bab 3

370 109 11
                                    


Setelahnya hari-hari Preema disibukkan dengan pekerjaan dan rencana peragaan busana. Preema tidak bertemu Arman seminggu lebih setelah insiden makan malam itu. Apa selama ini salah mempertahankan hubungan yang tidak jelas arah muaranya atau pikiran Preema yang terlalu kuno dan naif karena menganggap sakral suatu pernikahan. Rata-rata teman modelingnya tak mau punya anak karena takut tubuhnya akan berubah bentuk. Mereka menikah pun di atas tiga puluh tiga tahun.

"C'mon Preema." Kini gilirannya dipotret. Ia akan mengiklankan sebuah parfum keluaran Prancis. Pemotretan dilakukan di daerah pantai dengan tema Aquamarine. Preema menikmati pekerjaannya walau pada awalnya ia canggung menunjukkan bagian tubuhnya yang tertutup.

Dunia modeling bukan tempatnya. Preema ingin menjadi Bidan atau perawat tapi tidak mungkin terkabul karena banyaknya orang yang menentang keinginan pertamanya itu. Keinginan keduanya ingin menikah dan jadi ibu. Preema bisa mewujudkannya dan Armand bukanlah lelaki yang tepat.

"Ada berita yang gak enak buat dibaca," ucap asisten Preema yang membantu wanita itu menghapus make up.

"Berita?"

"Armand tertangkap kamera makan malam dengan Gemma. Berita kalau kalian putus udah mengudara padahal seminggu lalu kalian masih dinner."

Preema berusaha kuat melihat berita itu. Armand memang makam malam, kerap makan dengan kolega. Armand pernah makan bersama model lain tapi bukan Gemma yang nota bene dianggap Rival Preema.

"Kami masih sama-sama." Entah ke depannya bagaimana Preema tak mau memikirkannya. Armand mungkin bukan jodoh untuknya walau melihat pria itu bersama wanita lain masih membuatnya cemburu.

" Makan malam sama Gemma juga bareng-bareng tapi yang diambil fotonya Cuma mereka berdua. Mereka mungkin ngomongin kerjaan tapi kalau kerjaan kenapa bukan kamu yang Armand jadiin modelnya?"

"Hubungan pribadi kami, tidak ada hubungannya dengan bisnis."

"Tapi bukannya menyenangkan kalau kerja sambil pacaran."

"Sayangnya itu bukan gaya Armand."

Ketika mulut Nica ingin mengeluarkan pendapat. Ponsel pribadi Preema berbunyi. Ada panggilan dari Armand.

"Hai."

"Aku minta maaf dengan berita itu."

"Its oke." Preema masih bersikap wajar. Ia terbiasa dengan berita yang dibesarkan oleh media. "Aku gak akan kemakan berita itu mentah-mentah."

Inilah yang Armand sukai. Preema dewasa dan tidak manja. "Kami makan malam membahas pekerjaan. Gemma akan menjadi wajah baru kami sebagai model mobil terbaru yang akan ku luncurkan. Mobil simple yang dibuat khusus untuk perempuan." Armand akan menceritakan pertemuannya dengan Gemma secara singkat. Masalah Gemma yang merayunya sebaiknya Preema tak usah tahu. "Pemilihan Gemma dilakukan oleh timku jadi itu di luar kuasaku."

"Aku tidak sedih kau memilih Gemma sebagai model. Itu urusan pekerjaan, kau tidak bisa memasukkannya ke dalam ranah pribadi."

Armand tertawa. "Kau benar. Sebagai permintaan maaf bagaimana kalau kita makan siang di Miami sambil menikmati Jacuzzi. Kita juga pesan makan di pinggir pantai. Kita akan berangkat dengan jet pribadi. Kapan jadwalmu kosong?"

"Senin." Teriak Nica ceria.

"Kau sudah dengar kan? Jadwal kosongku Senin."

"Senin kita akan berkencan." Putus Armand dengan ceria.

"Sampai jumpa hari Senin dan selamat malam," pamitnya sebelum menutup telepon.

Preema seperti mendapatkan pencerahan dan ia memiliki rencana. Ia memanggil Jacob, manajernya. Keputusan ini memang terasa egois tapi ia tak bisa terus bertahan dengan hubungan yang tidak jelas arah ujungnya.

usai sebelum di mulaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang