[episode 1. 2/4 rokok Kafael]
"Aku rindu kehangatan dan kebahagiaan
dalam sebuah keluarga,
bukan cacian apalagi makian"
Setelah selesai melakukan solat subuh, mereka akan lanjut mengaji.
Dan sekarang sudah pukul 8 pagi dan mereka juga sudah melaksanakan solat Dhuha.
Sekarang mereka dan Santri" yang lainnya tengah berkumpul di dapur, mengantri untuk mengambil sarapan.
"Eh ada yang liat Kafael ga?"
Akbar berjalan memasuki dapur sembari bertanya, santri di sana banyak yang menggelengkan kepala.
"Eh.. bukannya tadi dia ke halaman belakang ya?" Kata Nino, ia tadi sempat melihat Kafael berjalan ke arah halaman belakang.
"Yaudah Abang mau periksa dulu" ucapnya lagi dan hendak berbalik.
"Eh bang ga sarapan dulu?" Itu Abyan yang bertanya.
Akbar berbalik dan menghela nafas pelan, "ya makanya Abang pengen cari Kafael biar kita bisa sarapan bareng" jelas Akbar.
"Aku ikut!" Ucap Malik dan Nino berbarengan, setelahnya mereka saling melempar pandangan satu sama lain.
"Ya udah ayok kalo mau ikut" ajak Akbar dan mulai berjalan terlebih dahulu.
Aydin, Abyan dan Ilyas mereka bertiga saling melempar pandangan.
"Kita juga ikut!" Teriak ketiganya dan mulai berlari menyusul yang lainnya.
"Pasti lagi ngerokok"
Batin Akbar berkata, "semoga aja engga" gumamnya hampir tidak terdengar.
Dan saat mereka sampai di halaman belakang, pandangan pertama yang mereka lihat adalah Kafael dengan posisi terduduk di ayunan kayu, sebatang rokok yang sudah menyala terjepit di antara jari telunjuk juga jari tengahnya, sedang menghembuskan nafas yang juga berbarengan dengan kepulan asap rokok yang keluar dari mulutnya.
"Benar dugaanku" gumam Akbar.
"Kafael"
Panggil Akbar, Kafael dengan cepat langsung menoleh ke arah suara, ia terkejut tapi juga mau bagaimana, ia sudah tertangkap basah sedang merokok.
Membuang sisa puntung rokok itu ke tanah lalu menginjaknya hingga padam.
Kafael dapat melihat raut terkejut dari kelimanya, kecuali Akbar, Kafael sempat bingung kenapa raut wajah Akbar terlihat seperti biasa saja, seperti sudah sering melihatnya merokok.
Ya padahal tanpa di sadari Kafael, Akbar memang sering memergokinya tengah merokok.
"B-bang"
Jawab Kafael gugup, mau bagaimanapun tindakannya ini salah, karna sudah tertulis di peraturan kalau setiap santri tidak ada yang boleh merokok.
Kafael bangkit dan menunduk, ia jujur benar" gugup.
Akbar tau kalau Kafael pasti merokok juga ada alasannya, Akbar tau itu, karna Akbar juga pernah berada di posisi Kafael saat ini, hanya saja ia bisa sedikit lebih mengontrol dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
7 Shooting star
Acakketujuh remaja santri dengan ceritanya dan juga tentang penyakit yang di deritanya. "bukan kita yang menentukan alur hidup, bagaimana pun alurnya kita harus menerimanya" -akbar Bramantyo. "ikut ayah atau ibu, aku sungguh muak mendengarnya" -nino Ald...