Dinding ruangan sederhana itu dihiasi banyak sekali foto. Hampir seluruhnya adalah foto seorang anak perempuan. Mulai dari bayi hingga anak itu mengenakan seragam sekolah berwarna biru muda. Rambut hitamnya dikuncir dua dan sepasang kacamata menghiasi wajah cantiknya.
Gadis kecil itu adalah pusat dunia dari rumah ini. Terutama untuk kedua orang yang mendiaminya.
Sakura Haruno dan Sasuke Uchiha.
***
Lauk sarapan pagi itu adalah menu seperti di hari-hari lainnya. Telur dadar manis, sup rumput laut, serta ikan bakar sisa kemarin. Namun Sakura dan Sasuke terlihat sangat lahap memakannua dengan nasi sisa semalam yang disimpan dalam kulkas kemudian dipanaskan.
Pagi ini keduanya ada jadwal kuliah. Lalu siang nanti harus segera ke tempat kerja paruh waktu mereka. Jadi sarapan hari ini harus ekstra. Karena belum tentu mereka punya waktu untuk makan siang jika jam pulang kuliah dan jam masuk kerja berdekatan sementara jarak kampus dengan lokasi kerja mereka cukup jauh.
Sambil bercakap-cakap mereka menikmati makanan. Sesekali nama Sarada akan keluar dari mulut keduanya. Tentang kegiatannya di sekolah, tentang perkembangannya, dan tentu saja tentang kerinduan mereka pada putri semata wayang yang tidak ada dalam dekapan.
Beberapa tahun ini, bahkan semenjak Sarada lahir, mereka memang tidak bisa terus berada di sisinya. Memang menyakitkan, tapi itu semua demi kebaikan sang buah hati.
Kedamaian pagi itu terusik ketika ponsel Sakura berbunyi nyaring. Sebuah nomor yang tak dikenalnya menelpon.
"Siapa?" Sasuke bertanya penasaran. Dia meletakkan mangkuknya dan mengintip ke arah layar ponsel Sakura.
"Tidak tahu. Aku tidak mengenal nomor ini." Sakura memberikan ponselnya pada Sasuke.
"Biarkan saja. Jangan diangkat."
Sakura menuruti. Dia biarkan saja panggilan itu hingga berhenti dengan sendirinya.
Tapi tak lama, ponselnya lagi-lagi berbunyi. Mengikuti perintah Sasuke, maka Sakura membiarkannya mati. Namun nomor itu terus menghubunginya. Karena merasa terganggu, Sakura memutuskan untuk mengaktifkan mode silent pada ponselnya.
Setelah sarapan, keduanya segera berangkat ke kampus. Mereka menaiki bis yang biasa mereka tumpangi lalu turun di halte terdekat dari gedung kampus.
Mereka berpisah di parkiran kendaraan para staff untuk menuju fakultas masing-masing dan berjanji akan saling menghubungi jika kelas mereka sudah selesai.
Sakura tidak sadar kalau nomor itu terus menghubunginya baik melalui panggilan ataupun pesan hingga kelas berakhir dan dia akan menelpon Sasuke.
Penasaran, Sakura memutuskan membuka pesan yang masuk. Entah mengapa jantungnya berdetak tak karuan seolah bisa melompat keluar. Tangannya juga jadi berkeringat dan sekujur tubuhnya gemetar.
From : 03×××××××5
Maaf mengganggu, Nona. Saya Yamato. Tolong angkat panggilan kami atau balas pesan kami. Sesuatu telah terjadi di rumah.
Alis Sakura berkerut membaca pesan itu. Dia ingat siapa Yamato. Salah satu staff yang bekerja untuk perusahaan ayahnya. Dia memang tidak begitu mengenal pria itu, namun yang dia tahu bahwa Yamato merupakan salah satu orang yang paling setia pada sang ayah. Bisa disebut sebagai tangan kanannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SOMEWHERE ONLY WE KNOW ✔️
Romance"Nona Sakura? Tolong pulang ke rumah segera. Ayah Anda meninggal dunia pagi ini." *** Panggilan di pagi hari itu merubah banyak hal. Terutama untuk hidupnya.