8

2.6K 1.2K 228
                                    



Sebelumnya...

Seulgi telah pergi dan Irene duduk dibangku ruang tunggu dengan keluarganya. Dia masih belum berhenti kaget karena itu tiba-tiba sekali, dia mendapatkan jahitan ditangannya dan kakeknya datang ke rumah sakit yang sama karena jantungnya kambuh.

"Kau pucat sekali, gwenchana?"tanya Hanna kemudian dengan khawatir.

Irene menganggukkan kepalanya.
"Sudah dijahit, gwenchanayo...

"Kalau sampai dijahit itu artinya tidak baik-baik saja"kata Hanna.

Irene tersenyum kecil.
"Eonni, sebenarnya ada apa? Akhir-akhir ini harabeoji bahkan mau berolahraga. Kenapa tiba-tiba kambuh?"

Hanna melirik Jisoo yang berdiri jauh dari mereka, dan Irene langsung bisa menebaknya.
"Dia sudah mengatakannya?"tanya Irene pelan.

Hanna menggelengkan kepalanya.
"Seseorang mengirimkan foto-foto mereka dan meminta banyak uang. Eonni juga tidak tau tapi Jisoo dipanggil ke rumah dan mereka sepertinya bertengkar. Kau tau sendiri, harabeoji sangat keras kepala"

Irene melihat Jisoo yang yang sejak tadi cemas tersebut lalu menghela nafasnya. Hanna akhirnya mengenggam tangan Irene.
"Gwenchana, harabeoji pasti baik-baik saja"kata Hanna.

Irene diam dia memikirkan kemungkinan terburuk yang terjadi setelah ini. Dia percaya kakeknya akan baik-baik saja, tapi hubungan Jisoo dengan kakeknya dan hubungan Jisoo dengan Rosé tidak mungkin baik-baik saja.

Beberapa menit kemudian Dokter akhirnya keluar dan menjelaskan bagaimana keadaan harabeoji.
Dokter mengatakan harabeoji harus dirawat untuk pemeriksaan lebih lanjut tapi untuk sekarang harabeoji hanya perlu istirahat total.

.

.

Keesokan harinya, jam 8 pagi.

Irene semalam diminta semua orang pulang untuk beristirahat dirumah saja. Dan dia tidak menolak karena dia benar-benar lemas sekali.
Kakeknya juga sudah beristirahat jadi dia memilih pulang.
Namun saat pagi hari kembali, dia malah disambut oleh pertengkarannya Jisoo beserta orang tuanya dengan kakeknya.

Irene berdiri didepan pintu dan mendengarkan pembicaraan mereka.

"Ini bukan tentang laki-laki atau perempuan harabeoji tetapi jika ada yang layak menjadi teman hidupku, yang menemaniku sampai tua, orang itu adalah dia. Aku mencintainya dan aku bahagia bersamanya.
Aku sangat menghormati harabeoji, tapi ini adalah hidupku"kata Jisoo.

"Kalau begitu hiduplah dengannya tanpaku dan tanpa keluargamu. Aku tidak memiliki cucu seperti itu. Aku tidak akan membiarkanmu mencoreng nama baik keluarga. Aku tidak peduli dengan orang lain yang menyukai sesama jenis tapi keluargaku tidak seperti itu! Darah dagingku tidak seperti itu!"kata harabeoji lalu menangis.

Ini pertama kalinya semua orang melihat harabeoji menangis.

"Appa..."ibu Jisoo mendekati ayahnya lalu mengenggam tangannya sambil menangis.

"Abeoji, tolong tenanglah keadaan abeoji belum membaik"kata ayah Jisoo.

"Orang tuamu telah membesarkanku dengan baik. Mereka orang tua yang baik. Jika memang itu pilihanmu, pergilah tapi jangan membawa nama keluargamu bersamamu"kata harabeoji sambil memegangi dadanya lalu memalingkan wajahnya kearah lain.

"Harabeoji..."Jisoo menangis tersedu-sedu. Dia berharap kakeknya berteriak atau mengusirnya secara kasar bukan seperti ini. Dia berharap kakeknya marah seperti semalam.
Ini menghancurkan hatinya, dia belum pernah melihat kakeknya sesedih ini.

Fait Avec AmourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang