E: 22

147 11 7
                                        

JAM sudah menghampiri angka sepuluh dan Mile masih belum pulang. Hati ini mudah sekali di rundung dengan rasa cemas. membuat kejadian tadi pagi terlupakan begitu saja. Di saat makan siang tadi juga dia tidak pulang. Aku sempat menelefon Gulf, tapi tidak ada jawaban darinya. Berbeda lagi dengan Mile, ponselnya di matikan.

Hanya Pong yang muncul di waktu makan siang hari ini. Papa sama Bible juga tidak ada. Mungkin terlalu sibuk dengan pekerjaan tapi mama tetap saja mengeluh. Lelah memasak tapi hanya Pong saja yang menemani makan siang itu.

Aku keluar dari kamar dengan niatan ingin menunggu kepulangan Mile dari perusahaan. Aku ingin dia tau jika aku akan terus berada di sisinya. Aku tidak akan pernah pergi selagi tubuh ini bernyawa.

Baru saja kaki ini ingin melangkah turun, mama terlebih dulu memanggilku. Kaki ini bertukar arah  - melangkah ke arahnya.

" Apo mau turun? Mau menunggu Mile pulang ya?"

Aku mengangguk saja sebagai jawaban untuk pertanyaan itu.

" Mungkin dia telat. Bible juga masih belum pulang. Mile itu, baru saja menikah dengan mu tapi sudah mulai sibuk dengan pekerjaannya. Sama saja seperti dulu tapi waktu itu mama hanya sendirian menunggu di rumah." bujuk mama yang mungkin saja sadar dengan perubahan riak wajah ku saat ini.

" Kamu tidak menelefonnya, Po?" 

" Sudah tapi dia tidak menjawabnya. Sekretarisnya juga sama." kataku.

Pelan, pundak ku di usap wanita itu. Sebaris senyuman terukir di bibirnya - manis. Mengusir resah di hati setelah melihat kebaikan wanita ini dalam melayani ku sebagai ahli keluarganya yang baru.

" Dia mungkin sibuk. Dulu saja dia seperti ini, malah lebih parah. Sebentar lagi dia pasti bakal pulang. Kamu jangan khawatir, ya?" kata wanita itu lagi sambil tangannya menarik ku untuk mengikutinya ke dalam kamar miliknya.

" Kenapa, ma?" aku balik bertanya - aneh.

" Duduk saja dulu disini." dia menunjuk pada sisi ranjang. Meminta ku untuk duduk di sana bersamanya di sisi. Belakang telapak tangan ku diusap pelan, mengundang rasa aneh yang tidak mengenakkan.

" Ada yang ingin mama tanya kan." mama mulai bicaranya. 

Aku mengangguk saja, memberikan ruang untuk wanita ini menyatakan pertanyaannya.

" Kamu dengan Mile, benar baik-baik saja?" Jelas di mata ku raut wajah khawatirnya soal hubungan ku dengan Mile.

" Kami baik-baik saja. Kenapa mama bertanya seperti itu?" tawa kecil terdengar di akhir pertanyaanku.

" Hati ku merasakan hal lain soal kalian. Benar, kalian tidak apa-apa?" untuk kedua kalinya mama mengulang pertanyaan yang sama pada ku.

Aku terdiam untuk beberapa waktu. Pasti ada sesuatu karena Mile sudah sangat berbeda sedari tadi pagi. Apa wanita ini sudah mulai menyadarinya soal perubahan itu, tapi  aku berusaha membujuk hati mengatakan jika Mile seperti itu pasti karena tubuhnya kelelahan.

Semuanya masih baru. Baru menikah, baru baikan dari pertengkaran satu itu dan baru juga merasakan kembali kehangatan tubuhnya. Namun, dia kembali berbeda. Aku tidak tahu, apa aku harus menyatakan hal yang sebenarnya pada mama dan membiarkan hati tuanya itu dirundung rasa kekhawatiran sepanjang waktu? Atau aku hanya perlu kuat untuk mengukir senyuman dan tertawa agar dia tidak di temani rasa khawatir itu? Sungguh, aku tidak tau pilihan yang tepat untuk permasalahan kali ini.

" Kenapa kamu diam saja, Po? Pasti ada sesuatu yang terjadi." Suara mama kembali terdengarkan.

Kali ini, aku pantas menggeleng - menyangkal kata itu. Bibir ini mengukir sebuah senyuman termanis ku padanya. Senyuman yang sama saat aku bersama Mile.

2. Drapetomania [ MileApo ] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang