the Final Chapter

404 25 2
                                    

"He doesn't have much time left, prepare for the worst (Waktunya sudah tidak banyak, bersiaplah untuk yang terburuk)"

Perkataan dari dokter itu sukses membuat Hendra terdiam dan merenung.

"Bukankah kau memberi ayah kesempatan kedua? Kenapa justru terbaring seperti ini hmm?" Tanya Hendra yang kini memegang tangan si sulung yang sedang terbaring di ranjang rumah sakit dengan berbagai alat penopang hidupnya.

Sedangkan Lauren, Clara, dan Aska kini berdiri di belakang Hendra dengan sedih, bahkan mata Aska kini sudah terlihat sangat bengkak karena menangis.

"A...ayah," panggil Agam dengan lemah.

Berlahan dirinya membuka mata hingga membuat mereka yang ada disana tersenyum.

"Iya nak, ayah disini," ucap Hendra sembari mengusap air matanya.

"Aska..."

"A...abang," Aska pun kini melangkah mendekat dan memeluk sang kakak dengan penuh kehati-hatian.

"Bi...bisa kah A...aska membelikan Es krim untuk abang?" Tanya Pemuda ltu dengan senyuman kecil

"A...apakah, kalo A...aska beli Es..krim, A...abang bisa sembuh?" Tanya bocah itu yang diangguki kecil oleh Agam.

Seperti memahami permintaan Agam, Lauren pun langsung menggandeng tangan Aska.

"Aska, yuk kita beli es krim di kantin rumah sakit bareng kak Clara," ujar Lauren yang  kemudian melangkah keluar ruangan bersama Clara dan Aska.

Dan kini tersisalah hanya agam dan sang ayah di ruangan ICU.

"A...ayah,"

"I...iya, ayah disini, kenapa nak? Apa ada yang sakit?" Tanya Hendra yang berusaha menahan air matanya yang hendak mengalir.

"Te...terimakasih su...sudah kembali."

"jika kamu berterimakasih, ka...mu harus sembuh, kamu sudah berjanji memberikan ayah kesempatan kedua."

"A...aku."

"Hmm?"

"A...ayah, a...aku mau pulang," ucap Agam sembari menatap pria itu dengan air mata yang sudah terjatuh di pipinya.

"A...agam lelah."

"Iya, habis kamu sembuh kita pulang ya, kita ke Indonesia, kita akan hidup di rumah bersama-sama, jadi bertahan ya nak?" Ucap Hendra dengan air mata yang sudah tidak terbendung

"A...ayah, bi...bisakah kau peluk aku?" Tanya pemuda itu yang langsung di setujui oleh Hendra. Pria paruh baya itu lantas beranjak dari kursinya dan memeluk tubuh anaknya itu.

"A...aku ri...rindu pelukan ayah." Ujar Agam yang sukses membuat pria itu menangis

"To...tolong ja...jaga Adikku ya ayah, ja...jaga Aska..."

Berlahan kedua tangan yang memeluk Hendra kini terlepas bersamaan dengan bunyi monitor yang nyaring.

"Agam? Hikss..Agam dengar ayah?" Tanya Hendra saat melihat kedua mata hazel itu kembali terpejam.

"Agamm, Agamm jawab ayah ya nakk, heii, jangan tidurr, masih banyak hal yang mau ayah ceritakan." Tangis Hendra sembari memeluk tubuh anaknya itu sebelum 2 orang perawat menarik dirinya untuk keluar dari ruangan.

"please wait outside (Mohon bapak tunggu di luar sebentar.)" Ucap seorang perawat yang kemudian menutup pintu ICU.

"150 JOULE!!"

Deg!!

"120 JOULE!!"

Tiitttt.......tiittttt

Hendra tak henti-hentinya menangis dan merapalkan doa saat dokter masih berusaha melakukan CPR kepada sang anak.

the journey of the two brothersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang