Langit, Laut Dan Kita

18 1 0
                                    

Sekilas angin membuat rambut hitam pekat milik seorang perempuan terus berterbangan mengikuti arah angin, kakinya berjalan dengan perlahan mengikuti lelaki dengan tubuh yang lebih tinggi darinya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sekilas angin membuat rambut hitam pekat milik seorang perempuan terus berterbangan mengikuti arah angin, kakinya berjalan dengan perlahan mengikuti lelaki dengan tubuh yang lebih tinggi darinya.

Dia Emil.
Seorang lelaki yang tidak sengaja ku temui dan telah menjadi lelaki yang boleh dikatakan rapat dengan aku, mempunyai mata yang mampu membuatkan perempuan jatuh luluh apabila melihat dirinya namun buat masa sekarang dia tidak tertarik dengan mana mana perempuan lagi, hairan. berpenampilan tapi sederhana itulah yang membuatkan dia berbeza dengan lelaki yang lain

Nuri mengikuti Emil di sampingnya yang berjalan pelan di tepi pantai dengan teleskop ditangannya. Sungguh, Nuri tak mengira bahwa Emil akan mengajaknya melihat bintang di sini. Untung nya, Nuri memakai seluar panjang dan cardingan panjang.

"Ni sini Ri," Emil berhenti di salah satu sudut pantai, yang sudah tersedia ugun api dan tikar.
“Aku dah fikir ni dari minggu lepas tau, tapi kalau kau tak berapa selesa kita boleh cari tempat lain"

Nuri menggeleng tersenyum kecil,
"Aku suka,aku suka laut jadi aku suka tempat dekat sini"

Emil ikut tersenyum kecil, lalu di bersihkan tikar untuk Nuri duduk. Lelaki itu menyiapkan teleskop untuk mereka melihat bintang, untuknya langit malam ini sangat cerah serta banyak bintang-bintang di atas sana.
"Ready nak tengok bintang?" tanya Emil

"Of course lah ready hehe"

Emil menarik sudut bibirnya comel, hal yang sejak tadi Nuri lakukan dia, menahan detak jantungnya agar tidak terlalu ketara kerana saat ini dia juga di landa kegugupan.

Lelaki itu mengatur teleskop nya lalu mula mencari letak bintang yang paling indah di atas sana, sungguh bintang-bintang sangat indah diatas sana, serta satu bulan walaupun tidak bulat sempurna, bulan malam ini pun juga tak kalah indahnya, Emil yang sudah sering kali melihat benda-benda langit itu, masih tetap takjub walaupun akan dilihat berulang kali.

"Tengok sini Ri, dekatkan satu mata kau dekat sini, lepastu kau focus dekat satu titik, bintang mana yang kau nak tengok"

Nuri dengan perlahan mendekat kearah teleskop, dilihatnya dan di fokuskan nya arah teleskop pada satu titik, sungguh Nuri pun sama terpukau nya dengan Emil saat melihat langit malam ini. "Cantiknya bintang malamni Emil."

"Cantik kan, aku pun tak sangka. cantik betul langit malam ni.” Jawab Emil. Lelaki itu menunjuk ke arah satu bintang tepatnya di arah barat.

"Ri, cuba fokus dekat titik bintang yang itu, bintang yang paling terang arah barat.”

Nuri mula memfokuskan sesuai arahan dari Emil. "Emil cantikk gila kalau tengok dari teleskop ni serious cantik"

Emil tersenyum kecil. "Kau tau nama bintang tu?" Nuri hanya menggeleng tak tau. "Apa dia?"

Emil menarik nafas dalam. "Sirius atau Alfa canis mayoris. Sirius adalah bintang paling terang di antara bintang yang lain."

“Means bintang pun ada nama?"
Emil mengangguk,
"Betul, walaupun nampak sama, tapi semua bintang itu ada jenisnya, nama pun macam-macam.”

“Hebat tho, Emil” Ucap Nuri pelan. “Um.. Emil, boleh aku tanya?”

Emil menoleh tertawa pelan. “Boleh cik laut, tapi kena bayarlah kalau nak tau jawapan aku"

“Tsk, kau ni” Decit Nuri, dan Emil hanya tertawa pelan.
“Haha aku bergurau je. Ha tanyalah"

“Macamna kau boleh suka langit ,Emil?” Nuri mendadak merasa bersalah saat raut wajah Emil yang tadi tenang menjadi berubah kecewa. “Eh Sorry kalau soalan aku buat kau rasa tak selesa. Takpayahla jawab"

Emil tersenyum simpul. “Tak ada apalah, Ri” lelaki itu duduk lalu kepalanya mendongak, ditatap nya langit diatas sana. “Sebab dekat langit, ada orang yang aku sayang and langit akan selalu teman aku kalau  teringat dia..he's my dad.” ucap Emil lirih.

“Sorry Emil, aku..tak tau..”

Emil masih tersenyum kecil. “It’s okey Ri, aku pun dah lama nak cerita ni kat someone, tapi orang tak pernah tanya aku kenapa aku suka sangat dekat langit."

“Dulu waktu kecil, aku nak sangat jadi Astronaut and ayah aku yang selalu support aku. Aku fikir itu cuma akan kekal jadi angan angan masa kecil aku tapi aku salah.” Emil menjeda sebentar ucapannya.

“Sejak kecil, ayah terus kenalkan aku pasal langit dan benda-benda langit, ayah selalu ajak aku keluar malam just untuk tunjuk aku kalau bintang itu selalu ada kemana saja kita pergi,sama macam bulan dan sejak tu bintang jadi benda langit yang aku suka” Jelas Emil.

“Semakin besar, aku makin nak tahu ada apa je dekat semesta ini, semakin orang-orang berteori tentang ruang angkasa yang luasnya sangat diluar jangkaan, semakin aku nak tahu jawapan untuk teori teori itu.”

Emil menarik nafas dalam. “Waktu universiti, aku cuba ambil tawaran course Astronomi and cuba untuk sambung belajar. kau tau Ri, aku berjaya dapat tawaran tu, aku dengan dengan perasaan happy gila time tu fikir ayah aku mesti bangga dengan aku. Aku terus balik  rumah untuk bagitau ayah, tapi…”

Nuri menepuk bahu lelaki itu perlahan. Berusaha menenangkan perasaan Emil dia tau bahwa lelaki itu sedang dalam perasaan yang tidak baik.

“dalam perjalanan aku nak balik, mak aku telefon cakap yang dada ayah aku sakit macam susah untuk bernafas aku tak tau dia ada sakit belum sempat aku balik beberapa minit lepastu..dia meninggal sebab heart attack.."

Nuri tersentak, perasaannya pun ikut terasa sakit saat mendengar cerita Emil sebentar tadi, Nuri tak jangka senyuman yang setiap hari Emil tunjukan ternyata demi untuk menutupi lukanya. “Kau kuat Emil, I’m proud of you, and im sure your father is proud of you too.”

Emil menatap Nuri, hatinya tersentak saat perempuan itu mengatakan hal itu padanya.

“Patutnya kau tak boleh sedih Emil, aku pasti ayah kau mesti bangga dengan kau aku percaya dia bangga sangat dengan anak dia sebab dapat capai apa yang kau imipikan sebelumni.” Ucap Nuri tersenyum kecil. “Jadi jangan giveup, kau dah berjaya sampai sini banyak lagi kau boleh kejar untuk masa depan nanti kejar semua impian yang kau nak. "

Emil tersenyum kecil, seperti ada banyak duri yang salama ini tertusuk pada dirinya, tapi malam ini ia merasa duri duri itu sudah tiada dia merasa lega saat menceritakan apa yang selama ini disimpannya sendirian. “Emil, ada orang pernah pesan macamni dekat aku"

Nuri menatap muka lelaki itu. “Jika lukamu sedalam laut, maka ikhlasmu harus seluas langit.”

Emil tersenyum kecil, paham maksud kata kata Nuri sebentar tadi. “Tapi, kenapa langit dan laut, Ri?”

“Sebab, ada perasaan yang tak dapat dijelaskan masa kita tengok langit dengan laut, Emil. Selain menggambarkan keindahan, mereka menyimpan ketenangan, dan saat melihatnya rasa sakit yang selama ini aku pendam sendiri boleh hilang hanya dengan melihat langit dan laut.”

Emil mengangguk setuju. “Betul cakap kau Ri, sebab tengok langit di laut, betul betul dapat rasa yang nama ketenangan, walaupun diiringi suara ombak”

Nuri tersenyum kecil, memandangkan kembali permandangan laut didepan Emil. malam ini bukan hanya langit dan laut saja yang indah

tapi dua manusia ini juga sangat indah dengan kata-kata mereka tentang langit dan laut.

Sekarang, dua manusia itu kembali mendalami perasaan apa yang saat ini sama sama mereka rasakan, mungkin nanti perasaan dua penyuka langit dan laut itu akan bersatu, tapi bagaimana jika semesta tak mengizinkan langit dan laut bersatu?

Tentang Dia (OG) Where stories live. Discover now