Rosie terbangun ketika sinar matahari menyinari wajah cantiknya. Ia tersenyum menatap orang yang membuka tirai kamarnya.
"Morning."
Orang itu menyapa Rosie dengan nada lembut. Tak lupa ia memberi kecupan di dahi gadis itu.
"Aku sudah menyiapkan sarapan untukmu."
"Kau memasak?"
Rosie merasa kaget sekaligus tidak percaya. Urusan makan memang John jagonya, tetapi untuk memasak sepertinya jangan percayakan pada pemuda itu. John berhasil membuat dapur apartemennya nyaris saja terbakar saat perayaan tahun baru kemarin. Beruntung Rosie sigap mematikan kompor. Percayalah, pemuda itu benar-benar ceroboh dalam urusan dapur.
"Aku baru belajar memasak baru-baru ini. Cobalah."
Pemuda itu membuatkannya bubur. Rosie tersenyum melihat bagaimana pemuda itu menghias bubur untuknya.
"Untuk penampilannya bagaimana?"
"Tidak terlalu buruk, kuberikan nilai 8,5 dari 10."
"Padahal lebih cocok 10. Cobalah, ini rasanya sangat enak. Kau pasti kecanduan."
"Sebentar."
Rosie berjalan ke arah sofa yang ada di dekat jendela. Ia ingin memakan sembari menatap cahaya matahari yang nampak indah di pagi itu.
"Kau sudah sarapan?"
"Belum. Aku menunggumu."
"Mana sarapanmu? Ayo makan bersama."
"Kau duluan saja. Aku ingin melihatmu makan masakanku. Ayo cepat dimakan. Ini benar-benar enak."
"Sabar, Tuan John."
Rosie terkekeh melihat sikap kekanakkan John. Ia pun memakan suap demi suap makanan yang kekasihnya buat.
"Bagaimana rasanya?"
Rosie menatap sejenak John, sebelum akhirnya memberikan dua jempol pada pemuda itu. Rasa buburnya benar-benar lezat. Skill kekasihnya kian bertambah. Rosie semakin bangga pada John.
"Kau belajar memasak dari mana? Biasanya kau selalu mengeluh saat aku memintamu untuk belajar masak."
John tersenyum simpul. Melihat Rosie memakan masakannya dengan lahap membuatnya senang.
"Aku belajar masak dari YouTube. Saat kau koma aku kesepian. Jadi untuk mengisi waktu luang aku memilih untuk belajar masak."
"Good choice, Sir."
John terus memperhatikan Rosie yang lahap memakan bubur buatannya. Tangannya terulur memberikan sebuah dokumen pada gadis itu.
"Ini apa?"
"Proyek baru yang sedang aku kerjakan."
Rosie mengernyitkan dahinya. Meskipun heran gadis itu tetap membukanya. Ia membaca dokumen itu dengan seksama.
"Jadi kau akan pergi ke LA. Kapan?"
"Besok."
Rosie menganggukan kepalanya. Ia memasukkan kembali kertas itu ke dalam map. Perusahaan John akan bekerja sama dengan perusahaan dari LA. Itu adalah hal yang bagus. Sebagai pasangan yang baik tentunya Rosie akan mendukung hal tersebut.
"Hati-hati, Tuan John. Setelah makan nanti kubantu packing baju ya."
John terkejut melihat sikap Rosie yang kelewat santai. Biasanya gadis itu akan uring-uringan karena ditinggal John pergi ke kentor. Namun, lihatlah sekarang. Rosie lebih memfokuskan diri untuk menghabiskan bubur buatannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝙿𝙰𝙽𝙰𝙲𝙴𝙰
Fanfiction𝑷𝒂𝒅𝒂 𝒅𝒂𝒔𝒂𝒓𝒏𝒚𝒂 𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒔𝒆𝒎𝒖𝒂 𝒐𝒃𝒂𝒕 𝒃𝒆𝒓𝒃𝒆𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒑𝒊𝒍. 𝑻𝒆𝒓𝒌𝒂𝒅𝒂𝒏𝒈 𝒌𝒆𝒉𝒂𝒅𝒊𝒓𝒂𝒏 𝒔𝒆𝒔𝒆𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒃𝒊𝒔𝒂 𝒎𝒆𝒏𝒋𝒂𝒅𝒊 𝒑𝒆𝒏𝒚𝒆𝒎𝒃𝒖𝒉 𝒍𝒖𝒌𝒂 𝒔𝒆𝒌𝒂𝒍𝒊𝒈𝒖𝒔 𝒂𝒍𝒂𝒔𝒂𝒏 𝒌𝒆𝒃𝒂𝒉𝒂𝒈𝒊𝒂𝒂𝒏 �...