Laki-laki itu mengenakan jas laboratorium miliknya, seperti biasa. Sejak subuh tadi, ia tetap terjaga tanpa henti, meneliti ramuan baru yang sekiranya diperlukan untuk misi selanjutnya yang diberikan oleh Pierro.
Ia memasukkan obat itu ke dalam suntikan, jarumnya ia tusukkan pada lengan salah satu tikus percobaannya. Hanya sedikit, tetapi orang itu kejang-kejang dan mati.
Salah, salah! Harusnya racikan obat kali ini hanya membuat kesadaran seseorang berada antara sadar dan pingsan; sehingga kata-kata yang keluar dari target seratus persen merupakan sebuah kejujuran.
Namun, mati. Jika obat itu bisa membuat seorang allogenes mati, apalagi kalau manusia biasa yang tidak punya kelebihan apa-apa? Kacau. Ia meneriakkan nama beberapa anak buahnya, kemudian menyuruh anak-anak itu untuk membereskan mayat itu.
"Sialan ...." umpat sang ilmuwan. Ia melempar tabung eksperimennya yang sudah ia beri label bertuliskan 'KZ-279'. Ia mengambil pena, menuliskan hasil penggunaan obatnya. "Percobaan nomor 279 gagal. Setelah ini aku harus mengurangi kadar racunnya."
"Hmm. Kalau aku ganti ini dengan bahan serupa, apakah hasilnya akan sama? Atau sebaiknya aku coba kurangi racunnya dulu ...." Dottore bergumam sendiri, menuliskan serangkaian tulisan yang tidak mudah dimengerti selain olehnya.
Kedua alisnya bertaut, ekspresi wajahnya kaku dan serius, tampak jelas ia tidak senang dengan hasil yang tadi ia dapatkan. Kertas yang baru saja ia coret-coret dengan pena pun ia robek, kemudian ia menulis lagi kadar yang akan ia pakai sekarang.
"Serius sekali, Tuan Dottore~?" Suara bisikan lembut menyapa indera pendengaran Dottore, tepat dari belakangnya.
Refleks, laki-laki itu menghempaskan tangannya, hendak menyerang siapapun itu yang menggangu pekerjaannya. Ia mengernyit tajam, ketika suara tawa geli menyusul keluar dari bibir wanita yang berhasil menghindar itu. Ia meletakkan penanya di atas meja, kemudian berbalik dan memandang wanita itu. "(Name) ... sejak kapan kau ada di sini, hah?"
"Lima menit yang lalu, bersamaan dengan anak buahmu yang membereskan mayat tadi." Gadis yang dipanggil (Name) itu tersenyum anggun, ia duduk di salah satu meja yang ada di sana, menyilangkan kakinya tanpa ada rasa bersalah sedikitpun. "Salahmu sendiri yang terlalu fokus pada penelitianmu itu, sampai tidak sadar ada wanita secantik aku yang masuk ke sini."
"Coba aku lihat. Belum ada setengah hari, tapi kamu sudah membunuh dua ratus orang, Tuan Dottore."
"Keluar, (Name). Jangan ganggu aku." Dottore mendecak kesal, ia memijat pelipisnya guna meredakan sedikit sakit kepalanya. "Bukankah aku sudah bilang pada Pierro untuk memindahkanmu menjadi anak buah si Balladeer? Kenapa kau masih ada di sini, hah?"
"Oh, Tuan Dottore sayangku~ Beliau tidak mengizinkanku untuk pindah, dan ia sendiri yang bilang kalau aku ditugaskan untuk berada di sisimu." (Name) terkekeh geli, kemudian berjalan perlahan mendekati laki-laki itu. Dengan ekspresi menantang, ia berkata, "Lagipula, memangnya kamu bisa hidup tanpa aku?"
"Sialan kau, wanita berbisa." Sekali lagi Dottore mengumpat kesal, ia menghela napas dan bersandar pada meja di belakangnya. "Apa maumu kali ini? Aku tahu kau cukup waras untuk datang ke sini dengan alasan yang jelas."
"Kubunuh kau kalau alasan yang kau berikan hanyalah hal konyol."
"Wah, Tuan Dottore, wajahmu terlihat kecut sekali~ Bagaimana kalau istirahat sejenak dan rayakan tahun baru bersamaku?"
"Kau ini bodoh, kah?" tanya Dottore dengan nada ketus, jelas-jelas ia menunjukkan rasa bencinya pada hal bodoh yang keluar dari bibir gadis itu. "Rayakan saja sendiri, aku tidak mau."
(Name) mengerucutkan bibirnya dengan sebal, hanya untuk meledek laki-laki itu. "Kamu hari ini tempramental sekali, sih~ Pasti karena percobaanmu gagal terus.
Dottore mendelik tajam di balik topengnya. "Diam, bisa? Atau akan kusumpal mulutmu."
"Dengan bibirmu, hm~? Seperti ciuman mistletoe, tapi di tahun baru?"
"Wanita gila."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
New Year's Eve « Il Dottore x Reader » (Genshin Impact)
Fanfic"Wah, Tuan Dottore, wajahmu terlihat kecut sekali~ Bagaimana kalau istirahat sejenak dan rayakan tahun baru bersamaku?" "Kau ini bodoh, kah?" tanya Dottore dengan nada ketus, jelas-jelas ia menunjukkan rasa bencinya pada hal bodoh yang keluar dari b...