12

1.6K 161 19
                                    


Sampai dengan selamat di kediaman Pham Hanni, setelah menaruh beberapa barang miliknya di rumah sang sepupu tercinta. Kim Minji kini berdiri di depan gerbang rumah sang pujaan hati dalam diam.

Diam-diam menyiapkan mental maksudnya.

"Lo nggak cupu kan, Ji?" Mendengar pertanyaan itu dari Bahiyyih yang berada di dalam mobilnya, Minji lantas membalikkan kepalanya.

"Hmm? Ya nggak lah!" Tanggap Minji, yang membuat Bahiyyih terkikik geli.

"Yaudah... Pencet dong belnya. Mau sampe kapan lo jadi patung di situ?" Minji yang mendengar ucapan sepupunya itu langsung berdecak dan menghela nafas kasar. Ia tak akan melakukan hal itu di depan Bahiyyih.

Bisa-bisa sepupunya itu malah menggodai dirinya terus.

"Lo pulang aja gih sana. Nanti kalo ada apa-apa gue kabarin." Tutur Minji, mengusir. Sementara Bahiyyih yang diusir terkikik makin kencang. Membuat Minji jadi takut kalau suara tawa perempuan itu malah membuat geger penduduk setempat karena dikiranya itu suara tawa Miss K.

"Iyaaa. Ya udah, gue pulang nih. Sukses ya!" Bahiyyih menaik turunkan kedua alisnya, tanpa menerima tanggapan apapun dari Minji. Sementara Minji tiba-tiba merasa gugup untuk menghadapi gerbang besar yang ada di depannya sekarang.

Oh— dia lupa kalau mereka sudah lama sekali tidak bertemu. Maksudnya, dengan Hanni.

Dan bisa-bisanya dengan keukeuh, Kim Minji main datang ke rumah Pham Hanni atas dasar kekeras kepalaannya.

Bahiyyih pun berlalu dengan mobilnya, meninggalkan Minji yang langsung merasa kedinginan karena hawa malam yang tiba-tiba terasa amat menggigilkan. Ditambah lagi dengan kenyataan, bahwa ia benar-benar sudah berhadapan dengan rumah keluarga Hanni sekarang.

Ting tong!

Ting tong!

Ting—

"Minji?"

Minji melotot. Terkejut melihat sosok jangkung yang kini ada di hadapannya.

"Abang?!"

"Ya ampunnn, ini Minji?? Udah besar ya kamu?? Sini-sini masuk! Ada apa kamu malam-malam ke sini?? Mau ketemu Hanni, ya??" Itu kakak laki-laki Hanni. Namanya Stainley, orangnya baik, lembut, dan amat penyayang.

"Hehehe, iya bang. Abang apa kabar, bang?"

"Baikkk, puji Tuhan. Oh— sekarang kuliah semester berapa?"

"Semester akhir bang, bulan kemarin baru habis KKN."

"Wih, mantap. Sukses ya skripsiannya!" Minji tersenyum lebar mendengarnya, hingga kedua netra miliknya berbentuk menyerupai bulan sabit.

"Siap bang, makasih banyak."

"Yaudah, sini-sini kamu tunggu di sofa dulu ya sebentar, abang panggilin dulu nih Hanninya. Kayaknya udah tidur dia..." Minji mengangguk cepat, sementara Stainley langsung terlihat pergi menuju kamar Hanni yang letaknya tak jauh dari ruang tamu.

Tak menunggu lama, Stainley sudah kembali ke hadapan Minji. Minji lantas berdiri, siap mendapatkan kabar dari laki-laki itu.

"Dia bilang kamu masuk aja ke kamarnya. Kayaknya dia habis nangis deh..." Wajah Stainley terlihat khawatir, dan hal itu juga sama dirasakannya oleh Minji.

Jangan-jangan, Hanni menangis karenanya?!

"O-oh, oke bang. Makasih banyak ya." Stainley lantas mengangguk, kemudian mempersilahkan Minji untuk pergi ke kemar sang adik, sebelum dirinya sendiri kembali menuju kamarnya.

dorothea | bbangsaz ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang