⤹★𝐏𝐚𝐫𝐢𝐬, 𝟏 𝐒𝐞𝐩𝐭𝐞𝐦𝐛𝐞𝐫 𝟐𝟎𝟐𝟑★⤸
.
.
."Hati-hati."
Terlihat seorang gadis berambut blonde tengah menuntun pemuda ke arah sebuah taman kecil. Pemuda itu berjalan dengan mata tertutup kain.
"Kau ini benar-benar ya. Kita mau kemana, Babe?"
"Tentu saja tempat yang indah dan menarik. Hanya berapa langkah lagi kita akan sampai."
Pemuda itu mendengus kesal. Gadisnya selalu punya tindakan yang tidak terduga.
"Sampai!" pekik gadis itu.
"Oh, benarkah? Penutup mata ini sudah boleh dibuka?"
"Nope. Tunggu sampai terdengar bunyi peluit. Setelah itu, kau baru boleh membukanya. "
"Peluit? Babe–
Prittt... Prittt... Prittt...
Pemuda itu terkejut mendengar bunyi peluit secara tiba-tiba. Ia bahkan belum menyelesaikan ucapannya. Tanpa berlama-lama, ia segera membuka kain merah yang menghalangi pandangannya. Gelap. Pemuda itu pun langsung meraba-raba sekitarnya.
"Happy Birthday, John!"
Pemuda itu memegang jantungnya yang berdebar kencang. Terlihat beberapa teman dekat mengelilingi dirinya. Termasuk sang kekasih.
"Happy Birthday, My Boy!"
Gadis itu berjalan mendekat sembari membawa kue ulang tahun berbentuk kelinci. Pemuda yang diketahui bernama John menatap haru ke arah sang kekasih.
"Ayo tiup lilinya. Jangan lupa make a wish."
John pun menyatukan kedua tangannya sembari memejamkan mata. Tak lama ia meniup lilin dan segera memeluk sang kekasih yang sangat dicintainya itu.
"Thank you, Dear. Tu es tout pour moi, Rosie."
"Toi aussi, John."
🍓🍓🍓
"Kalian pulang kapan? Pekerjaan kalian sudah beres semua 'kan? Cepat pulang. Jika kalian tidak pulang-pulang, Mom dan Dad akan menyusul kalian!"
"Wow! Kenapa kalian sangat menganggu? Biarkan aku dan Rosie menghabiskan waktu beberapa hari lagi di sini."
Rosie menepuk lengan John pelan. Pemuda itu selalu usil dengan orang tuanya sendiri. Ya, itu adalah keluarga John. Saat ini mereka tengah melakukan video call.
"Mom."
Ayah dan Ibu John memperhatikan Rosie yang menunjukkan jari tangannya pada mereka. Sesaat mereka terdiam mencerna apa yang dilakukan anak gadisnya itu.
"Kalian?!"
Ayah dan Ibu John saling menatap. Mereka dengan kompak berdiri dan berpelukan.
"Kapan? Kapan John melamarmu?" tanya Ibu John.
"Setelah perayaan ulang tahun John."
"Kenapa tidak memberitahu Mom dan Dad dari awal? Kalian ini."
"Kami berniat memberitahu saat sudah sampai di rumah. Tapi Mom dan Dad meributkan terus kapan kami pulang. Jadi tidak ada surprise."
"Ck! Anak ini."
"Mom dan Dad tidak marah kan?" tanya Rosie.
"Tentu saja tidak. Kami sangat senang, Love. Terima kasih sudah mau menerima lamaran bocah ingusan itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝙿𝙰𝙽𝙰𝙲𝙴𝙰
Fanfiction𝑷𝒂𝒅𝒂 𝒅𝒂𝒔𝒂𝒓𝒏𝒚𝒂 𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒔𝒆𝒎𝒖𝒂 𝒐𝒃𝒂𝒕 𝒃𝒆𝒓𝒃𝒆𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒑𝒊𝒍. 𝑻𝒆𝒓𝒌𝒂𝒅𝒂𝒏𝒈 𝒌𝒆𝒉𝒂𝒅𝒊𝒓𝒂𝒏 𝒔𝒆𝒔𝒆𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒃𝒊𝒔𝒂 𝒎𝒆𝒏𝒋𝒂𝒅𝒊 𝒑𝒆𝒏𝒚𝒆𝒎𝒃𝒖𝒉 𝒍𝒖𝒌𝒂 𝒔𝒆𝒌𝒂𝒍𝒊𝒈𝒖𝒔 𝒂𝒍𝒂𝒔𝒂𝒏 𝒌𝒆𝒃𝒂𝒉𝒂𝒈𝒊𝒂𝒂𝒏 �...