Terlihat seorang pemuda tengah berjalan menuju ke arah rumah sakit. Orang itu adalah John. Sesampainya di LA, ia segera berkunjung ke tempat orang yang sangat ia rindukan.
"Daddy!"
Dengan sigap John menerima pelukan dari anak kecil yang berlari ke arahnya. Ia tersenyum sembari mengusap lembut kepala anak kecil itu.
"You've been gone too long. I miss you so bad."
John tertawa kecil. Ia mencium kedua pipi anak itu. Bukan hanya anak itu yang rindu, John pun merasakan hal yang sama.
"Daddy misses you too, Vero."
Nama anak kecil itu adalah Vero. John sangat menyayangi anaknya itu. Jika bukan karena Rosie dan kedua orang tuanya, John tentu lebih memilih menetap di LA dan hidup bahagia bersama keluarga kecilnya.
"Where's mom?"
"Of course in her room. Today there are many patients. It's really boring."
John mengangguk. Ia menggendong sang anak menuju ruangan orang yang baru saja mereka bicarakan. Selama menuju ruangan ia teringat dengan Rosie. Rumah sakit sangat identik dengan gadis itu.
Sesampainya di ruangan yang dituju, John mengintip ke dalam sana. Terlihat ruangan itu sepi dan hanya tersisa seorang wanita yang tengah duduk sembari memegang kepalanya. Sepertinya wanita itu kelelahan.
"Sorry to disturb your time, Dr. Diana."
Orang yang bernama Diana tersebut menoleh ke sumber suara. Wajah lelahnya seketika menghilang ketika mendapati kehadiran orang yang sangat ia rindukan.
"You?!" pekik wanita itu.
"Yes?"
John membalas pelukan hangat wanita yang sangat ia rindukan itu. Vero yang melihat momen manis kedua orang tuanya tersenyum bahagia. Ia sangat merindukan momen ini.
"Kenapa tidak berkabar jika kau pulang, huh?"
"Aku ingin memberi kejutan untukmu. Kau suka?"
"Tentu saja! Aku sangat merindukanmu, John."
"Aku juga merindukanmu."
🍓🍓🍓
Jauh di belahan benua lain, Rosie tengah menunggu kabar John. Pemuda itu sudah berjanji akan mengabarinya setelah sampai di LA. Namun hingga detik ini, tidak ada satu pun kabar dari John.
"Mungkin dia kelelahan sehingga tidak sempat memberiku kabar."
Rosie menatap nanar album foto dirinya dengan John. Pemuda itu tampak lebih ceria dan hangat daripada John yang bersamanya beberapa bulan ini.
“Wajahnya sama, tapi mengapa seperti dua orang yang berbeda? Aku harap ingatanku kembali seutuhnya. Rasanya sungguh sesak ketika tidak bisa mengingat momen indah bersamamu, John.”
Jemari Rosie terus membuka halaman demi halaman album foto tersebut. Saat ini ia berada di kamar John. Gadis itu sengaja masuk ke sana untuk mengurangi rasa rindu pada tunangannya itu. Kini ia tengah duduk di atas karpet bulu sembari bersandar di sisi kasur. Tak sengaja matanya menatap ke arah album foto yang lainnya.
“Sepertinya sangat menyenangkan ketika dapat melihat foto-foto masa kecil John.”
Rosie mengambil foto album yang covernya bergambar burung merpati. Ia Tentunya semua yang dilakukan Rosie sudah mendapat izin dari kedua orang tua John, bahkan mereka sendiri yang menyarankan Rosie untuk sering berkunjung ke kamar John. Mereka sangat menyayangi Rosie seperti putri mereka sendiri. Kebahagiaan gadis itu juga kebahagiaan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝙿𝙰𝙽𝙰𝙲𝙴𝙰
Fanfiction𝑷𝒂𝒅𝒂 𝒅𝒂𝒔𝒂𝒓𝒏𝒚𝒂 𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒔𝒆𝒎𝒖𝒂 𝒐𝒃𝒂𝒕 𝒃𝒆𝒓𝒃𝒆𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒑𝒊𝒍. 𝑻𝒆𝒓𝒌𝒂𝒅𝒂𝒏𝒈 𝒌𝒆𝒉𝒂𝒅𝒊𝒓𝒂𝒏 𝒔𝒆𝒔𝒆𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒃𝒊𝒔𝒂 𝒎𝒆𝒏𝒋𝒂𝒅𝒊 𝒑𝒆𝒏𝒚𝒆𝒎𝒃𝒖𝒉 𝒍𝒖𝒌𝒂 𝒔𝒆𝒌𝒂𝒍𝒊𝒈𝒖𝒔 𝒂𝒍𝒂𝒔𝒂𝒏 𝒌𝒆𝒃𝒂𝒉𝒂𝒈𝒊𝒂𝒂𝒏 �...