"Tapi sepertinya, aku harus menemanimu bersama Jayden. Karena kalau dipikir-pikir lagi.. aku juga ingin berkorban untukmu, Wonjung,"
Wonjung sedikit kaget mendengar pernyataan itu, "Yang mulia yakin? Itu akan sangat berbahaya dan lagi pula aku tak masalah jika hanya ditemani oleh Jayden saja—"
"Bukan itu, aku hanya ingin memberi sesuatu yang berharga untuk seseorang.. yang sempat aku percayai, sama seperti aku mempercayaimu,"
Wonjung awalnya ingin bertanya siapa itu, tapi sepertinya tidak perlu karena kelak ia juga akan tahu siapa orang itu.
"Panggil Jayden, kita akan pergi ke hutan untuk membuang Selena,"
Malamnya, Sano ditemani Jayden dan Wonjung berjalan kaki keluar istana menuju hutan diam-diam sambil membawa mawar yang dituturkan kain.
Tak seorangpun yang tahu jika raja sedang tidak ada di istana, namun nyatanya dua musuh mereka justru tahu karena sudah mengintai.
Mereka bertiga dihadang oleh Sannan dan Jithest ditengah hutan. Wonjung menyuruh Sano dan Jayden untuk pergi tanpa dirinya.
"Tidak apa-apa, jika aku mati pun, setidaknya aku tak menyesal berada di sisimu, King Sano," ucap Wonjung sambil tersenyum.
Mendengar kata-kata itu, membuat Sano senang sekaligus sedih. Ia terpaksa harus berlari dibelakang Jayden dan hanya bisa melihat Wonjung dari kejauhan dengan perasaan yang begitu khawatir.
"Dikehidupan selanjutnya, mari hidup bahagia tanpa perlu menjalani siksaan seperti ini." batin Sano sambil berlari dengan wajah Wonjung yang samar-samar menghilang dari pandangannya.
Sannan memerintahkan Jithest untuk mengejar Jayden dan Sano. "Kejar mereka Jithest, biarkan orang ini aku bunuh."
Sannan bertarung dengan Wonjung hingga sampailah dimana Wonjung terjatuh ke tanah dan mulai kehilangan tenaga.
Wonjung terjatuh ke tanah dengan lemah dan kesakitan. Sebelum Sannan menghunuskan pedangnya, ia memberi waktu untuk Wonjung mengatakan kata-kata terakhirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GREED
Action[read DARK BLOOD first] "punish me with your pride, cause this is my oblivion."