2

359 50 7
                                    

Semalaman Wonho sulit tidur karena memikirkan sikap Jimin padanya.

Setelah mereka pulang dari mall, sepanjang perjalanan Jimin hanya diam saja dan sesampainya mengantar Jimin pulang, Jimin masih diam tanpa mengucapkan apapun padanya. Dan saat Wonho menanyakan keadaan Jimin melalui chat, ternyata chat darinya tidak dibaca dan saat ditelpon pun nomor Jimin tidak aktif.

Wonho gelisah dan takut Jimin marah padanya karena ia telah lancang mencium Jimin. Tapi disisi lain Wonho sedikit ragu karena Jimin sama sekali tidak menolak ciumannya dan bahkan sempat membalasnya. Tapi tetap saja Wonho cemas dan selalu kepikiran sepanjang malam sampai ia sulit memejamkan mata.

Dan saat pagi tiba, Wonho tentu saja langsung pergi ke kampus lebih awal karena ia ingin menemui Jimin langsung untuk menuntaskan rasa penasarannya.

Wonho janji akan melakukan apapun supaya Jimin tidak marah padanya dan mendiamkannya seperti ini. Jujur saja Wonho hampir gila hanya memikirkan Jimin saja.

Tapi sayang sekali. Setelah tiba di kampus, ternyata jadwal kelas Jimin masih dua jam lagi dan terpaksa Wonho harus menunggu dua jam lagi sampai Jimin berangkat ke kampus.

Namun hampir satu jam menunggu, senyum Wonho mengembang melihat Jimin sedang berjalan di koridor sambil membawa buku-buku di tangannya.

Jimin tetap cantik seperti biasa walaupun penampilannya cukup sederhana. Hal itulah yang membuat Wonho langsung tertarik pada pandangan pertama dan makin lama makin mengagumi Jimin saat tahu bagaimana kepribadian Jimin. Wajah cantik dengan senyumnya yang malu-malu. Siapa yang tidak gemas melihatnya?

"Jimin."

"Sunbae?" Wajah Jimin sedikit kaget melihat Wonho pagi-pagi sudah datang ke fakultasnya. Dan rasa terkejutnya belum hilang ketika Wonho tiba-tiba menarik tangannya untuk pergi ke suatu tempat.

Di depan taman.

Jimin menatap wajah Wonho yang terlihat tegang. "Sunbae ada apa?"

Tentu saja Jimin bingung dengan seniornya yang satu ini karena Jimin belum pernah melihat wajah Wonho seperti ini. Jimin pikir Wonho mempunyai masalah dan Wonho sengaja menemuinya karena ingin curhat dengannya.

"Kamu marah sama aku?"

"Marah? Marah kenapa?" tanya Jimin dengan matanya yang begitu polos.

"Karena. . . Kemarin. Aku. . ." Wonho menggigit bibirnya ragu ingin menceritakan kejadian di parkiran mall kemarin.

"Maksudnya?" Jimin makin bingung dengan arah pembicaraan Wonho. Karena Jimin sama sekali tidak marah pada Wonho. Dan yang membuat Jimin semakin tidak mengerti adalah bagaimana bisa Wonho berspekulasi kalau Jimin marah padanya.

"Kemaren kamu diem aja dan waktu aku chat kamu gak baca terus aku telpon nomor kamu juga gak aktif. Please maafin aku, Jimin. Aku harus apa biar kamu maafin aku."

Jimin bisa melihat bagaimana wajah frustasinya Wonho saat ia memohon pada Jimin untuk memaafkannya. Namun Jimin malah tersenyum lebar membuat wajahnya semakin cantik saja.

"Jadi karena aku diem aja dan gak bisa ditelpon Sunbae ngira aku marah sama Sunbae? Okay aku jelasin satu-satu ya. Aku diem aja karena aku bingung harus gimana. Jujur aja itu adalah first kiss ku." Jimin menundukkan kepalanya malu.

"Jinjja?" Dan sekarang malah Wonho yang kaget mendengar ucapan Jimin. Ya Tuhan berarti ia sudah mengambil first kiss dari seorang Park Jimin. Beruntungnya kau, Lee Wonho.

"Heum. Dan kenapa nomorku tidak aktif. Karena pas sampai di kamar, aku lupa harus mengerjakan tugas dan waktu selesai ternyata aku baru sadar kalau ponselku lowbat. Jadi aku charger dan langsung aku tinggal tidur. Mianhe, Sunbae." Jimin memainkan jarinya dengan gemas. Gara-gara sifat pelupanya yang lupa dengan tugasnya dan mengisi daya ponselnya, Wonho sampai datang ke fakultasnya hanya untuk menanyakan apakah Jimin marah atau tidak.

"Astaga!" Wonho sampai tersenyum lebar dan memijat pangkal hidungnya. Semalaman ia overthinking memikirkan Jimin sampai susah tidur ternyata apa yang ia pikirkan sama sekali tidak benar.

"Aku beneran takut banget kamu menjauh dari aku." Wonho langsung menarik tubuh Jimin ke dalam dekapannya.

"Maaf udah bikin Sunbae cemas. Tapi aku beneran gak marah kok." Jimin menggelengkan kepalanya di dada kekar Wonho.

"Iya aku tahu. Akunya aja terlalu bodoh memikirkan sesuatu yang gak pasti. Aku cuma takut kehilangan kamu." ucap Wonho begitu tulus.

Jimin melepaskan pelukannya dan tersenyum lebar memamerkan giginya. Wonho sampai gemas dan mencubit kedua pipi Jimin lalu mereka berdua pergi dari tempat itu dengan tangan Wonho yang merangkul bahu Jimin.

"Ayo aku antar ke fakultasmu."

"Sunbae gak ada kelas?"

"Ada sih tapi 3 jam lagi."

"Terus ngapain kesini jam segini? 3 jam lagi kan masih lama, Sunbae." tanya Jimin bingung.

"Mau ketemu kamu. Nanti aku mampir ke rumah temenku yang deket sini. Tanggung mau pulang lagi."

"Eum." Jimin mengangguk dan menyandarkan kepalanya di dada Wonho dengan manja.

🐇🐇🐣🐣

Di perpustakaan.

Jimin berjalan pelan berkeliling melihat susunan buku-buku yang di rak. Jimin mengambil satu buku dan membuka halaman per halaman untuk mencari materi yang ia butuhkan. Tapi sudah beberapa buku yang ia baca ternyata belum ada satupun buku yang cocok untuknya.

Dan saat ia mengambil satu buku, tiba-tiba ada tangan besar juga memegang buku yang sama dengannya. Jimin reflek menoleh ke samping kanannya dan melihat Jeon Jungkook, wakil ketua dari organisasi mahasiswa yang ia ikuti bersama Wonho. Laki-laki yang sangat menyebalkan di mata Jimin. Jimin masih ingat saat ospek dulu, sikapnya sangat bossy dan suka seenaknya sendiri. Suka menyuruh-nyuruh juniornya melakukan hal random dan jika juniornya menolak, Jungkook tidak akan segan untuk memarahinya. Jimin sih tidak pernah disuruh-suruh oleh Jungkook. Tapi tetap saja Jimin tidak suka melihat ada orang se arogan Jungkook.

"Maaf, Sunbae. Tapi saya yang ambil duluan buku ini." ujar Jimin menarik buku yang di pegangnya. Tapi sayangnya tangan Jungkook juga tidak mau lepas dari buku itu.

"Gue duluan yang lihat buku itu." ujar Jungkook tegas.

"Tapi saya yang ambil duluan." Jimin tidak mau kalah. Bukannya Jungkook itu mahasiswa hukum. Terus untuk apa ia mengincar buku sastra?

"Gue dari sana udah ngincer buku itu. Bisa kan cari buku lain, pacar gue butuh banget buku itu."

Jimin memutar bola matanya kesal. Jimin hampir lupa kalau Jungkook punya yang bernama Han Sohee, mahasiswi sastra inggris juga tapi satu angkatan dengan Jungkook alias kakak tingkat Jimin.

Si mahasiswa centil yang sama menyebalkannya seperti Jungkook. Jimin pikir mereka berdua itu berjodoh mengingat mereka berdua sama-sama menyebalkan. Satunya si bossy dan satunya lagi centil. Sangat serasi bukan.

"Tapi saya yang pegang duluan berarti saya yang berhak ambil buku ini. Silahkan anda cari buku lain." Jimin tetap mempertahankan buku itu karena Jimin harus memberi pelajaran pada laki-laki sialan ini kalau ia tidak bisa berbuat seenaknya.

"Lo junior ya? Songong banget sih." Jungkook menyandarkan bahunya di rak buku-buku dan melirik Jimin dari atas sampai ke bawah lalu sebaliknya.

"Anda juga senior yang menyebalkan."

"Lo gak tau siapa gue huh?"

"Saya gak peduli dan gak mau tahu dengan senior seperti anda. Baiklah kalau anda mau buku ini. Silahkan ambil!" Jimin langsung mendorong buku itu ke dada Jungkook dan pergi meninggalkan perpustakaan. Moodnya sudah sangat buruk sekarang. Persetan dengan buku itu. Jimin cari lagi saja di toko buku nanti sore.

"Shibal." umpat Jimin kesal.

🐇🐇🐣🐣


gak mau php siapapun
ini bakal jadi pdf berbayar
untuk infonya, nanti kalo udah selesai, soalnya masih proses ketik, mudah2an gak lama

Married By Accident {PDF} {45K}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang