——–✧—–—
—✧—
Aku menutup lembaran catatan ku. Setelah melakukan obrolan panjang sebelum Lee Jihoon pamit untuk bersekolah, aku melewati hariku dengan melanjutkan penyelidikan di TKP. Tak banyak yang kudapatkan, namun tinggal selangkah lagi untuk menemukan pelaku dari kasus ini. Tentu saja polisi yang telah membuat daftar tersangka dengan alibi yang kacau.
Namun, ada suatu hal yang ku khawatirkan, apa jadinya jika pelaku bukanlah salah satu dari tersangka yang telah ditetapkan? Karena korban merupakan pejabat negara, semua yang terlibat pasti tak hanya bagian dari orang terdekat atau musuh politiknya saja. Bisa saja siapapun, dan orang manapun.
Alih-alih bepergian bersama teman lama, aku juga membagi fokusku untuk dua hal yang berbeda selama itu. Yak, aku pun akan mencari seseorang dengan kriteria yang cocok dengan si pelaku.
Batasan ciri-ciri pelaku pun kupersempit. Seperti yang kukatakan saat penyelidikan malam pertama, pelaku merupakan orang dengan tinggi melebihi 185 cm, gemar memakan permen-karena bukan kebetulan saja jika pelaku memakan permen hanya saat melakukan pembunuhan, itu artinya ia sering melakukannya, dan ia cukup genius dalam membuat strategi pembunuhan ini.
Omong-omong membahas kegemaran pelaku dalam memakan permen, aku baru ingat jika Lee Jihoon juga sangat terobsesi dengan permen. Ada saja saat jam pagi, siang, atau malam saat tidurnya selalu saja membuka bungkus permen lolipop nya 'chupa chups'. Tapi itu bukan berarti ia pelakunya, kan? Lagipula apakah ia masih terobsesi dengan benda manis itu atau tidak, tidak ada yang tau.
Setelah mencari solusi dengan pemikiran yang rumit, aku bersiap diri selama beberapa saat. Kali ini aku memakai beige casual dress yang dilengkapi dengan sweater sebagai luaran dan rambut yang digerai bergelombang. Kurasa begitulah gaya sebagian anak ibu kota.
Sesuai janjiku, aku datang ke sekolah Lee Jihoon untuk menghampirinya karena aku yang memaksanya untuk menemaniku. Aku bersandar di pagar tembok SMA Moonsung. Hah, sial! Aku tak tau jika akan selelah ini untuk mencapai sekolahnya-dia tidak bilang jika sekolahnya berada di ketinggian ini, aku paling sebal berjalan dengan lintasan yang menanjak. Andai saja aku menuruti perkataanya untuk menunggu di kantor polisi, keringatku pasti tidak berceceran seperti ini.
Samar-samar suara bell pulang terdengar dari dalam gedung sekolah ini. Sesaat kemudian, para siswa keluar gerbang dengan beriringan. Kurasa aku terlalu mencolok, banyak siswa yang menatapku dengan tatapan asing. Ada pula yang mencoba untuk menggodaku dengan siulan buruknya. Biarlah, tak masalah selama mereka tidak menggangu ku secara fisik.
"Hai, cantik. Mau kemana, nih? Pulang bareng yuk" dasar, si setan ini muncul duluan mendahului doaku yang belum sempat kuucapkan.
Menoleh ke arah suara, aku terkejut melihat segerombolan 4 siswa lelaki-preman sekolah kurasa, sedang memandangku dengan tatapan menggoda. Najis sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐖𝐇𝐎'𝐒 𝐓𝐇𝐄 𝐆𝐄𝐍𝐈𝐔𝐒, 𝐥𝐞𝐞 𝐣𝐢𝐡𝐨𝐨𝐧 × 𝐟𝐞𝐦! reader
Mystère / Thriller-· si pembunuh itu telah membuat semua ini menjadi lebih rumit!