Daun-daun kering berjatuhan di sekitar lokasi pemakaman akibat tertiup angin. Pagi itu cuaca sedikit mendung dan rintik-rintik hujan mulai turun.
Prosesi pemakaman ayahnya sudah hampir selesai. Seorang pendeta telah menutup doa dan para pelayat yang hadir menyalami mereka untuk lagi-lagi mengucapkan belasungkawa.
Wajah ibunya masih terlihat sembab. Semalaman dia menangis didampingi Sakura dan Sasuke di sisinya. Kepergian mendadak sang suami membuatnya sangat terguncang meski kini sang putri sudah kembali kepadanya.
"Nyonya, ayo pulang." Ajak Yamato.
Dengan langkah pelan dan lemah Mebuki berjalan dipimpin oleh Sakura dan Sasuke. Di dalam mobil mereka semua hanya berdiam diri.
Sesampainya di rumah, seorang pelayan yang bekerja di sana menyambut mereka. Ada makanan dan minuman yang telah terhidang di meja makan. Tetapi Mebuki menolak untuk makan dan memilih masuk ke kamar.
"Kalian makan duluan. Ibu ingin istirahat." Katanya dengan senyun yang dipaksakan.
Sakura dan Sasuke tidak bisa menolak. Mereka memilih menurut dan memakan sedikit hidangan di atas meja.
Para pelayan dari jauh memperhatikan mereka. Akhirnya si putri kesayang pulang ke rumah bersama kekasihnya. Pasti mereka semua sudah mengetahui apa yang terjadi di rumah ini.
Tak lama Yamato bergabung dengan mereka. Pria itu mengambil kursi di depan Sasuke dan mengusir para pelayan dari sana.
"Nona, kapan kalian akan pindah kemari?" Tanyanya tanpa berbasa-basi.
Sakura memandang Sasuke. Mereka memang akan pindah ke rumah ini dan tinggal bersama ibu Sakura. Tidak mungkin mereka membiarkan wanita itu tinggal sendirian di sini bersama dengan para pelayan yang lebih sering pulang ke rumah masing-masing.
"Hari ini kami bisa pindah. Kami hanya perlu mengemaskan barang-barang di apartemen." Jawab Sasuke.
Ketiganya menyetujui untuk pergi ke apartemen itu setelah ini. Sakura sempat pamit kepada ibunya dan tanpa disangka sang ibu ingin ikut. Dia bilang kesepian jika berada di rumah seorang diri meski ada pelayan.
Saat tiba di apartemen tua sewaan mereka, sang ibu ikut turun. Sakura bisa melihat bahwa ibunya ikut tertegun memperhatikan tempat tinggal putrinya selama ini.
"Berapa biaya sewanya?" Tanya Mebuki saat mereka menaiki tangga menuju unit mereka di lantai 4.
"Kami membayarnya tahuhan. Sekitar empat ratus ribu setahun. Ini apartemen tua dan ukurannya tidak besar, jadi harganya murah." Kata Sasuke menjelaskan.
Begitu masuk ke dalam unit mereka dan mendapati ruangan sederhana yang diisi dengan beberapa furnitur murah, Mebuki hanya diam sambil memperhatikan satu-persatu tiap detail di sana.
Namun yang paling menarik perhatiannya tentu saja foto-foto Sarada yang dipajang dengan rapi di hampir satu dinding.
"Di mana dia? Kalian tidak pernah membicarakannya. Apa kalian menitipkannya ke seseorang?"
Pertanyaan Mebuki membuat Sakura dan Sasuke yang tengah mengemas pakaian mereka berhenti bekerja. Mereka saling pandang seolah saling meminta salah satu di antara mereka untuk menjelaskan situasi yang ada.
Sakura menelan ludahnya. Dia sadar kalau dialah yang harus menjelaskan. Lagipula, dirinyalah yang sudah lebih dulu menyetujuu permintaan Itachi dan istrinya untuk mengadopsi Sarada.
"Kakak Sasuke mengadopsinya."
Jawaban Sakura membuat Mebuki mengalihkan pandangan dari foto-foto cucunya dan menatap mereka penuh tanda tanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SOMEWHERE ONLY WE KNOW ✔️
Romance"Nona Sakura? Tolong pulang ke rumah segera. Ayah Anda meninggal dunia pagi ini." *** Panggilan di pagi hari itu merubah banyak hal. Terutama untuk hidupnya.