4. Terpaksa Asing

375 49 10
                                    

Rasa bersalah menggelayuti hati Taehyung. Perdebatan mereka malam itu menjadi permulaan awal dari rasa bersalahnya. Jungkook jatuh sakit, membuat pemuda itu mengambil cuti beberapa hari. Hal ini juga berpengaruh terhadap rutinitasnya, ia sempat mengambil cuti sehari untuk menjaga Jungkook di rumah.

Di hari kedua, Taehyung sudah beraktivitas normal. Ia sudah kembali bekerja, sedangkan Jungkook, pemuda itu masih berisitirahat sampai benar-benar pulih. Pekerjaan Jungkook mengharuskannya memiliki energi dan stamina yang optimal, tak bisa setengah-setengah.

Hari ini Taehyung mendatangi gedung agensi sendirian. Ia berniat menemani sosok ketua yang sering Jungkook bilang. Mereka memang di bawah perusahaan yang sama, tapi seolah memiliki dunia yang berbeda. Para penyanyi solo sibuk dengan band mereka, para artis sibuk dengan rekan satu industrinya, para model sibuk dengan kolega bisnisnya, dan para penari sibuk dengan proyek demi proyek yang tak pernah sepi.

Dan kedatangan Taehyung di lantai enam belas membawa gelombang antusias dan kehebohan. Ia dikenal dengan penyanyi yang berani, seksi, dan panas. Jelas banyak penari yang berharap dapat satu projek dengannya. Tapi Taehyung tak memperdulikan tatapan heran dari banyak pasang mata yang ia lalui. Tujuannya hanya satu, bertemu dengan ketua industri ini.

"Dimana ruangan ketua? Tolong arahkan aku ke sana," ujarnya dengan wajah datar kepada seorang resepsionis wanita yang menyambut kedatangannya.

Wanita itu tampak terkejut, tatapannya memuji takjub paras rupawan Taehyung. Namun melihat ekspresi kaku pemuda itu, ia langsung menelan ludah. "Maaf, ketua tidak hadir hari ini," ujarnya jujur.

Tapi Taehyung tak langsung percaya, ia melempar tatapan intimidasi lebih tajam lagi. "Kau berkata jujur?"

"I-iya. Anda bisa melihat daftar hadir jika tidak percaya. Ketua kami memang tidak hadir hari ini."

"Tak perlu." Hanya dua kalimat yang diucapkan dengan suara berat dan ketus. Taehyung langsung meninggalkan ruangan itu masih dengan wajah arogannya. Sebelum benar-benar pergi ia memberi ucapan terima kasih kepada resepsionis wanita itu yang balas membukukan tubuhnya.

Taehyung melenggang santai keluar dari lantai enam belas, kemudian mencari lift untuk membawanya ke lantai delapan belas, tempatnya berkutat dengan urusan pekerjaan. Taehyung langsung memasuki studio rekaman tempat dimana ia banyak berkarya.

Ia duduk sebentar sambil memijat kening. Menghela napas frustasi, "sial. Lagu apa yang harus aku tulis," ujarnya setengah bergumam.

Meskipun ia tak setuju dengan permintaan Jungkook, ia tetap menyiapkan bagiannya. Seolah berjaga-jaga jika mereka tidak mendapatkan celah untuk mengelak.

"Lagu klasik? Promosi budaya? Apakah kami menari dengan pakaian adat?" Taehyung bertanya sendirian sambil membayangkan praduganya itu. "Heh, gila," sambungnya lagi.

Taehyung benar-benar memaksa dirinya untuk berpikir, tapi sia-sia. Ia tak mendapatkan satupun inspirasi di saat pikirannya sedang ruwet seperti sekarang ini. Akhirnya Taehyung menyerah, ia melupakan rencana untuk memikirkan ide dari lagunya.

Ia meraih ponsel di dalam sakunya. Benda itu sudah bergetar tiga kali, seseorang telah menghubunginya. Dengan malas ia membuka kunci layar benda pipih itu. Ternyata panggilan dari teman nongkrongnya, Levi.

"Hei dude, malam nanti sibuk?"

"Ini masih pagi, astaga."

Terdengar suara tawa renyah dari temannya, "sorry. Penyanyi sibuk susah diajak nongkrong."

"Memangnya ada apa?"

"Oh, itu... Malam nanti di Spinner ada party. Kenalanku menang tender. Ayo gabung, bisa kan?"

NIGHTMARE | TAEKOOKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang