Start.

181 21 0
                                    


-WELC, HAPPY READING-






Hari yang cukup cerah, sebagian orang merasa senang dan sedih, air mata bercampur dengan darah karena penculik serta pembunuh ini. Ruangan kedap suara, teriakan terus terus terdengar didalam ruangan tetapi sunyi diluar. Beberapa mayat telah dikelilingi oleh lalat karena tak dikubur, darah kering dilantai dan tulang yang berserakan tak pernah dibuang takut ketahuan oleh polisi melihat banyaknya tulang manusia, hanya saja tulang tersebut ditumpuk menjadi gunung tulang manusia.



"MA-MAAF!! TOLONG JANGAN BUNUH ANAK SAYA..! SAYA MOHON ANDA BOLEH MENYIKSA SAYA, TAPI JANGAN ANAK SAYA, TOLONG LEPASKAN D-" -People.


Bruk!


"Berisik banget anjing, emang kenapa kalo itu anak lo? Kenapa nyuruh gua lepasin dia? Lo kira gua Tolol kah anjing, lo mau gua ditangkep polisi?"

Sosok manusia yang tergeletak dilantai hanya bisa memuntahkan darah dan mengeluarkan darah dari tusukan bagian perut. "k-kau.....iblis."

Crak! Sekali lagi tusukan dibagian jantung.

"K-kau iblis sialan!! Aku dan mereka semua tak mempunyai salah apapun!!! You are the real devil!! Kau pantas dipenjara!!!" Manusia manusia yang ditahan dengan besi borgol agar tak lepas tersebut bersorak menjulukinya iblis bertopeng.

"Oh ya? Gua bakalan dipenjara, tapi sebelum itu sampah sampah yang berkeliaran kek lo pada bakalan gua musnahin terlebih dahulu."






_








"Nagi!" Reo memanggil Nagi yang baru bangun dari tidurnya dengan baju compang camping layaknya anak anak yang tak tahu apa apa-turun beranjak menuju ruang tamu untuk duduk didekat Reo.

"Kenapa Reo? nagi masih ngantuk..." -Nagi meregahkan tubuhnya lalu dengan kesadaran penuh menjatuhkan tubuhnya dipaha Reo.

"Ini udah siang, loh. Kamu begadang lagi tadi malem?" Reo mengelus surai Nagi yang tiduran dipahanya.

"um....jam 3" -Nagi

"Nakal." -Reo tak habis pikir mengapa ia masih bisa mencintai orang bodoh yang tak ingin mendengar seperti Nagi.

"Ngomong ngomong, Ini liat," jari telunjuk Reo mengarah ketv yang menampilkan berita siaralan langsung. "Makin banyak korban yang dibunuh sama iblis bertopeng, warga dikota kita berkurang drastis banget" -Reo

"Reo takut ya?" -Nagi

"Jelas takut! Emang kamu ga takut?" -Reo

"Takut, sedikit. Tapi nagi siap jadi pelindungmu" -Nagi

"Ahhaha," Reo tertawa meragukan Nagi.
"Emang kamu bisa lawan dia hmm? Kamu aja mageran gini mana bisa ngelawan dia yang udah terlatih" -Reo

"Bisa. Reo jangan raguin skill nagi, reo harus percaya sama aku kalau aku bakalan selametin kamu" -Nagi

"Iya iyaa, dan aku bakalan bantu kamu melalui doa , Sayang." -Reo mencium kening Nagi.

Posisinya berubah menjadi duduk memangku reo, ia memeluknya dari belakang lalu memejamkan mata.
"Nagi boleh tidur lagi ga reo?" Pintanya.

Yang namanya disebut menghela nafas panjang. "Ga boleh , Nagi. Sana mandi" Reo melepas tangan Nagi dan melangkah kedapur untuk memasak makanan untuk ia dan juga nagi.

Ia berdecak tapi tetap menuruti sang pacar.
Tak ada yang tahu apa yang dilakukan nagi dikamar mandi selain mandi, yaitu membuang waktu selama 30 menit untuk memandangi wajahnya, tak hanya itu, ia menampar dan mencakar dirinya sendiri.




»




Suara bergeming dari Ruang tamu memanggil seseorang yang berada diDapur."Reo kenapa tumben ga pergi jalan sama temen?" Tanya Nagi-memulai langkahan ingin keDapur.

"Kita disuruh dirumah buat jaga jaga, jadi semuanya lagi diem dirumah" Ujarnya. Tangannya masih mencampur bumbu kemakanan tapi wajah Nagi mulai mencuri kefokusannya.

"oh, gitu" -Nagi. Wajahnya menjadi sedikit pucat karena Reo tak pergi untuk kali ini, ia menghentikan langkahnya sejenak 'ga ada, ck.'

Reo tiba tiba berlari menuju nagi dengan khawatir. "Nagi!," ia memegang pipinya.
"Wajahmu pucat, kamu sakit?"

"Nagi cuma pusing aja reo" Nagi memejamkan matanya. Keinginannya adalah beristirahat terlebih dahulu sebelum bekerja malam.

"Yaudah sana bobo siang, ku temenin"
Reo menggapai tangan Nagi dan menuntunnya kekamar.


Sesampainya dikamar, Nagi dengan sekejap mata langsung tertidur nyenyak.
Sedangkan reo yang tak tahu ingin melakukan apa pun memeriksa semua laci Nagi.

Barang barang yang tertera tidak rapi alias berantakan sungguh mengejutkan Reo ketika awal awal memasuki kamar Nagi tetapi hingga sekarangpun ia masih tidak percaya dengan keberantakan kamarnya.

Ia pernah mengingat apa yang Nagi katakan setahun yang lalu, yaitu, jangan pernah membuka lemari bajunya. Reo akan melanggarnya, namun kunci lemari tampaknya disembunyikan oleh Nagi.

Ciiitt.. - Matanya mengelilingi lemari tersebut, tak ada yang janggal. Hanya sebuah lemari kosong, pikirnya.

Tak ada yang mencurigakan baginya, dengan tangan ringan dan kesadaran yang jelas pun ia menutupnya kembali. Helaan nafas terdengar dari Reo.

Ia akan mengambil langkah berputar kearah Nagi, tapi Reo baru menyadari ada sebuah tali panjang yang berbentuk benang-keluar dari lemari tingkat duanya.
Tangannya menyentuh benang tersebut dan perlahan demi perlahan menarik benang tersebut.









"Reo!"







"I-iya?" Dekapan secara tiba tiba dari Nagi membuat Reo hampir jantungan. Ini kedua kalinya ia gugup termasuk kaget dengan sikap Nagi yang tiba tiba aneh.

"Reoo ngapain?," Nagi mendusel duselkan pipinya kebelahan leher Reo dengan sedikit kasar memanas. "Tadi katanya mau nemenin Nagi bobo, pas nagi raba reo gaada" Nagi menatap aneh keReo sembari mengeratkan dekapannya.

"Ah..iya maaf, t-tadi aku mau buatin kamu bubur. Kamu tadi minta dibuatin bubur y-ya?" Nadanya terdengar sangat gugup dengan keringat cucuran dingin, gemetar.

Nagi memicingkan matanya, ia menatap Reo lurus tajam, matanya seperti tlah diasah menjadi lebih tajam dari sebelumnya. "Nagi ga minta itu. Nagi ga mau bubur, cuman mau tidur. Reo aneh, kenapa keliatan gugup?" Ia sekaligus menajamkan nadanya.

Reo menelan salivanya. "Aku ga gugup nagi, aku cuma cape aja. Udah ya, ayo bobo sekarang" Dekapannya ia lepas, Reo menarik tangan Nagi menuju ranjang. Lagi dan lagi helaan nafas lega dari Reo.

Di-ranjang, ada kisaran 3 detik wajah Nagi menghadap keReo-masih dengan tatapan yang tajam. Rasa gugupnya begitu menghilang ketika Nagi sudah terlelap dalam dekapannya, tak lama Reo juga terlelap dalam tidur-ia tak bohong jika ia benar benar cape.







~TBC~




Haloo, back to me Mikaela again! Untuk book yang kali ini semoga sukaa ya, akan kucoba untuk tingkatin penulisanku dan ide ideku, Okay? Jangan lupa dukung terus ya

See u.

-Pembunuh, 2 topeng.- [nagireo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang