III

1.2K 144 36
                                    

"Kamu beneran gapapa?" Tanya Junghwan pada Doyoung yang kini duduk di sofa lengkap dengan segelas air hangat di tangan.

Doyoung mengangguk, "Gapapa, makasih Junghwan." Cicitnya pelan.

Walau sempat ragu, Junghwan akhirnya memberanikan diri untuk duduk di sebelahnya, tentu dalam batas jarak aman hingga Doyoung tidak perlu mundur agar posisi mereka tidak terlalu dekat.

"Kamu dipecat beneran? Kayaknya kantormu gak sejahat itu buat pecat karyawannya tanpa alasan?"

Ada jeda cukup lama sebelum Doyoung menjawab pertanyaan Junghwan, ia bahkan menyempatkan diri untuk meletakkan gelas yang sebelumnya ada di tangan ke atas meja rendah di depan.

"Emang lagi ada pengurangan karyawan."

Junghwan mengangguk paham, sementara isi kepalanya berusaha mencari topik agar ia dapat berbincang lebih lama dengan mantan kekasihnya.

"Terus tadi siang kenapa telepon aku?" Tanya Junghwan lagi.

"Aku lupa alamat rumah kita." Jawabnya jujur.

Kita. Entah kapan terakhir kali Junghwan mendengar kata itu.

"Kok bisa?"

Doyoung menggigit bibir bawahnya sendiri, ia kesulitan mencari jawaban yang tepat dari semua pertanyaan Junghwan.

"Ya lupa aja, kan baru ini naik taksi lagi, biasanya kemana-mana sama kamu."

"Terus kenapa telepon pakai ponsel orang lain?"

"Aku lupa bawa ponsel, dan cuma inget nomor telepon kamu."

"Kenapa gak minta jemput aku?"

"Kan kamu masih kerja, aku gak mungkin ngerepotin-"

"Aku gak ngerasa kamu repotin."

"Tapi aku yang ngerasa ngerepotin kamu, lagian aku masih bisa sendiri." Jawab Doyoung, intonasi yang cukup tinggi membuat Junghwan mengurungkan niat untuk membahasnya lebih jauh. "Dan kita juga udah gak punya hubungan apa-apa, tinggal nunggu waktu yang tepat buat salah satu dari kita keluar dari sini."

Harapan untuk kembali menjalin hubungan yang sempat muncul seketika sirna ketika Junghwan mendengar kalimat laki-laki yang duduk di depannya.

Ia kira setelah kedekatan mereka beberapa hari belakangan dapat membuat kemungkinan itu membesar, tapi nyatanya tidak. Sepertinya Doyoung telah benar-benar membencinya.

"Aku gak akan keluar dari sini." Balas Junghwan.

"Of course, uang kamu yang paling banyak dipakai buat bayar rumah ini. Aku yang bakal pindah nanti."

"Aku juga gak izinin kamu buat keluar dari sini."

"Kamu pikir aku masih butuh izin kamu?"

"Kamu tanggung jawabku, Doyoung."

"Not anymore, Junghwan. Kita udah gak ada hubungan apa-apa."

Junghwan tidak menjawab pertanyaan Doyoung dan memilih untuk bangkit dari tempatnya, berjalan lurus menuju kamar yang beberapa minggu ini Doyoung tempati lalu menarik kunci yang tergantung di lock case.

"Kamu ngapain?" Tanya Doyoung yang ternyata mengikuti langkahnya.

Dan Doyoung masih belum mendapat jawaban sementara Junghwan justru sibuk melepas salah satu kunci cadangan yang ada di sana lalu meletakannya ke dalam kantong celana.

"Ngapain sih?" Protes Doyoung lagi.

"Kayak yang kamu bilang, rumah ini dibayar mostly pakai uangku, jadi anggap aja kamu salah satu penyewa di sini." Jelas Junghwan.

Final Chapter [Hwanbby]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang