—–'✧'—–
--✧--
Aku memejamkan mataku perlahan. Mencoba untuk terlena dalam dunia mimpi. Sementara mataku berusaha terpejam, pikiranku malah berkelana menuju faktor kegundahan yang terjadi akhir-akhir ini.
Dengan kasar aku mengusap wajahku dan kembali membuka mataku. Aku mendengus sebal sembari menatap tajam langit langit kamarku, "sial, Ini sudah jadi kasus besar semenjak korban adalah calon ketua parlemen senjutnya! sampai kapan aku harus bersandiwara seakan tak peduli dengan semua ini?!"
Samar-samar terdengar suara langkah kaki di balik pintu kamarku membuatku kembali memejamkan mata. "nak, apa kau masih terbangun?" tanya ibuku sembari mencoba mengetuk pintu kamarku.
"iya. Ada apa, ma?" sahutku
"ada tamu dari pihak kepolisian. Mereka datang untuk menjemputmu. Kau paham maksud mama. Segeralah bersiap. Biar Mama yang mengurus izin sekolahmu."
Mendengar hal tersebut membuatku bangkit untuk duduk dari posisi ternyaman ku. Aku menyeringai puas dengan kekehan ringan lolos dari kerongkonganku. "pada akhirnya akan selalu seperti ini, kan?"
____
Mobil yang kunaiki melintasi keheningan malam yang menusuk. Ditemani oleh dua orang anggota kepolisian yang duduk di bangku depan. Aku cukup mengenal mereka sejak aku bergabung pada divisi pertama empat tahun lalu.
"bagaimana perkembanganya?" ucapku memecah keheningan. Karena ini bukan jam produktif, mereka dengan mudah kalut dengan pikiran masing-masing.
"ada sesuatu yang menarik perhatian selama pembunuhan berlangsung" jawab pak kim yang duduk di kursi pengemudi.
Alisku menukik tajam, tak mengerti maksud ucapan itu. Kepalaku menunduk sembari menyisir anak rambut dengan jariku, seakan isi kepalaku dipenuhi dengan bermacam pertanyaan. "menarik perhatian? bagian mana yang menarik perhatian?"
"kami ditugaskan untuk tidak membuka suara sebelum nona detektif menemui kepala divisi anda," Pak Jang-polisi satunya melirik ke arah spion dalam mobil yang langsung bertatapan denganku.
Kerutan muncul di dahiku sebelum aku menoleh keluar jendela dengan menyeringai. Jadi begitu rupanya arti ucapan yang dikatakan pak Kim. Ini benar-benar menarik.
Aku mendengus sebal, rasanya aku benar benar tidak sudi berbicara dengan kepala divisi. Aku akan memotong reputasinya jika ia menghalangiku lagi kali ini! Batinku berkecamuk atas kalimat hinaan batin yang kulontarkan kepada kepala divisi, sementara ekspresi ku terlihat seperti bahagia membayangkan reputasinya yang hancur.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐖𝐇𝐎'𝐒 𝐓𝐇𝐄 𝐆𝐄𝐍𝐈𝐔𝐒, 𝐥𝐞𝐞 𝐣𝐢𝐡𝐨𝐨𝐧 × 𝐟𝐞𝐦! reader
Misteri / Thriller-· si pembunuh itu telah membuat semua ini menjadi lebih rumit!