Bab 06 - Cahaya Terang

449 50 2
                                    

"Kak Blaze apa apaan sih tadi."

Orang yang mengeluh itu adalah Solar, saat ini ia sedang berada di kamarnya dengan kesibukannya sendiri. Masih diingatnya perihal mengenai apa yang dibisikkan kakak ke-empat nya itu siang tadi.

~~~~~

"Oi Sol, mau ikut main gak?"

Solar yang sedang mencuci tangan terheran heran dengan maksud kakaknya itu "Hah?"

Blaze tersenyum licik "Ya main, dengan si bocah baru itu."

Solar hanya diam, sebenarnya dia tidak ada waktu memikirkan tentang anak baru itu. Memang benar dia bilang akan susah menerima Gempa, tapi selagi anak itu tidak mengganggunya, dia juga tidak akan mengusiknya.

"Engga deh, aku sibuk kak." katanya sambil menutup kran wastafel dan mengeringkan tangannya.

"Ha? Jangan jangan kamu juga kepincut anak sialan itu ya? Kayak Taufan dan Thorn?" ucap Blaze sambil berdecih dengan kesal.

"Apaan sih, aku cuma males aja. Dan aku gamau ya kena marah Kak Hali! Udah deh mending kakak aja, Sol ga ikut ikutan."

Solar beredar dari dapur dan hendak berjalan keluar, namun ia samar samar mendengar gerutuan Blaze.

"...Solar juga? Gabisa dibiarin, aku harus menyingkirkan bocah ingusan itu."

~~~~~

Solar masih memikirkan hal itu, kakaknya itu kalau kesal dengan orang memang sedikit... kasar. Tapi Gempa tidak melakukan apa apa kan sampai membuat Blaze benci dengannya? Dari observasinya itu, hanya Blaze saja yang bertingkah lain dengan Gempa.

"Apa aku laporin aja ya ke Kak Tau?" ucapnya pada dirinya sendiri, skenario buruk mulai bermunculan di pikirannya "Hm..."

~~~~~

Sementara itu, Gempa sedang duduk di belakang rumah, menikmati indahnya langit gelap dengan kebun bunga yang menghiasi luas taman rumah itu. Tentu saja dengan buku harian kesayangannya di tangan.

"Huhh... gimana caranya ya berbaikan dengan Kak Blaze?" keluh Gempa sambil menutup bukunya.

Ia menatap ke arah langit sambil melamum, menikmati angin malam yang telah menemaninya setiap kali ia perlu waktu untuk menyendiri.

"Si kepala panas itu emang susah dideketin."

Mendengar suara seseorang membuat Gempa tersadar dari lamunannya itu, ia menoleh ke samping.

"Hai."

Sapa orang itu, Gempa berusaha mengingat deskripsi kakak kakaknya dari apa yang diberitahu Taufan. Sepasang mata abu abu dan kalung silver yang berbentuk bintang.

"...Solar?" panggilnya dengan sedikit ragu.

"Bingo! Aku kira kamu gaakan kenal sama aku yang keren ini." ucap Solar sambil menyender di bangku taman.

"Ahaha..." tawa Gempa dengan canggung.

Solar mendiamkan dirinya setelah itu, sebenarnya dia sendiri tidak tau mengapa tiba tiba ia menghampiri Gempa. Ia hanya berjalan melewati taman dan tanpa disengaja melihat Gempa yang sedang duduk di sebuah bangku, ia akui dia sendiri sedikit penasaran dengan Gempa.

A Chance to AcceptTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang