Jaren menggerakkan kaki-kakinya secepat yang dia bisa. Di belakangnya, sekelompok orang mengejar Jaren dengan tatapan seolah menemukan mangsa. Meskipun, memang benar itulah yang terjadi saat ini.
Di antara suasana yang intens ini, Jaren memutar kembali otaknya, mencoba mengingat penyebab dirinya diburu. Sayangnya, ia tidak menemukan ingatan apapun.
"Berhenti mengejarku! Aku bukan pencuri! Aku bukan orang jahat!" Teriak Jaren histeris. Napasnya memburu, dadanya terasa sakit karena pasokan oksigen yang menipis.
Entah keberuntungan atau kesialan, kakinya tersandung akar pohon yang timbul di permukaan tanah, mengakibatkan Jaren limbung ke depan menimpa aspal jalan.
Alis Jaren menyatu, menyadari keanehan.
"...Aspal?"
Dengan terburu, Jaren segera menarik kakinya yang masih berada di wilayah hutan. Ia segera berdiri, mengindahkan lututnya yang berdenyut nyeri, bersiap untuk berlari lagi.
Namun, ketika netranya mendapati orang-orang tadi berhenti mengejarnya dengan tetap berada di dalam hutan, Jaren merasa kebingungan. Wajah orang-orang itu terlihat marah dan kecewa.
"Kau lolos hari ini, manusia. Namun, tidak ada lain kali." Salah satu dari mereka berkata dengan geraman di ujung kalimat.
Seperkian sekon kemudian, gerombolan orang itu berbalik dan berlari cepat ke dalam hutan.
"Aku selamat?"
Tubuh Jaren merosot dengan lemas. Ia meluruskan kedua kakinya yang terasa pegal. Sembari menormalkan napas serta debaran jantungnya, Jaren melihat aspal yang ia duduki dengan tatapan rumit.
"Aspal ini baru saja menolongku? Bukan manusia, tapi aspal jalan?" Jaren bertanya-tanya.
Jaren benar-benar tidak mengerti apa yang terjadi padanya. Ketika membuka mata, ia menemukan dirinya tengkurap di dalam hutan yang gelap. Menyadari tidak ada waktu untuk bingung, Jaren mencoba mencari jalan keluar. Namun, kala dirinya tidak sengaja melewati sekelompok orang, yang bahkan tidak Jaren sadari keberadaan mereka, ia harus berlari tunggang-langgang tak tentu arah.
Mereka terus mengejar Jaren, tanpa mengatakan alasan apapun. Melihat bagaimana penampilan mereka, Jaren langsung dapat memprediksi masa depan: nyawanya akan hilang jika tertangkap.
"Mereka bukan manusia." Jaren bergumam lirih.
Ia mengantuk, tubuhnya terasa remuk, lapar, dan haus. Sorot matanya menyendu, "Aku ada dimana?"
Ketika berusaha menegakkan diri untuk berjalan ke salah satu ujung jalan, Jaren terhuyung-huyung akan jatuh. Tampaknya, tubuh Jaren telah mencapai batas.
Jaren merebahkan diri, masih di tengah jalan, karena ia terlalu takut untuk menepi ke wilayah hutan. Pikirnya tidak masalah bahkan jika ia tertidur di sini. Sudah hampir dua jam dan tidak ada satupun kendaraan yang lewat. Mungkin karena ini malam hari, Jaren menduga sekarang sekitaran jam sebelas atau dua belas.
Bunyi binatang malam dan cahaya bulan purnama menjadi pengantar tidur Jaren. Kalaupun nantinya ia tertabrak kendaraan yang lewat, Jaren tidak masalah. Toh, ia telah melakukan yang dirinya bisa. Kalau memang takdir hidupnya sampai di sini, Jaren hanya perlu menerima. Daripada memaksakan untuk merangkak mencari jalan keluar, yang pada akhirnya sia-sia dan justru menambah penderitaan. Jika akhirnya, ia tetap akan tiada, ia memilih untuk mati tanpa rasa sakit.
Jaren terbangun, merasa tidurnya terganggu. Ingin membuka mata, tapi dirinya tak sanggup. Jaren merasa ia di gendongan seseorang saat ini, di sekitarnya sangat ramai dengan suara bisikan dan isak tangis. Telinganya dapat menangkap isakan seseorang yang paling terdengar pilu saat ini,
"Putraku...putraku..."
"Ibu..." panggil Jaren lirih. Ia tidak berada dalam kesadaran penuh saat ini, pikirannya kosong.
"Iya sayang, ini Ibu. Sebentar lagi kita sampai di rumah, yaa."
"Ibu...takut." Setelah mengatakan itu, Jaren kembali tertidur.
"Lebih cepat, Damian!"
==================================================================
Haii?
Maafkan aku yang lama menghilang kemudian membawa cerita baru. Aku buat cerita di WP karena enjoy aja hehehe. Mohon pemaklumannya kalau lama update atau muncul membawa cerita baru lagi. Jujur, ini aku lagi meraba-raba genre apa yang aku suka.
Salam,
Florakiest
KAMU SEDANG MEMBACA
Novum
Fantasy"Dadu telah dilemparkan." Warning: Alur lambat! Cover credit by Pinterest