E : 30

120 14 9
                                    

TIGA hari ini aku terus saja menunggu panggilan telepon dari Kak Jj. Tapi tidak ada satu pun panggilan darinya yang masuk. Ingin kutanya pada Kak Us, tapi aku khawatir jika dia mencurigai sesuatu.

Saat ini, aku benar-benar merasa seakan berada di tempat asing di rumah besar ini. Berjalan secara pelan dan berhati-hati, berusaha sebaik mungkin menyembunyikan langkah kaki karena khawatir jika tingkah ku disalah arti.

Setelah hari dimana seluruh ahli keluarga di rumah ini berlibur ke Kanada, aku benar-benar merasa sesak dengan kenyataan bahwa hanya ada aku dan Mile. Jika seperti ini, kemana pun aku melangkah dan apapun yang aku perbuat, tatapan mata Mile tidak pernah lepas dari ku. Tatapan yang tentu saja cukup aku mengerti.

Ingin sekali rasanya aku menelefon mama sama papa, agar mereka pulang secepatnya karena setiap tatapan matanya membuat aku merasa tidak nyaman. Namun, mengingat Mile yang sedang berusaha membujukku, aku tidak bisa untuk tidak tersenyum sendiri.

Masih saja terekam di pikiran ku, bagaimana sosok itu terburu-buru ke swalayan dan terkadang ke supermarket atau toko-toko buah manapun yang bisa dia temukan hanya untuk membeli buah delima merah setelah bakalan di rumah habis.

Aku hanya menggeleng kepala. Mungkin dalam rasa bencinya itu, masih ada rasa cinta yang semakin menebal. Aku tidak tau. Keluhan terlepas dari bibir setelah mendengar suara brisik di pintu ruangan ku dan ternyata, itu terhasil dari suara Pak Song dan ketukannya di muka pintu ruangan ku disusul dengan kemunculannya di ruangan ku.

Aku segara bangun dari duduk ku, membenarkan sedikit pakaian yang kukenakan hari itu.

" Pak Song." aku menyapa pria itu.

" Hari ini aku tidak bisa menjadi atasan mu, Po. Aku harus menjadi paman untukmu. Ada seseorang yang kemari untuk membawa mu pulang."

Wajah Mile yang tersenyum pada ku muncul dari balik pintu. Senyuman itu, seolah menyiratkan sesuatu.

" Loh, kenapa malah kemari?" langsung saja aku bertanya keheranan.

" Kan sudah di kasi tau sama Paman Song, jika aku mau membawa mu pulang." tenang saja jawaban yang dia berikan.

Rasa serba salah tiba-tiba saja mengetuk hati. Wajah Pak Song malah kutatap lama dan dia mengangguk.

" Sila kan saja. Kamu bawa dia pulang tapi kamu harus ingat untuk memulangkannya kembali. Jangan langsung di culik. Dia, satu-satunya akuntan milik paman yang paling paman sukai cara kerjanya." pujian itu aku terima dari Pak Song dengan senyuman kecil sebelum sosok itu berlalu pergi.

Mile melangkah mendekati ku dengan tenang. Sama seperti waktu pertama kali dia kemari. Wajah itu tetap sama. Tetap tampan. Hanya saja hubungan ini kembali seperti dulu pertama kali dia mengenali ku. Sosok dingin yang coba dia dekati. Sosok yang pertama kali mendengar ejekannya. Sosok yang pertama kali terpana dengan tawanya dan sosok dingin itu juga yang menerima kata maaf darinya.

" Kenapa kamu kemari?" dingin pertanyaan itu aku berikan padanya.

" Memangnya aku tidak bisa bertemu dengan omega ku sendiri?"

" Omega yang mana? Yang kamu herdik itu? Yang kamu lihat dia dengan alpha lain di ruangan ini?"

Mile kembali mengeluh. Beberapa hari terakhir ini, aku menjadi sadar akan sesuatu. Keluhannya, seakan sudah menjadi kebiasaan yang tidak lagi bisa dia lepas.

" Aku sudah melupakan hal itu, Natta. Sudah sana, lekas." dia kembali mengajak.

" Mau kemana memangnya kita?"

" Iya ada..."

Segera aku membereskan meja kerja ku sebelum mengambil tas kerja dan melangkah mendekati Mile. " Terus kalau aku tidak tau kita mau kemana, bagaimana aku harus ke sana?"

2. Drapetomania [ MileApo ] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang