Jibran's Family
[Sembagi Arutala]
Selama merawat Zean dan Zau, Windy tidak merasa lelah yang berkepanjangan. Jibran benar-benar menempatkan dirinya sebagai suami dan ayah yang baik untuk dirinya dan si kembar.
Selama menjadi ibu baru, Windy belajar untuk merawat Zean dan Zau dengan baik. Ia sempat merasa bahwa merawat anak tidak terlalu sulit. Namun, nyatanya teori tidak seindah pada praktik. Windy sedikit kerepotan karena mengurus dua anak. Beruntung, Bu Esti dan Bi Arum membantunya.
Bu Esti memutuskan untuk tinggal bersama di rumah Windy dan Jibran untuk membimbing putrinya. Beban Windy semakin ringan ketika lima hari setelahnya, Bu Ayu datang dari Jogja untuk ikut membantu Windy. Wanita Jogja itu bahkan ikut menginap karena tidak tega dan takut menantunya kelelahan.
Acara aqiqah pun dihendel semua oleh Jibran dibantu oleh Pak Dinar. Eyang Kakung dan Eyang Putri terpaksa tidak bisa ikut ke Jakarta karena kesehatan mereka. Lintang dan Yafiq juga tetap di rumah untuk menjaga Eyang Kakung dan Eyang Putrinya. Selain itu, mereka juga masih ada kewajiban untuk sekolah.
Satu minggu berikutnya, Bu Ayu harus pulang ke Jogja. Bu Ayu tidak bisa berlama-lama lagi di Jakarta karena pekerjaannya.
"Terima kasih, ya, Bu. Udah bantu Windy di sini. Windy jadi ngerepotin Ibu," ucap Windy saat Bu Ayu berpamitan.
"Sama-sama, Nduk. Ibu enggak merasa direpotkan, kok. Ibu malah senang. Tapi, mulai hari ini, Ibu enggak bisa bantu kamu lagi. Maaf, ya, Nduk. Ibu harus pulang."
Windy menggeleng. "Windy udah kebantu banget selama Ibu di sini, kok. Makasih, ya, Bu. Ibu pokoknya hati-hati di jalan."
Bu Ayu mengusap kepala Windy. Perempuan setengah baya itu menatap Zau yang ada di gendongan Windy.
"Cantiknya Uti enggak boleh rewel, ya. Kasihan Bunda nanti. Uti pamit pulang dulu. Besok kapan-kapan main ke Jogja, ya."
Windy tersenyum. "Siap, Uti," jawabnya dengan suara kecil.
Bu Ayu tersenyum. Ia beralih pada Zean yang tertidur pulas di ranjang.
"Jagoan Uti juga, nih. Jadi anak yang hebat untuk Ayah dan Bunda."
Bu Ayu mengusap dahi Zean dan membenarkan beanie yang dipakaikan di kepalanya. Lantas, ia menatap besannya. "Bu, saya pamit pulang dulu, ya."
Bu Esti membalas jabatan tangan Bu Ayu. "Ibu hati-hati. Maaf, lho, saya enggak bisa antar ke bandara."
Mereka berpelukan dan bercipika-cipiki.
"Ah, sudah ada Jibran kok yang antar. Ibu juga, kan, di rumah nemanin Nak Windy."
Bu Esti tersenyum. Bertepatan dengan itu, Jibran masuk ke kamar.
"Bu, udah waktunya berangkat," katanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEMBAGI ARUTALA [END]
FanfictionTERBIT | PART MASIH LENGKAP [Collaboration To Celebrate NCT Dream's Anniversary] "Loh, pulangnya sendiri aja, Mas Jibran? Mana calonnya? Enggak mau dikenalin ke Bu Ayu dan Pak Dinar?" Setiap pulang ke Jogja, hanya itu-itu saja yang ditanyakan para t...