01: Terpaksa menyetujui wasiat sang ayah✔

253 74 21
                                    

Gadis itu trus menangis seraya menatap langit langit terang di atas balkon miliknya. Membuat mata indah itu membengkak lantaran tangisan yang tak kunjung mereda sedari pagi hingga kini matahari hendak terbenam.

Hingga akhirnya seorang wanita yang terlihat sudah berumur mendatangi Dina dengan sebuah kotak berukuran sedang di genggamannya.

"Nak" tegurnya dengan menepuk pelan pundak Dina.

Dina hanya diam, suara terisak mulai terdengar setelah lamanya ia menangis.

"Yang tabah ya nduk, Umma turut berduka cita" selang 3 detik "Bagaimana pun ikhlas lah. Agar Ayah Dina tenang di surga" ucap Umma memberi nasihat seraya menepuk lembut  bahu kanan Dina.

"Hiks, hiks, umma... " adu Dina tak sanggup dengan sakit yang ia rasakan.

Dengan sigab Umma segera membekap tubuh sang anak, sahabat dari suaminya itu dan meletakan kotak itu di sebelahnya.
"Alhamdulillah" gumamnya sangat bersyukur akan Dina yang akhirnya mau untuk berbicara kepadanya.

"Sudahi lahh tangis mu yang seperti ini nduk, jika kamu bersedih maka kirimkan lah saja do'a kepadanya. Dengan begitu percayalah hati yang sakit dan rasa ingin berjumpa semakin lama semakin mengerti akan kepergian yang tak dapat kembali. " 

"Ba-ba-baik um-Umma" ucapnya menyiakan perkataan Umma dengan sesegukan yang begitu sesak didengar.

Umma trus mengelus pundak Dina dengan penuh kasih sayang. hingga waktu maghrib pun tiba, terdengar suara azan yang berkumandang.

"Apakah sudah mendingan? " tanya Umma memastikan Dina yang sudah ampir tak terdengar suara isakannya.

Dina hanya mengangguk. Melepaskan perlahan pelukannya pada Umma.
Dengan rasa bersalah Dina mencoba membuka percakapan.
"Maafkan Dina, karena telah menyusahkan Umma"

Umma tersenyum hangat.

"Tidak apa apa, Kamu sudah Umma anggab seperti anak sendiri. Jadi jangan sungkan untuk mendatangi Umma jika suatu saat Dina butuh sandaran seorang ibu" 

bukan tanpa alasan Umma berbicara seperti itu. Saat dirinya mengetahui jika Bunda Dina yaitu ibu sambung dari anak itu adalah dalang dari kecelakaan tunggal ibu kandung Dina sahabat Umma sendiri. Sangat lah kecewa apalagi mengetahui jika Salma yaitu bunda Dina yang juga telah mengadu domba antara ayah dan anak itu. Sehingga Dina menjadi seburuk dan menjadi anak yang nakal seperti sekarang. Dan benar Dina memanggil dirinya Umma lantaran suruhan dari sang ibu sebelum menghembuskan nafas trakhirnya.

"Makasih banyak, Umma.., " ucapnya sembari memeluk Umma lagi dan lagi.

"Sudah, sudah, mari kita sholat maghrib dahulu. Setelah itu ada yang ingin Umma sampaikan. "

Umma mulai bangkit dari duduk nya, Begitu juga Dina.

"Tapi.., " Dina ingin memberitahu jika dirinya tak mengingat pasti do'a yang di ucapkan saat melakukan gerakan sholat. Sungguh sangat malu dirinya ingin melontarkan fakta ini pada Umma.

"Tak apa, nanti Umma dapat ajarkan ya Din. "

Untunglah Umma mengerti maksud Dina tanpa ia ucapkan. Sungguh beruntung dirinya bertemu dengan manusia sebaik Umma.

Cinta Yang Membawa ku KesurgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang