Bab 14 : Where are you, Yaya?

323 41 16
                                    

Meski darah mengaliri sisi kepalanya karena sempat dihantam dengan kunci inggris. Bahkan tubuhnya terasa amat sakit. Gopal tidak menghentikan langkahnya untuk lari meski terseret-seret.

Ia menangis. Buru-buru berlari dengan jantung yang berdebar tak karuan.

Dirinya terperosok, karena rupanya ia keluar dari hutan tersebut. Ia jatuh berputar ke jalan raya.

Sebuah mobil berhenti mendadak karena hampir menabraknya. Membuat Gopal juga tak kalah kaget dengan keadaan ini.

Selagi menoleh was-was ke arah pepohonan. Orang-orang di mobil itu keluar, ternyata mereka adalah sepasang suami istri.

"Astaga, nak. Apa kamu tertabrak? Apa yang terjadi padamu?" Seorang ibu muda berlari terburu-buru menghampiri sosok Gopal yang terluka.

"Aku yakin tidak menabraknya tadi. Hey, nak! Apa yang terjadi?" Turut hadir pria yang merupakan suami wanita itu. Ia berdiri tegak pula, menunggu jawaban si Gopal yang masih berusaha merangkai kata.

Gopal tidak ingin menyebutkan kata pembunuh entah kenapa. Ia takut kedua orang ini akan meninggalkannya jika ia menjawab demikian. Kala itu Gopal menjawab dengan hal lain.

"A-aku tersesat dan jatuh. Tolong, bisakah kalian antarkan aku pulang."

Gopal tak kuasa menangis. Tubuhnya bergetar hebat.

Karena merasa kasihan. Akhirnya sepasang suami istri itu setuju untuk membawa Gopal. Mereka membantu memapah Gopal masuk ke dalam mobil, dan kemudian pergi dari sana.

Gopal masih melirik was-was pada pepohonan. Bisa ia lihat sosok itu hanyaa diam dan menoleh ke arah lain. Lalu pergi begitu saja.

Dirinya langsung pingsan saat itu juga.

.

.

.

Yaya langsung saja berlari saat si pembunuh menoleh ke arahnya. Ia juga mengangkat telepon dari Halilintar.

Pembunuh itu mengejar juga. Membuat Yaya berlari dengan panik.

"Halilintar! Aku sudah tahu pelakunya!"

Hanya dengan melihat postur tubuh, menerka tinggi badan, dan pakaian yang tergantung di tubuhnya. Yaya bisa menebak sosok orang yang menyembunyikan wajahnya di balik masker itu.

"Akh--"

Malang nasibnya, gadis itu justru tersandung dan ponselnya terlempar sebelum sempat mengatakan pelakunya pada Halilintar. Tapi tak masalah, ia harus selamat lebih dulu.

Namun saat baru mengangkat kepala. Sosok itu sudah sampai lebih dulu dan menarik kaki Yaya agar gadis itu tak bisa langsung berdiri.

Kaki gadis itu langsung ia patahkan di tempat. Bersamaan dengan teriakan melengking yang dibumbui rasa sakit.

Sosok itu melayangkan kunci inggris dan menghantam kuat kepala Yaya. Gadis itu tak kuasa menahan sakitnya dan langsung pingsan di tempat.

.

.

.

Aku berlari terburu-buru setelah mendapat panggilan telepon dari Yaya beberapa menit yang lalu. Dengan serta merta aku buru-buru memastikan semua pintu rumahnya terkunci, lalu berlari pergi mencari keberadaan Yaya yang tak kunjung mengangkat telepon.

Dalam penuh keheningan aku kini berlari tergesa-gesa. Sibuk menoleh kanan dan kiri sembari menelepon kembali si gadis yang masih tak juga mengangkat telepon darinya.

Udara dingin menusuk kulit. Aku menggigil karena hanya memakai kaos tipis.

Tanganku kembali menelepon. Hingga tak berselang lama, Yaya mengangkat panggilan itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 16 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

『 Run Or Die 』BoBoiBoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang