CH ⁰⁴

1.5K 113 18
                                    

°
°
°

Tiga bulan lamanya, Wang Yibo baru menginjakkan kedua kakinya di mansion Wang. Dia melangkah masuk ke dalam bangunan megah di sana. Sedikit terkejut dengan semua perubahan interior di dalam mansion tersebut.

Ornamen, warna, semuanya berubah. Seolah tempat ini menjadi bangunan baru.

"Selamat datang, Tuan .." sambut kepala maid di sana.

Yibo hanya mengangguk, kembali melanjutkan langkahnya.

"Tuan Wang, maaf ... Tuan Xiao Zhan menitipkan ini pada saya, untuk memberikan pada Tuan." Maid itu memberikan sebuah amplop pada Wang Yibo.

Yibo menerimanya, awalnya dia ingin membuang amplop tersebut namun hati kecilnya meminta untuk membuka isi kertas tersebut.

Wang Yibo mendudukkan tubuhnya di sofa ruang tamu. Membuka isi kertas di dalam amplop yang ia pegang. Membaca lamat-lamat tulisan indah yang diukir oleh jemari lentik Xiao Zhan.

"Yibo, .. maaf aku membawa anak-anak pergi. Aku tau, kau tidak akan peduli. Hah .. aku tidak akan mengakui kesalahan yang tidak pernah aku lakukan. Aku tidak peduli kau mengatakan aku egois atau apapun itu.

Aku hanya ingin memberitahu kan padamu, sesuai apa yang aku ingat pada waktu itu.

Malam itu aku menunggumu, seseorang datang dan aku pikir itu dirimu. Tapi dugaanku salah, dia orang asing yang pernah bertemu denganku sebelumnya. Dia pernah mengenalkan dirinya sebagai Lin Yu. Aku mengabaikannya, ternyata aku salah .. dia justru bertindak di luar ekspektasi ku.

Malam itu aku di sergap oleh anak buah Lin Yu. Aku tidak bisa melawan, aku terlalu lemah. Yang aku ingat, pria itu menyuntikkan sesuatu pada tubuhku. Setelah itu aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi selanjutnya.

Aku hanya ingin menegaskan, aku tidak salah Yibo ..

Ah, dan satu lagi .. aku sudah meminta para pengawal mu untuk merubah isi mansion mu 100%. Agar kau tak lagi bisa mengingat kenangan buruk tentang kita. Bukankah kau sangat jijik padaku? Jadi aku membersihkan semua yang berhubungan tentangku.

Terima kasih, sudah menjadi obat sekaligus racun untukku. Namun kali ini aku tidak akan mencoba mengakhiri hidupku. Terima kasih, sudah memberikan dua malaikat kecil untukku.

Semoga hari mu menyenangkan tanpa seorang jalang murahan seperti diriku."

Wang Yibo memejamkan kedua matanya erat. Meraba dada kirinya yang terasa sangat nyeri, seperti ada sengatan aliran listrik tegangan tinggi menyengat tubuhnya. Sakit .. yah! Itu yang Yibo rasakan.

"Lin Yu ... " Geram Wang Yibo. Meremas kuat kertas yang ada di tangan kanannya. Entah mengapa hatinya yang terdalam mengatakan jika Xiao Zhan tak bersalah, namun egonya kembali mengingatkan tentang malam itu. "ARGHHHH!! BRENGSEK!!"

Drttt ... Drttt ...

Wang Yibo mengangkat sambungan telponnya dari sang kakak.

"Datanglah ke markas."

PIP!

Wang Yibo bergegas pergi ke markas rahasianya.

Tak butuh waktu lama, Wang Yibo sampai ke tempat tersebut. Dia memasuki ruang tahanan di mana Wang Zhuocheng berada.

"Siapa dia?" tanyanya. Menatap pria asing yang nampak sudah babak belur di hadapan Wang Zhuocheng.

"Cepat katakan!!"

JDUAGHH!!!

Wang Zhuocheng menendang wajah pria di hadapannya.

"A-aku anak buah Lin Yu." Bergetar suara pria itu.

Wang Yibo menajamkan pandangannya, dia mendudukkan tubuhnya, menjambak kasar rambut pria tersebut hingga membuatnya mendongak kesakitan.

"Katakan! Apa yang sebenarnya terjadi malam itu!" gertak Wang Yibo.

"Tidak ... aku tidak akan mengatakan apapun padamu, haha..." Tawa mengenaskan pria itu.

Wang Zhuocheng berdecak kesal, memperlihatkan layar ponselnya yang tertera foto keluarga pria tersebut. "Masih tidak ingin mengatakannya, hm? Baiklah ... jangan salahkan aku jika keluargamu aku kirim ke neraka bersamamu!"

"Ja-jangan ... jangan sakiti keluargaku. A-aku akan mengatakannya. Aku akan mengatakannya!!!" Teriak pria itu ketakutan.

Wang Zhuocheng berseringai, "Cepatlah! Jangan membuang waktu ku."

Pria itu menatap sinis ke arah Wang Yibo, jika bukan karena ancaman Wang Zhuocheng, dia tidak ingin mengatakan apapun pada mereka berdua.

"Malam itu, tuan Lin Yu memintaku untuk menyabotase cctv apartemen mu. Setelahnya kami datang dan langsung menyergap istrimu. Tuan Lin Yu menyuntikan cairan aprodisiac dosis tinggi pada istrimu. Setelahnya .. tuan Lin Yu ..." Pria itu terkekeh sinis, melirik ke arah Wang Yibo yang kini nampak menahan amarah. "kau mungkin berpikir jika tuan Lin Yu menyetubuhi istrimu, heh .. tidak, istrimu terlalu kotor untuk menjadi pemuas nafsu tuan Lin Yu."

JDUAGHH!!!

Krakkk!!

Wang Yibo hilang kendali, mendengar hinaan pria itu pada sang istri membuat otakku mendidih. Tanpa ingin mendengar penjelasan pria itu lagi, Yibo langsung menginjak kepala pria tersebut lalu mematahkan lehernya.

"Hah .. hah ..." Napas Yibo memberat, amarahnya memuncak. Dia butuh pelampiasan. Dengan kasar dia merampas revolver dari tangan Wang Zhuocheng. Menembak kepala pria di bawahnya berkali-kali hingga kepala pria itu hancur tak berbentuk.

"BRENGSEK!!!" Umpat Wang Yibo dengan tubuh bergetar.

Wang Zhuocheng meraih revolver miliknya dari tangan sang adik. Merengkuh tubuh pria tersebut, dan memberikan ketenangan.

"Andai kau bisa bersabar sedikit lebih lama, mungkin kau tidak akan kehilangan milikmu."

"Xiao Zhan ... apa yang sudah aku lakukan pada istriku?" Gumam Wang Yibo, mengingat dirinya pernah menampar, berkata  kasar, bahkan menendang tubuh istrinya. Andaikan saja waktu itu dia mendengarkan dan mempercayai ucapan Xiao Zhan .. mungkin --- hah, semua hanya tinggal perandaian semata.

.
.


Yuan dan Xizhui kini bersekolah di sekolah umum, mereka sama sekali tak mengeluh. Bahkan mereka lebih senang dan leluasa karena peraturan sekolah umum tidak terlalu ketat seperti sekolah elit sebelumnya.

Xiao Zhan membuka bisnis rumah makan untuk mencari kesibukan. Meski tabungan yang ia miliki masih cukup banyak dan tak akan membuatnya kekurangan. Semasa menjadi istri Wang Yibo, Xiao Zhan juga sering menjadi investor di beberapa rumah sakit dan perhotelan berbintang. Jadi, meskipun tidak melakukan pekerjaan apapun, uang Xiao Zhan masih mengalir deras.

"Kepalaku sangat pusing." Xiao Zhan mendudukkan tubuhnya, memijit pelipisnya yang terasa sedikit berdenyut.

"Tuan butuh sesuatu?" tanya bawahan Xiao Zhan.

"Tolong, ambilkan aku air hangat." pintanya.

"Baik, Tuan."

Tak lama bawahan Xiao Zhan kembali seraya membawa segelas air hangat untuk Xiao Zhan.

"Terima kasih."

Xiao Zhan pun meminum air hangat tersebut, tapi--

"Mphhh ..." Dengan cepat Xiao Zhan berlari ke toilet.

Hoek! Hoek!!

Dia begitu mual, perutnya terasa diaduk-aduk tak karuan.

"Hah ..." Napas Xiao Zhan memburu, dengan pelan dia membasuh wajahnya yang nampak begitu kacau. Dia menatap pantulan gambarnya di depan cermin. Tangan kanannya terulur mengelus perut datarnya.

"Maafkan Mommy .. kau harus hadir di saat seperti ini. Tapi Mommy berjanji padamu, Mommy akan menjagamu sepenuh hati Mommy." Senyum Xiao Zhan, meski berderai air mata.


FUCKING II [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang