung", entah nama siapa yang Ni-ki sebut, namun itu keluar tiba-tiba dari mulutnya. perasaan sakit luar biasa hingga membuatnya sulit untuk berbicara jelas bahkan bergerak saja tidak mampu.
"Fuck! Bertahan Ki, kita kebawah! ", Ucap pria bernama Heeseung tadi dengan panik.
Dia berusaha membopong tubuh Ni-ki yang jauh dari kata ringan itu, namun Heeseung benar-benar berusaha menolong N-iki turun dan membawanya ke UKS sekolah.
Heeseung sempat juga mengelap darah yang mengalir dari mata dan hidung Ni-ki dengan lengan bajunya dan menarik tangan Ni-ki untuk menutup hidungnya sendiri, meminta Ni-ki bertahan selama ia mencari bantuan.
"Gue panggil guru lo tungguin di sini, jangan di lepasin! ", Teriaknya sambil berjalan buru-buru ke ruangan guru.
Tersadar dari tidur panjangnya, Ni-ki membuka mata perlahan dan melihat sorot lampu yang langsung menusuk pupil matanya membuat sang empu meringis kesakitan.
"Gue dimana? ", Gumamnya pelan.
"Ni-ki, syukur lo udh bangun, tunggu bentar gue manggil dokter dulu"
Heeseung langsung beranjak pergi keluar ruangan, setelah merasa lega melihat temannya yang selamat dari kejadian mengerikan yang baru saja ia alami barusan.
Tak berselang lama, seseorang masuk tanpa mengetuk dan berjalan mendekati Ni-ki, bukan dokter, suster ataupun Heeseung melainkan seorang gadis cantik berambut hitam panjang.
"What are you doing? I told you to survive! Ini udh kelima kalinya aku kasih kamu kesempatan, don't make it worse, you must survive or you will die soon!", Ucap gadis itu sambil menunjuk wajah Ni-ki dengan jari telunjuknya.
Tentu saja Ni-ki bingung dia bahkan tak mengerti maksudnya apa dan siapa gadis ini?, Keadaannya semakin memburuk ketika Heeseung datang dan menarik kasar rambut sang gadis dan membuatnya meringis kesakitan.
"You think you can help him!? " , nada suaranya berubah menjadi lebih berat bahkan ada seringai seram di wajahnya.
Bak kesurupan kuda lumping, bercanda ges.. Heeseung yang ada di sana bukanlah Heeseung yang asli, dia adalah algojo yang menyadari adanya kecurangan dari si pemain dan menjaga ketat setiap peraturan permainan yang mereka jaga.
Siapapun pemain yang melakukan kecurangan akan mendapatkan peringatan pertama, hingga tiga kali peringatan, Pemain akan di diskualifikasi. Para algojo sudah pasti dengan senang hati menyiksa dan membunuh para pengkhianat, tak peduli orang itu pria ataupun wanita, semuanya sama tak ada yang membedakan mereka.
Gadis yang memberinya peringatan tadi kabur setelah Heeseung yang asli masuk dan mengalihkan atensi si algojo untuk mengeksekusinya.
Tak ada yang bisa melihat mereka, kecuali Ni-ki. Ia melihat dengan jelas, dokter dan suster berjalan menembus algojo itu tanpa merasakan atau melihatnya. Melihat keadaan yang tidak menguntungkannya, sang Algojo memilih pergi dan mencari gadis tadi.
"Sampai ketemu lagi, tuan muda", ucap sang algojo, sebelum menghilang.
Tentu saja Ni-ki bergidik ngeri, algojo tadi juga sempat memperlihatkan adegan seorang wanita paruh baya yang di ikat ke tiang kayu besar dengan api yang menyala di bawahnya.
Entah apa maksudnya tapi yang pasti hal itu membuat Ni-ki merinding sekujur tubuh, wanita itu bahkan tidak menunjukkan ekspresi kesakitan ataupun memohon ampun untuk di lepaskan, hanya wajah pasrah dan air mata yang sempat menitik keluar setelah kobaran api merah melahapnya habis disertai sorakan orang-orang sekitar.
Namun penampakan tersebut belum membuatnya mengerti dan ingat tentang kejadian sebelum dirinya berada di tempat ini. Bahkan apa yang dikatakan sang gadis tersebut, tidak membantu apapun.
Takut ia lupa lagi, Ni-ki mencatat semua ucapan gadis itu dan mengabaikan seseorang yang melihatnya terheran-heran.
"Kamu ngk papa Rik?"
Itu bukan suara dokter melainkan..
//////
Aku revisi dikit dari bab sebelumnya hingga seterusnya, semoga lebih baik. Selamat membaca, thanks udah mampir..... (aku ngetiknya pake laptop jadi ngk bisa nambah emot, sorry guys)Vote&komen..✨
KAMU SEDANG MEMBACA
End (NI-KI x Asa) [revisi]
Fanfictionit's like a love story with a heart broke but little crazy