"Pak Lukman! Mau pulang Pak?"
Merasa terpanggil, Pak Lukman menoleh pada dua muridnya yang tiba-tiba menghampiri dia. Guru itu pun tersenyum, "bapak mau ke panti asuhan ngasih sumbangan yang dari kalian itu lo. Setiap hari jum'at suka ada infaq keliling kan? Nah, setiap 3 bulan sekali semua total uangnya ada yang disisihkan untuk anak-anak di sana."
Mulut Fajar tiba-tiba menganga tak percaya. "Serius Pak?"
"Bapak sekarang mau ke sana dong?" tanya Jefa di sampingnya.
"Iya."
Dibandingkan dengan guru lain, Fajar dan Jefa lebih dekat dengan Pak Lukman. Pak Lukman orangnya tidak banyak peraturan saat di kelas, lebih santai, dan mereka sendiri juga lupa kenapa bisa lebih akrab dengan Pak Lukman daripada dengan guru lain.
"Wah, ikut yuk Jar," ajak Jefa sambil menyikut lengan Fajar, Fajar pun juga terlihat setuju dengan ide Jefa.
Sedangkan Pak Lukman sendiri kaget mendengar ucapan Jefa, ia bertanya-tanya dalam hati apa yang telah terjadi pada kedua anak nakal itu. Sekarang sudah waktunya pulang, tapi tumben dua anak ini belum pulang dan malah meminta untuk ikut.
"Loh ngapain kalian ngikut?"
"Ya emang ga boleh Pak? Penasaran aja, sekali-kali. Saya sama Fajar bawa motor sendiri ngikutin di belakang Bapak. Ayo Jar let's go!" Jefa berlari menuju motornya yang terparkir sendirian di sana karena murid-murid lain sudah pulang. Fajar kembali menatap Pak Lukman dengan penuh harap.
"Boleh ya Pak? Jauh ga tempatnya?"
"Ya sudah, ga jauh banget kok."
—————>>><<<—————
Sesampainya di panti asuhan, mereka pun memarkirkan motornya di depan gerbang panti.
Fajar menepuk bahu Jefa, "sumpah baru tau kalo ternyata infaq di sekolah kita sebagian disumbangin ke sini."
"Sama Jar gua juga kaget. Tau gitu gua mau infaq terus kemaren-kemaren."
"Tumben Jef?" kekeh Fajar sambil menyikut lengan Jefa.
"Ya sebokek-bokeknya gua, masih ada mereka yang lebih membutuhkan duit."
Pak Lukman melangkah terlebih dahulu memasuki panti asuhan tersebut, diikuti oleh Fajar dan Jefa di belakangnya. Mereka disambut oleh pemilik panti yang bernama Bu Rena, juga dengan Bibi yang lainnya yang juga bekerja di sana. Saat mereka masuk, semua anak-anak yang sedang duduk di bawah mengalihkan pandangannya pada ketiga orang itu.
"Haloo anak-anak, gimana kabar kalian? Akhirnya bisa ketemu lagi sama Pak Lukman!" sapa Pak Lukman dengan ceria, satu-persatu anak-anak di sana pun mencium tangan Pak Lukman gembira.
"Pak Lukman! Mereka berdua siapa?" tanya salah satu anak perempuan sambil menunjuk Fajar dan Jefa.
"Oh ya, perkenalkan mereka namanya Kak Fajar dan Kak Jefa. Mereka murid dari sekolah Bapak," kata Pak Lukman. Yang membuat Fajar kaget adalah anak-anak langsung mencium punggung tangan dirinya dan Jefa. Senyum keduanya merekah saat itu juga.
"Mereka sopan-sopan banget," bisik Jefa ke Fajar, Fajar mengangguk setuju sambil terkekeh.
Setelah itu Pak Lukman mengeluarkan sesuatu dari tasnya yang ternyata berisi banyak lollipop, kemudian dia menatap Fajar dan Jefa. "Tolong bantu bagi-bagiin ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Satu Jiwa Dua Raga
Fiksi RemajaSaudara sedarah daging memang tak akan pernah bisa dipisahkan, dan tak sebaiknya untuk memisahkan mereka. Keduanya memiliki ikatan batin yang kuat, sejauh apa pun mereka terpisah, jika memang mereka ditakdirkan bertemu pasti tuhan akan menyatukan me...