Beberapa minggu kemudian.
Pintu utama terbuka setelah suara mesin mobil berhenti terdengar. Dua pria muda berjalan masuk, Samuel berjalan lebih dulu dan disusul dengan Felix dibelakangnya. Dua pria itu juga membawa koper yang berisi pakaian dan barang pribadi mereka.
Hari ini adalah hari kepindahan mereka berdua. Setelah beberapa minggu akhirnya rumah yang menjadi hadiah untuk si sulung sudah bisa dihuni.
Rumah yang tadinya usang tak terurus sekarang sudah jauh lebih baik dan juga sudah terisi oleh barang-barang di dalamnya.
Felix berbaring diatas sofa saat sudah berada didalam rumah.
"Kak Samuel, ayo istirahat sebentar. Aku sangat lelah setelah perjalanan tadi." ucap Felix sedikit melembutkan nada bicaranya di akhir kalimat.
"Kau saja. Aku ingin melihat-lihat rumah ini sebentar."
Samuel melangkah meninggalkan Felix lalu menaiki tangga menuju lantai atas. Sesampainya, Ia mendapati ada beberapa kamar disana. Pemuda berkulit putih itu membuka salah satu pintu kamar yang memang tidak terkunci dan berjalan masuk ke dalam.
Samuel diam sejenak sambil memandang sekeliling. Tidak lama kemudian ia berfikir untuk menjadikan ruangan bernuansa putih ini sebagai kamarnya.
Setelah beberapa saat berlalu Samuel beranjak dari tempatnya. Ia keluar dari ruangan itu dan menuju kamar lainnya.
~••~
"Tch... dasar payah." umpat Felix sambil melempar ponsel ke sofa yang ada di sebelahnya.
"Kau kenapa? Kalah main game?" Tanya Samuel yang sedang menuruni tangga.
"Menyebalkan." gerutu Felix.
Samuel tersenyum tipis melihat Felix yang sedang kesal, lalu Ia meraih kopernya dan pergi menuju lantai atas.
"Kau mau kemana?" Tanya si bungsu.
"Ke kamarku."
"Tunggu sebentar, kau sudah memilih kamar?"
"Tentu."
Felix beranjak dari tempatnya untuk mengikuti Samuel ke lantai atas.
"Wow... kamar ini sangat besar." takjub Felix pada ruangan di hadapannya.
"Oh ya, kamarku dimana?"
"Masih ada dua kamar, kau bisa memilihnya sendiri." jawab Samuel.
Kedua bola mata itu berbinar saat mendengar jawaban dari Samuel. Tidak lama kemudian Felix berjalan dengan perasaan senang menuju salah satu kamar yang ada disana.
Remaja bertubuh mungil itu membuka pintu di hadapannya secara perlahan. Ia masuk ke dalam dan melihat kamar yang sudah terisi oleh kasur dan juga beberapa barang lainnya.
'Kamar ini tidak sebesar kamarnya kak Samuel.' batin Felix.
'Bagaimana dengan kamar satunya?' tanyanya pada diri sendiri.
Felix keluar dari kamar itu, lalu menuju kamar satunya.
Remaja itu berharap mendapatkan kamar yang sama seperti sang kakak, namun saat ia sampai dikamar satunya seketika harapan itu langsung musnah.
"Yang benar saja! Lagi-lagi kamarnya kecil!" ucap Felix kesal karena kamar itu tidak sesuai dengan ekspektasinya.
Felix memegang kenop pintu lalu menutupnya dengan kencang sehingga menimbulkan suara yang cukup keras.
BRAKK
Samuel yang sedang memainkan ponselnya terkejut mendengar suara keras dari arah luar kamar.
Ia membuka pintu kamarnya dan mendapati ada seorang remaja yang sedang berdiri dengan raut wajah yang tidak bersahabat.
"Ada apa Fe–" belum selesai dengan kalimatnya, remaja itu lebih dulu menyela.
"Kenapa kamarku tidak seluas kamarmu?"
Hening beberapa saat.
"Karena... ini... rumahku? Jadi aku bebas memilih kamar yang aku mau." jawab Samuel sambil menaikan sebelah alisnya.
"Ayolah... aku sudah berharap mendapatkan kamar yang luas agar aku bisa menaruh peralatan game ku..." Felix mengerutkan bibirnya ke depan.
Merasa percuma bertanya pada sang kakak, Felix memilih untuk berbalik badan dan berjalan menjauhi Samuel sambil sesekali menghentakkan kakinya ke lantai.
'Ada apa dengan bocah itu?' Pikir Samuel.
Felix berjalan menuruni tangga menuju lantai bawah, sesampainya ia mengambil koper yang terletak di samping sofa. Ia juga mengambil kue kering yang terdapat dimeja lalu memakannya, dan lanjut melangkah menuju lantai atas sambil menyeret kopernya.
~••~
Pukul 20:00 malam.
Dua bersaudara itu sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. Samuel yang sibuk membaca buku dan Felix yang sedang bermain game online di ponselnya.
Samuel beranjak dari tempatnya lalu menaruh buku yang baru saja ia baca ke rak buku.
"Felix kau tidak lapar?" Tanya Samuel pada sang adik yang sedang fokus pada ponselnya.
"Ya, aku lapar." jawab Felix tanpa mengalihkan pandangan dari benda persegi di tangannya.
"Kalau begitu tunggu sebentar. Aku akan membuat makanan." ucap Samuel lalu pergi meninggalkan kamarnya menuju dapur.
Samuel membuka buku resep yang tadi ia ambil dari laci dapur, kemudian ia mencari resep nasi goreng telur yang ditulis ibunya dibuku itu.Ia berencana membuat nasi goreng telur kesukaan Felix.
Pemuda itu mengambil beberapa bahan untuk ia masak sesuai dengan petunjuk dari buku resep tersebut.
Beberapa saat ia habiskan di dapur. Hingga nasi goreng telur yang ia buat pun sudah siap untuk di hidangkan.
Samuel membawa dua piring nasi goreng itu ke kamarnya untuk ia santap bersama sang adik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alena
HorrorSamuel Frasisco, seorang pemuda tampan yang tak pernah tertarik kepada para gadis di sekitarnya. Hingga di hari ulang tahunnya ia mendapatkan hadiah berupa rumah yang akan menjadi hunian barunya. Semua berawal dari rumah itu. Semenjak tinggal disa...