Suara derasnya ombak serta angin kencang yang sejak tadi menerpa helaian rambut seorang perempuan yang hanya duduk diam ditepi pantai.
Langit sudah sangat petang, senja yang sangat cantik terpampang jelas dihujung pantai sana.
Seorang perempuan dengan mata sembab hanya memandang kosong permandangan yang luar biasa ini dengan perasaan teramat sakit.
Sejak dua jam yang lalu, Nuri hanya diam tapi sedar akan air matanya yang kembali menitis.
Terkadang, Nuri selalu berfikir bahwa hidupnya tidak beruntung, hidupnya selalu di kelilingi masalah, hidupnya tidak pernah bahagia. Tapi setiap kali dirinya memikirkan hal itu, Nuri mengingat kembali kata seseorang bahwa saat hidup yang kita jalani itu adalah impian seseorang yang mahu hidup seperti kita
Perempuan itu menahan air matanya yang hampir jatuh kembali, berusaha mati matian menahan sesak didadanya yang sungguh gemuruh sejak tadi. Takut.. Nuri takut akan hidupnya berakhir di tangannya sendiri..
"Tak penat ke menangis?"
Nuri tersentak segera menoleh kebelakang, jantung berdegup kala melihat seorang lelaki yang tidak dia sangka akan berdiri dengan santai sedang melihat kearahnya sejak tadi.
Lelaki yang tinggi dengan mata yang redup itu berjalan perlahan mendekat ke arahnya.
"Tak lapar ke? Sudahlah nangis dari tadi.. "Nuri diam membisu tidak tahu harus menjawab apa padahal sudah jelas memang dia belum mengisi perutnya dengan apapun sejak pagi tadi..namun perempuan itu pelik kenapa, kenapa Emil yang berada di sampingnya saat ini?
"kenapa dekat sini?"
"Aku pun taktau kenapa aku dekat sini Ri" Emil menatap kearah depan langitnya sungguh indah, senja yang sebentar lagi akan hilang dan akan diganti dengan langit malam.
"Kau suka laut Nuri?"Nuri melirik wajah Emil dari sampingnya, "Suka, Laut dah macam safeplace aku.Tempat untuk aku bergantung tak kira apapun"
Emil menatap wajah Nuri kembali, wajah yang sembab perempuan itu ditiliknya seketika sebelum bertanya
"Kenapa tak jadikan manusia untuk jadi safeplace kau? rumah kedua kau?"
perasaan sedih yang dirasakannya tadi muncul kembali, hatinya kembali sakit "Takboleh."
sekilas Nuri mengeluh kecil"Manusia hanya bagi luka Emil,setiap kali nak bercerita diorang akan lebih burukkan keadaan.. Konon hidup diorang lagi susah"
"Tapi aku bukan macam tu"
Ucapan Emil yang membuatkan perempuan itu hairan. "You know what, kau boleh jadikan aku tempat kau bercerita.. Ill be here for you if you need someone if kau fikir yang everybody will leave you and kau sorang then.. Aku akan ada untuk kau"Nuri tersentak setiap ucapan Emil berjaya membuatkan perasaannya bercampur aduk. Nuri sangat ingin mendengar seseorang untuk mengatakan hal ini kepadanya kerana Nuri hanya perlu seseorang yang boleh mendengar keluh kesalnya, seseorang yang boleh dia jadikan rumah untuk dia pulang.
Tapi disebabkan traumanya yang pernah dia alami dahulu cukup membuatkan pikirannya kacau"Jangan merepek lah Emil, aku taknak jatuh dengan harapan palsu yang dah buat aku sakit sendiri"
Emil menarik nafas dalam.
"Jangan anggap semua orang sama Ri. look, kau boleh tak percaya orang tapi bukan bermaksud untuk kau tak ada satupun orang yang kau boleh percaya untuk dengar cerita kau. cerita yang kau dah simpan sendiri, you get what i mean?""Aku.. Aku takut Emil, dari dulu aku tak tau macam mana untuk ungkap perasaan aku. Dari dulu aku aku dah dipaksa untuk diam keadaan yang paksa aku untuk pendam semua sendiri"
Emil menatap sedih wajah perempuan untuk entah sedalam apa luka yang telah disimpannya sebelum ini.
"Ri,kita tak mampu untuk tunjuk sisi terbaik kita sepanjang masa. Sifat manusia tu sederhana, tapi kalau kau ingat apa tujuan sebenar hidup dan kau ingat sebab pertama kau boleh kuat sampai sekarang aku rasa everything will make sense.."
"Ri.. Hidup memang akan terus berjalan dan memang bukan tentang kita saja. Tapi tujuan hidup adalah mencari version terbaik kau sendiri, kalau harini kau sedih besok besok kau masih sedih ataupun lusa kau masih sedih.. Its okay Nuri, kau boleh take a baby step for finding your own happiness, the better version of yourself. Cause bahagia bukan dibuat main main Ri, bukan jugak untuk ditunggu. Jadi kita sama sama cari kebahagiaan tu okay? "ucap Emil tersenyum kecil
"Aku just takut.. Aku takut, aku tak tau macam mana nak ungkap perasaan aku. Dari dulu aku paksa untuk kuat untuk diam dan pendam semua sendiri dari cerita dekat orang orang"
Emil mengangguk paham "Tak apa Ri, kau ada aku. Dunia mungkin jahat jadi kau kena ada dengan aku okay? Aku akan protect kau dari dunia and orang orang yang jahat dengan kau alright?"
"Aku.. Rindu ayah and mama jugak Emil. Aku nak jadi selfish tapi aku tak mampu"
"Kau nak jumpa diorang?"
Tanya EmilPerempuan itu menggeleng. "Terlalu sakit untuk aku jumpa diorang sekarang, ayah aku dah pergi jauh maybe dia tak ingat pun aku. Mama? Mama sekarang bukan macam mama yang aku kenal dulu.."
Emil tersentak, merasakan dejavu saat Nuri menceritakan keluarganya.
Dia tersenyum kelat, kenapa orang dewasa selalu menghakimi mereka. Bukankah lahir ke dunia ini bukan keinginan mereka."Stay strong Ri aku tau kau bukan orang yang akan buat keputusan gila, kalau kau rasa keluarga kau jahat cuba tengok dari pandangan lain, mungkin diorang pun simpan rasa sakit yang kau sendiri tak tau.""Thanks Emil dah dengar cerita aku yang aku rasa macam tak masuk akal ni" ucap Perempuan itu segaris senyuman hambar "sorry keadaan aku nampak lagi menyedihkan depan kau sekarang" lirihnya lagi
"its fine, you can come to me whenever you want dalam keadaan happy, or sedih sekalipun" Emil tersenyum hangat sekilas Nuri juga membalas senyuman lelaki itu yang berhasil membuat mereka berdua saling merasakan detak jantung yang lebih cepat dari biasanya
"Nuri, what if aku jatuh cinta dekat kau?"
YOU ARE READING
Tentang Dia (OG)
RomanceThe story that i wrote for you "Dia langit, yang menyinari diri seperti Bintang. aku yang berada di Laut bumi hanya mampu memandang indah dia dari kejauhan" (based on true story)