Jika awan berkabung pun tidak cukup untuk mengerti bagaimana perasaan hatiku, lalu bagaimana aku cukup melampiaskan rasa kecewaku pada semesta. Iya, semesta hampir merenggut segalanya dariku.
Bagaimana aku ditinggalkan seorang diri bersama beribu rasa sakit yang di derita, bagaimana aku menghadapi begitu banyak ketakutan sendirian.
Aku mengerti kehidupan manusia adalah roda berputar, tapi mengapa roda yang ku naiki terus berada di bawah, kenapa aku terus tergilas Gilas dengan kenyataan yang begitu menyakitkan.
Suatu hari di tengah gulitanya mendung, aku ditemukan oleh setitik cahaya. Dan aku pikir cahaya itu akan terus menerangi, nyatanya dia ikut redup bersama lampu lainnya.
"Aku akan terus bersamamu, menemanimu dan terus menghapus air matamu. Janjiku hanya akan ada senyum yang menghiasi wajah manismu itu" katanya suatu hari ketika kami duduk diatas balkon rumah. Ah iya, dia tidak akan pernah setuju dengan wajahku yang cantik.
Katanya lagi "kamu akan selalu jadi wanita termanis dalam hidupku"
Lalu aku akan membantah "cantik bukan manis"
Dan dengan manisnya dia akan berkata "cantik itu membosankan, kamu itu manis dan akan selalu begitu"
Kenangannya tidak banyak hanya segelintir dari separuh hidupnya, tapi itu tidak akan pernah hilang oleh apapun, dan apapun itu tidak akan menghilangkan kenangan, wajah, serta suaranya dalam ingatanku.
Seseorang jelaskan padaku bagaimana cara menjadi ikhlas jika kamu terus ditinggalkan orang terkasih. Aku hilang arah, dikepalaku hanya terfikir bagaimana caranya untuk hidup tanpa genggaman tangannya, bagaimana caranya berdiri tanpa topangan badannya.
***
"Gimana, terima Tawaran tadi atau engga"
"Aku terima dengan senang hati"
Itu adalah awal pertemuan kami, namanya Indra Lesmana, laki laki tinggi besar yang aku kira adalah om om berumur 30 tahun lebih. Umurnya 27 dan aku Izza Ahsanul umurku baru 19 dan kami di pertemukan dengan peristiwa sederhana.
Aku gadis kecil manja kesayangan ayah, tapi takdir merenggut ayah dariku. Aku adalah anak tunggal perempuan yang dibesarkan penuh dengan kasih sayang, diberi begitu besar perhatian, dan dimanja seperti aku tidak akan tumbuh dewasa. Ayah ku meninggal Karna serangan jantung, lebih tepatnya malam hari dimana aku ingin bermanja dengannya.
Aku diberkahi dengan keluarga yang sempurna. Di timang dengan tangan ayah, di belai dengan tangan ibu, sejak kecil tidak pernah kudengar nada membentak dan menghakimi. Dan begitu aku beranjak dewasa takdir berbalik menghantam diriku. Aku kehilangan poros duniaku, maka duniaku pun iku berantakan.
Sedangkan indra adalah anak laki mandiri yang dibesarkan hanya dengan tangan ibunya, ayahnya? Dia ditinggalkan sejak kecil. Dia menjadi mandiri, menjadi kesayangan ibunya kebanggaan ibunya. Apa yang dia tidak lakukan dari kecil, disaat anak lain bermain dengan kelereng, dia malah bermain dengan judi. Beranjak dewasa kenakalannya semakin membuat ibunya geleng geleng kepala. Kabur dari sekolah, kabur dari rumah, touring berhari hari, minum alkohol dan judi.
Mungkin dia sudah bosan dengan kenakalan yang di cicipi nya, makannya bertemu dengan Ku dia seolah menjadi anak kucing begitu manis. Aku yang mendengar ceritanya hanya dapat mengelus dada.
Kesamaan ku dan dirinya adalah kami tidak mendapat kasih sayang dari ibu, dia dan aku ditinggal berkerja seharian dan begitu malam kami tidak memiliki waktu untuk bercerita mengadu selayaknya anak kecil. Dan karena kami memiliki hal yang sama, kami berjanji untuk tidak mengulang nasib itu pada anak kami kelak.
Biar ku jelaskan sedikit tentang indra. Dia adalah laki laki tinggi besar dengan berat badan 80 kg, kegemarannya adalah berbisnis dan merawat hewan. Laki laki humoris yang pernah kutemui, dan prinsipnya adalah kalau bisa merepotkan ku kenapa harus mengerjakan sendiri.
Aku bertemu dengannya sekali masih terasa biasa, aku bertemu dengannya dua kali merasa jiwa ayahku berada dalam dirinya, dan pertemuan tiga kali aku memantapkan hatiku untuk menjalani kehidupan bersamanya.
Dan seperti yang tidak aku kira, perjalanan kami hanya seujung kuku, pengantin baru kata orang, tapi bagiku kematian panjang dalam hidupku.
KAMU SEDANG MEMBACA
60 hari bersamamu
Non-Fictionkami rasa waktu yang diberikan tuhan akan begitu panjang untuk dilalui, nyatanya kami hanya di berikan waktu sedikit untuk bersama. bukan satu tahun, dua tahun, atau bahkan lebih, hanya 60 hari kami bersama. perjalanan hidup kami bukan lah istimewa...