bunga lavender?

30 6 0
                                    

Hujan sudah berhenti. Langit yang tadinya tertutup awan gelap sekarang sudah berganti menjadi warna jingga.

"Anak-anak, mommy dan nenek pamit pulang," pamit Theyya pada kedua putranya.

"Iya, hati-hati dijalan," ucap Samuel menanggapi sang ibu.

"Felix, jangan merepotkan kakakmu," nenek berujar pada si bungsu.

"Iya, nek,"  jawab Felix singkat.

Dua wanita itu berjalan ke arah mobil yang terparkir dihalaman. Theyya membuka pintu mobil. Saat ingin duduk dikursi kemudi tak sengaja ia melihat ke kursi belakang yang terdapat sebuah paper bag.

'Astaga aku lupa memberikan itu kepada anak-anak,'  batinnya.

"Ada apa, Theyya?" Tanya nenek saat melihat sang menantu yang hanya diam tanpa mendudukkan dirinya dikursi.

Theyya mengalihkan pandangannya ke nenek. "Ah, tidak apa-apa bu. Aku hanya melupakan sesuatu."

Wanita dengan dress coklat itu berbalik badan dan berjalan beberapa langkah, lalu ia membuka pintu belakang mobil untuk mengambil paper bag itu.

"Tunggu sebentar bu, aku ingin memberikan sesuatu pada anak-anak." Ucapnya pada nenek saat ia sudah memegang paper bag tersebut.

Theyya berjalan mendekat ke arah Samuel dan Felix. Ia memberikan paper bag tersebut kepada mereka.

"Ini untuk kalian," ucapnya.

Samuel menerimanya lalu membuka paper bag itu dengan penasaran.

"Bunga Lavender?" ucap Samuel pelan.

"Ya. Di dalamnya ada dua ikat bunga Lavender, satu untukmu dan satunya untuk Felix," jelas Theyya, "bunga ini bagus untuk menjadi penghias ruangan, jadi mommy memberikannya kepada kalian," lanjutnya.

"Baiklah... mommy pulang dulu. Kalian jaga diri baik-baik." Setelah berkata sang ibu melangkah meninggalkan Samuel dan Felix.

"SAMPAI JUMPA MOMMY!" Teriak Felix sambil melambaikan tangan ke arah sang ibu, dan dibalas dengan lambaian tangan juga oleh Theyya.

Mobil putih itu pergi meninggalkan kawasan rumah.

Beberapa saat kemudian Samuel dan Felix masuk ke dalam rumah lalu menutup pintu.

Samuel meletakkan paper bag itu di atas meja, lalu mengeluarkan dua ikat bunga Lavender beserta vas bunga berwarna putih dari dalam sana.

"Felix, tolong isi vas bunga ini dengan air," kata Samuel.

Felix mengangguk patuh, lalu meraih vas bunga tersebut.

Samuel membuka ikatan bunga itu sambil menunggu Felix. Saat sedang fokus dengan aktivitasnya, Samuel mendengar ada suara benda terjatuh. Ia melihat ke sekeliling mencari sumber suara. Hingga pemuda itu melihat ke sudut ruangan yang terdapat sebuah rak buku. Samuel berjalan mendekat ke arah rak buku tersebut.

Sesampainya ia menyadari ada satu buku yang terjatuh dengan posisi terbuka memperlihatkan lembaran isi buku tersebut. Samuel mengambil buku yang jatuh itu, lalu meletakkannya kembali ke rak buku yang ada di hadapannya.

Saat ingin berbalik badan ia menyadari sesuatu. Ia kembali mengarahkan pandangannya ke arah bawah, yaitu ke arah buku yang tadi terjatuh. Seketika Samuel merasa kebingungan, sebab ia melihat ada satu tangkai bunga Lavender yang tergeletak dilantai.

Samuel mengambil bunga itu dengan penuh tanda tanya. Bagaimana bisa bunga itu ada dibawah buku yang tadi terjatuh?

Saat sedang bingung dengan kejadian barusan, Samuel di kagetkan dengan tepukan di punggungnya.

"Kak Samuel." Felix menepuk punggung sang kakak.

"Kau sedang apa?" tanyanya.

"Ah, tidak," jawab Samuel, "apa sudah kau isi vas bunganya dengan air?" lanjutnya.

"Sudah."

"Baiklah, terimakasih," ucap Samuel.

Samuel kembali ke meja tadi lalu ia lanjut memasukkan bunga Lavender nya ke dalam vas bunga yang sebelumnya sudah di isi air.

"Ini punyamu." Samuel memberikan vas bunga yang sudah ada bunga Lavender nya kepada Felix.

"Umm... untukmu saja. Aku tak suka bunga." Felix menolak bunga yang di berikan untuknya.

"Tidak bisa. Lagi pula kau tak perlu merawat bunga ini, dan kau juga bisa meletakan bunganya di kamarmu."

Akhirnya dengan berat hati Felix menerimanya. Remaja itu langsung menuju kamarnya dilantai atas untuk menaruh bunganya.

Samuel berjalan sambil membawa bunga Lavender itu ke arah meja yang di sampingnya terdapat sebuah piano. Ia meletakkan bunga itu dimeja tersebut.



~••~





Pukul 21.00 malam


Seorang pemuda tampan sedang bermain piano di ruangan yang sunyi. Suara yang keluar dari alat musik itu memenuhi satu ruangan.

Di tengah-tengah memainkan piano tersebut, pemuda itu berhenti karna mendengar suara samar-samar seorang wanita yang berkata

"Sungguh indah..."

Samuel melihat sekeliling mencari sumber suara. Tetapi ia tidak menemukan apapun.

'sepertinya aku salah dengar. Lebih baik aku pergi tidur,' pikirnya.

Samuel melangkah menuju lantai atas untuk ke kamarnya. Ia harus mengistirahatkan tubuh dan pikiran nya.






















Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 15 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AlenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang