5

11 3 0
                                    

Hari ini adalah Senin yang sibuk. Pekerjaan di kantor cukup banyak dan melelahkan. Kabar baiknya aku sudah menyelesaikan semua tugasku tanpa harus lembur. Ini karena sepulang kerja aku berniat mampir lagi ke Sora's. Aku sudah berusaha setengah mati untuk
tidak terlalu memikirkan cowok keren yang kutemui tempo hari. Samuel Addams. Tapi sungguh pesonanya begitu sulit dilewatkan.

Aku cukup sadar bahwa aku tak layak untuk disukai, tapi kuyakini dalam hati bahwa aku layak menyukai. Menyukai Sam bukanlah sebuah dosa yang harus kuhentikan. Tapi mengaharap untuk disukai balik adalah kesalahan fatal karena aku tau bagaimana akhirnya.
Samuel pasti seperti kebanyakan cowok normal di luar sana yang tak mampu menampik keindahan fisik perempuan. Jangan hanya karena ia baik pada gadis seperti diriku lantas membuat harapan melebar kemana-mana. Itu yang kuyakinkan berulang kali di kepalaku—
sebagai mantra anti patah hati.

Aku masuk ke tempat cowok tampan itu bekerja dengan perasaan antusias yang
berhasil kututupi dengan baik. Kulihat Samuel sedang sibuk meracik sesuatu hingga kuputuskan untuk duduk di salah satu kursi panjang yang kosong. Seperti yang bisa ditebak, banyak sekali tatapan orang yang memandangku penuh kengerian dan tak berusaha mereka tutupi.

Seorang pelayan menghampiriku, dia tersenyum sebelum memberikan menunya.

"Aku pesan latte." Kataku setelah membaca semua yang tertera.

"Baik, tunggu sebentar."

Mataku memindai seluruh sudut kafe ini. Menilik pengunjung saat ini, Sora's bisa
saja menjadi tempat favorit untuk minum kopi atau sekadar nongkrong.
Kalau tidak salah kemarin Sarah duduk di sebelah...

Sana.

Oh, dia datang lagi? Bedanya si cantik itu datang sendiri. Aku cukup yakin
penglihatanku tak salah. Sarah balik menatapku dengan mata sinis yang tak pernah ketinggalan. Sejak kapan dia di sana?

"Kau pasti tidak suka yang pahit?" Samuel datang entah darimana. Mungkin aku terlalu fokus pada pengunjung lain—terutama si cantik rekan kerjaku.

"Hai akhirnya kau datang." Ucapnya lagi sambil meletakan latte dengan vanilla
berbentuk hati di atasnya. Urutannya salah, harusnya dia menyapa dulu.

"Hey, Hari Senin sungguh melelahkan."

"Tak ada yang menyukai hari Senin kecuali Bill Gates." Timpalnya.

"Kenapa?"

"Hanya dugaanku saja." Katanya sambil tersenyum separo. Kalau durasinya
diperpanjang, kuyakin bakal pingsan. Tapi itu keinginan terakhirku di dunia ini karena dibutuhkan lebih dari lima orang untuk mengangkat bobotku.

"Kau tidak sibuk?"

"Sangat, tapi itu asiknya bekerja di tempat keluarga sendiri—bebas istirahat kapanpun kau mau."

"Penyalahgunaan kekuasaan." Komentarku dengan nada bercanda.

"Aku memiliki kencan buta hari ini, tunggu sebentar" ia mengecek ponselnya.

"Kurasa dia sudah di sini... Oh itu" tunjuknya pada seorang yang amat kukenal dan kuhindari sebisaku.

Sarah.

Aku pasti tersedak kalau sedang minum. Rasa penasaran jelas menghantamku,  darimana mereka saling mengenal, tapi waktuku tak banyak karena…

"Okay, kutinggal dulu ya?" Samuel jelas lebih mementingkan pasangan kencannya, tentu saja.

Aku hanya bisa memandang kebersamaan mereka dari sini sambil menyeruput latteku yang entah mengapa rasanya menjadi jauh dari nikmat.

Kalau dilihat-lihat jelas mereka cocok, tapi aku merasa ini tidak adil. Kalau si angsa bersama angsa… bagaimana nasib si itik yang buruk rupa dan memiliki tubuh yang merupakan pendefinisian dari mimpi buruk setiap perempuan?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 31, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Lose You To Love MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang