Bab 1

726 137 15
                                    

Sentuhan,kecupan lalu cumbuan nakal kemudian berakhir di tempat tidur. Peluh basah, ranjang tiang empat berderit menandakan jika dua insan sedang memadu kasih, mencapai hasrat terlarang menuju nirwana walau sebenarnya yang mereka lakukan adalah sebuah dosa.

Sang wanita bernama Tarika Preema. Gadis berumur 28 tahun yang memiliki kewarganegaraan ganda. Ayahnya orang Italia blasteran Yunani sedang ibunya berdarah Indonesia dan Jerman. Ia tumbuh bersama ibunya yang berprofesi sebagai model internasional. Itu karier yang sama yang ibunya inginkan untuk dirinya.

Jadi sejak kecil Preema, sudah akrab dengan lampu kamera, gemerlap dunia mode, masuk ke luar rumah mode serta mengenakan busana berbagai merk mode dunia. Prema sejak kecil hidup bergelimang harta. Ia dibesarkan di Amerika. Hidupnya terasa sempurna namun sayang ia tidak memiliki ayah. Orang tuanya bercerai sejak ia Berumur setahun.

Ibunya menikahi pengusaha kaya raya, pengusaha permata yang bertempat tinggal di Capetown. Preema dan ibunya mendapatkan uang tunjangan cukup besar  ketika dua tahun lalu ayahnya tiada. Preema juga mendapatkan uang warisan serta aset berlimpah. Itu merupakan kesuksesan seorang Laura, ibu Preema. Ia menjerat pengusaha yang kaya raya dalam tipu daya dan kemudian bercerai baik-baik lalu mendapatkan harta. Itu juga yang ibunya harap dari Preema. Kebetulan Preema menjalin hubungan dengan pengusaha yang sangat kaya bernama Arman.

Armand Hugo Gilbarti, pengusaha muda yang memiliki bisnis di sektor otomotif, pertambangan dan pariwisata. Pria berkewarganeraan Italia yang memiliki kekayaan tak terkira dan menjadi salah satu pemuda yang paling inspiratif dalam majalah Forbe.

Prema membelai punggung telanjang Arman. Pria itu tertidur setelah mereka selesai bercinta Terlepas Arman kaya atau tidak. Prema mencintai Arman, ingin menghabiskan sisa hidup dengan pria yang berusia 33 tahun ini tapi sayangnya Armand sampai saat ini belum membicarakan hubungan yang mengarah ke jenjang yang lebih serius. Padahal hubungan mereka berlangsung hampir lima tahun lamanya.

“Jam berapa sekarang?”

“Jam 1 Dini hari,” jawab Prema tapi Arman sudah berdiri untuk mengambil pakaiannya yang berceceran.

“Kau tetap mau pergi?” tanya Preema penasaran. Ini sudah sangat larut. Tidak bisakah Armand tidur di tempatnya sampai pagi.

“Aku pergi setelah mandi. Aku mengejar pesawat.”

“Bukannya kau menggunakan jet pribadi?”

“Iya tapi pagi nanti aku harus sudah sampai Inggris. Ada pertemuan penting di sana.”

“Kau mau ku buatkan makanan?”

“Tidak perlu,” jawab Arman singkat. Setelah itu tidak ada perbincangan di antara mereka. Preema menunduk kecewa padahal hari ini adalah hari jadi mereka yang kelima. Arman melupakannya karena pekerjaan. Preema sering bertanya ini itu. Apa hal yang seharian Arman lakukan, pria itu mau makan apa, atau apa proyek yang pria itu sedang kerjakan tapi tak pernah ada jawaban panjang. Preema merasa diacuhkan, sedang Arman tak pernah menanyakan hal apa pun padanya. Hubungan mereka hanya berjalan satu arah. Mereka saling memanfaatkan supaya terlihat serasi di depan kamera. Sekarang Preema merasa menyesal. Untuk apa tampil serasi jika hatinya merasa disakiti.

****

“Kita bisa mengundang Arman untuk makan malam Minggu depan di Palazo?” pinta ibunya yang terus mendorong Preema untuk dekat dengan Arman. Terus memonitori pria itu agar tahu di mana Arman berada.

“Sepertinya tidak Mama. Dia sedang di Inggris lalu akan ke Swedia. Lagi pula besok aku harus ke Capadocia untuk pemotretan. Setelah selesai aku akan ke Indonesia mengunjungi Umah.”

Laura merotasi bola matanya. Ia meletakkan majalah fashion yang dibaca ke kursi berputar. “Dia hanya pengasuhmu. Kau lebih sering mengunjunginya dari pada Mamamu ini.”

usai sebelum di mulaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang