PROLOG

962 83 3
                                    

Hujan deras dan petir yang menggelegar. Lampu di jalan pun meremang. Di malam yang gelap gulita di pinggir jalan. Tampak seseorang yang berdiri terdiam dengan sekujur tubuh basah.

Matanya melotot. Tubuhnya bergetar, entah karena kedinginan atau karena melihat sesosok mayat di depan mata.

Darah merembes, menyatu dengan air hujan yang tergenang di jalanan. Seolah hujan membantu menyingkirkan barang bukti yang tak sengaja tercipta karena kesalahan semata.

Dirinya jatuh berlutut di depan mayat temannya. Menjambak rambut dengan begitu keras hingga helaiannya terlepas.

Ia berteriak. Namun kalah dengan suara petir.

Ia menyeret tubuhnya dengan lunglai dan lemas. Jari-jemarinya menggaruk aspal di jalanan hingga lecet dan berdarah.

Tangisnya pecah, menyatu dengan baluran air hujan yang menghantam kepalanya. Begitu ia menarik temannya yang sudah tiada itu, memeluknya dan berharap nadinya berdenyut kembali.

Namun, itu semua hanya harapan yang sia-sia.

Meski ia berteriak sampai kerongkongannya rusak pun, walau matanya buta karena terus menangis, takkan terjadi ketika temannya itu membuka mata dan mengelus kepalanya.

Temannya tetaplah mati.

Bahkan tubuh itu mulai dingin. Ditambah suhu hujan yang tak main-main. Menambah pula lengkingan rasa bersalah itu.

Rasanya gila.

Ketika ia mulai berhalusinasi. Sosok temannya itu berdiri di bawah sinar lampu. Dengan kepala yang berdarah, dan darahnya mengalir hingga ke ujung sepatu.

Mata sayunya menatap tanpa makna. Hanya diam seolah meminta pertanggungjawaban. Meski dirinya juga tidak bisa melakukan apa-apa selain memeluk raga tanpa jiwa itu.

"Kamu harus mengaku."

Suara yang masuk ke dalam kepalanya. Bahkan ia tidak melihat gerak bibir orang itu.

"Kutukan itu telah datang."

Pupilnya mengecil. Sesuatu seperti telah merasuk ke dalam pikirannya. Dalam sekejap, pandangannya buram dan tubuhnya oleng.

Tubuhnya jatuh terkulai di bawah hujan. Dan mayat itu menghilang tanpa bekas.

Katanya, "Permainan telah dimulai."

.

.

.

***tbc***

A/n:

Selamat datang di fanfic yang baru.

Saya ingin mengasah kemampuan kepenulisan misteri saya dalam genre thriller ini.

Awalnya, saya tdk begitu tertarik dengan cerita-cerita pembunuhan karena terlalu klise. Tapi, mungkin bisa dicoba.

Dan untuk pertama kalinya (mungkin) saya menciptakan sebuah fanfic di mana akan terjadi banyak pembunuhan.

Omong-omong, saya tidak suka adegan gore. Itu menjijikkan dan tidak masuk akal. Terkesan "bodoh" ketika penjahat membunuh dengan cara yang brutal seperti hewan buas.

Nah uh, sesuatu perlu estetika. Bahkan ketika itu sebuah pembunuhan berencana.

Saya sudah menentukan setiap karakter di sini dan tidak akan mengubah peran karakternya. Karena, peran itu sudah cukup sempurna untuk mereka.

Bbb elemental, fusion dan geng kokotiam. Semakin banyak karakter, semakin baik.

Selamat menikmati. Saya harap kalian suka dengan cerita ini o(〃^▽^〃)o walau saya tidak suka genre ini.

//adios

[02.01.24]

『 Run Or Die 』BoBoiBoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang