CHAPTER 3

33 14 7
                                    

Chapter 3: Penerimaan.

🐺

Bangunan megah atau bisa dibilang kastil yang terletak di tengah hutan sedang disibukkan dengan persiapan perayaan kembalinya putri bungsu keluarga pemilik kastil tersebut. Pelayan-pelayan juga para petinggi yang ada benar-benar sibuk dengan persiapan tersebut. Bahkan, para keluarga yang juga sibuk membuat perayaan itu lupa untuk sekadar melihat keadaan seorang yang akan menjadi tokoh utama dalam perayaan itu pada nanti malam.

Sabiru--gadis yang akan menjadi tokoh utama dalam perayaan nanti malam, hanya bisa menghela napasnya. Dia menatap sekelilingnya dan mendapati kamarnya sudah berbeda dari sebelumnya. Kamar yang sekarang Sabiru tempati benar-benar megah dengan ornamen emas. Lampunya pun bukan lampu murah seperti di rumahnya, tetapi lampu indah yang memiliki untaian berupa perak. Kamar ini benar-benar megah dan Sabiru masih merasa ketidak nyamanan.

"Entah aku harus merasa senang atau malah sebaliknya jika melihat megahnya kamar ini," gumam Sabiru.

Sabiru lalu menatap pintu kamar yang sepertinya berlapis emas. "Kenapa juga pintu ini tidak bisa dibuka?" gumamnya. Sabiru berpikir sejenak. "Apa kamar ini dikunci dari luar?" sambungnya.

Sabiru mengalihkan pandanganya ke jendela, lantas terkekeh pelan. Dirinya bertanya-tanya di dalam hati kenapa gerangan keluarga Gray membawanya ke rumah yang sepertinya sangat besar--dilihat dari seberapa besar kamar yang ada. Sabiru rasanya hampir gila dibuat oleh satu keluarga itu.

Sabiru secara tiba-tiba menolehkan kepalanya ke arah pintu yang berbunyi. Lalu, saat pintu terbuka, Sabiru melihat satu keluarga Gray berdiri. Sabiru menatap mereka sinis dan mengalihkan pandanganya ke arah lain.

Terdengar suara langkah kaki yang Sabiru yakini sebagai langkah kaki mereka. Saat sampai di dekat ranjang Sabiru, White dan Black tersenyum kecil. Sedangkan para lelaki, yang kata mereka adalah saudara Sabiru, hanya memasang ekspresi datar.

"Sabiru, siapkan dirimu untuk perayaan nanti malam," ujar White.

Sabiru hanya melirik sekilas. "Perayaan apa? Ah, aku tau ... perayaan karena kalian berhasil memisahkanku dari kedua orang tuaku, kan?" tanya Sabiru dengan nada ketus.

"Kau masih bisa menemui Armand dan Ariel di sini," ujar Black.

Sabiru lantas menatap Black tak percaya. "Di mana mereka?" tanya Sabiru.

"Mereka sedang berlatih," jawab Black.

Sabiru menatap Black heran. "Berlatih apa?" tanya Sabiru.

Black tersenyum melihat Sabiru yang keheranan, dan berkata, "Mereka seorang prajurit di sini."

Sabiru lantas tercengang. Gadis itu seakan tidak percaya dengan apa yang dikatakan Black. Dia bahkan sampai menatap mata Black dan tak menemukan kebohongan di mata tersebut.

"Bagaimana mungkin?" gumam Sabiru.

"Nak, kita sekarang berada di dunia immortal. Ayahmu ini adalah seorang Alpha dari suatu pack serigala, dan Ibumu ini adalah Luna atau permaisuri yang mendampingi Ayah," jawab Black. "Lalu, kedua orang tua angkatmu adalah prajurit di pack Blue Moon yang aku pimpin ini," sambungnya.

Sabiru mengerjapkan matanya dengan heran. "Lalu, apakah aku juga seorang manusia serigala?" tanya Sabiru.

White dan Black mengangguk.

SabiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang