Bab 8 : Real Victim

279 37 14
                                    

Aku menemukan Gempa menangis tak karuan saat aku sampai di rumah. Gempa menelepon, sambil sesenggukan, ia mengatakan bahwa Taufan menghilang.

Dengan begitu pula aku langsung lari terbirit-birit dari sekolah. Untuk pulang ke rumah. Dan menemukan kondisi Gempa seperti ini.

"Gempa! Katakan padaku, apa yang terjadi?" Aku menarik bahu Gempa. Membuatnya melihat ke arahku.

Matanya sembab, wajahnya basah karena air mata. Ia mengusap-usap air mata yang tak henti-hentinya keluar.

"E-enggak tahu ... tiba-tiba Kak Taufan sudah hilang waktu aku pulang habis beli bubur," akunya. Ia masih menangis. "Maaf, kak Hali."

"Gapapa, kita cari. Dia pasti ada di sekitar sini."

Aku mencoba membuat Gempa tenang meski tanganku gemetar. Membuat adik bungsuku berhenti menangis terlebih dahulu.

Gempa mulai tenang. Ia melihat sekeliling. "Jendelanya terbuka waktu aku kembali. Padahal, aku jarang membuka jendela."

Mengingat ini adalah kamar milik Gempa. Gempa memang jarang membuka jendelanya. Hanya sekadar menyibak gorden saja agar cahaya matahari bisa masuk ke dalam kamar.

Aku memeriksa bagian jendela. Melihat apakah jendela dicongkel dari luar. Tetapi, tidak ada tanda-tanda bahwa ada kerusakan atau pemaksaan untuk membuka jendela tersebut.

Penguncinya juga tidak patah. Seolah memang Taufan sendiri yang membuka pintu itu dari dalam.

Tetapi, kenapa Taufan membuka jendela? Apa karena ada seseorang yang ia kenal sedang memanggil dari luar jendela?

Siapa?

"Bagaimana kak?" Suara Gempa masih terdengar serak. Raut wajahnya khawatir. Ia berkali-kali melirik ke arah ranjang tidur.

"Kau coba lapor polisi dulu, kakak bakal coba cari." Melihat Gempa mengangguk. Aku langsung pergi dari sana.

Aku menyusuri jalanan sambil melihat tiap tempat dengan detail. Mencoba menerka-nerka tempat apa yang mungkin akan didatangi oleh Taufan.

Entah bagaimana Taufan pergi, bisa jadi diculik. Tapi, kenapa?

Bukankah pesan selanjutnya masih belum ada? Solar bahkan koma. Lantas, apakah pembunuh itu dendam karena aku menghentikan dia membunuh Solar waktu itu?

Jadi dia menculik Taufan?

"Argh!"

Aku berhenti di dekat jembatan. Berteriak marah. Lalu memukul besi dengan emosi.

Bukan tidak mungkin. Tapi jika benar, Taufan ditargetkan paksa karena aku menyelamatkan Solar.

Kalau begitu, kenapa dia melarikan diri waktu itu? Padahal bukankah dia bisa membunuhku saja bersamaan dengan Solar?

Belum ada pesan baru. Berarti Solar dan Taufan masih hidup. Dan selama waktu itu, aku harus mencari Taufan sekaligus mencegah Solar dibunuh saat sedang koma.

Thorn sedang menjaga Solar saat ini. Dan Gempa melapor ke polisi. Belum ada satu pun teman kelas yang mengetahui soal ini.

Karena aku tidak bisa mempercayai siapapun.

.

.

.

Aku menghampiri Gempa yang duduk termenung di pinggir jalan. Lalu duduk di sebelahnya.

Ia menundukkan kepala. "Aku sudah melapor ke polisi, mereka sedang melakukan pencarian," katanya.

Aku hanya diam. Tidak menjawab apapun. Membuat Gempa kian diam juga tak bersuara.

『 Run Or Die 』BoBoiBoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang