Bab 1__________
Happy Reading
______________________
💤
Viel menatap jam dinding di kelasnya dengan bosan. Ia menghitung mundur detik-detik yang tersisa sebelum bel berbunyi. Ia tidak sabar untuk segera pulang dan menikmati liburan akhir pekan. Ia sudah bosan dengan rutinitas sekolah yang membosankan dan menakutkan.
Ia bersekolah di SMA Tri Priatna, salah satu sekolah swasta terkenal di kota Bandung. Sekolah ini memiliki fasilitas yang lengkap dan berkualitas, serta guru-guru yang profesional dan berpengalaman. Namun, sekolah ini juga memiliki reputasi yang buruk, karena setiap tahunnya selalu ada siswa yang menghilang secara misterius, dan peristiwa tersebut selalu terjadi di bulan yang sama, di tanggal yang sama pula.
Tidak ada yang tahu pasti apa yang terjadi dengan para siswa yang menghilang itu. Ada yang mengatakan bahwa mereka diculik, ada yang mengatakan bahwa mereka bunuh diri, ada yang mengatakan bahwa mereka dibunuh, dan ada yang mengatakan bahwa mereka terjebak di dimensi lain. Namun, tidak ada bukti yang kuat untuk mendukung teori-teori tersebut. Yang pasti, mereka tidak pernah kembali lagi.
Viel sendiri tidak terlalu peduli dengan misteri tersebut. Ia berpikir bahwa itu adalah urusan mereka yang menghilang, bukan urusannya. Ia hanya ingin menjalani hidupnya dengan normal dan tenang. Ia tidak suka dengan hal-hal yang aneh dan berbahaya.
Ia juga tidak mengerti mengapa kakeknya, yang merupakan orang tua satu-satunya yang ia miliki, menyuruhnya bersekolah di sini. Kakeknya adalah seorang ilmuwan terkenal yang sering melakukan penelitian di berbagai bidang. Ia sangat sayang dan menghormati kakeknya, tetapi ia tidak mengerti apa yang ada di pikiran kakeknya.
Selain menyuruhnya bersekolah di sini, kakeknya juga memberinya sebuah buku yang aneh. Buku itu berukuran besar, berwarna hitam, dan berat. Di sampulnya tidak ada tulisan apapun, hanya ada lambang yang terdiri dari lingkaran, segitiga, dan bintang. Di dalamnya juga tidak ada tulisan apapun, hanya ada lembaran-lembaran kertas kosong.
Viel tidak tahu apa guna buku itu. Ia sudah mencoba membukanya, membacanya, dan menulis di dalamnya, tetapi tidak ada yang terjadi. Ia juga sudah mencoba bertanya kepada kakeknya, tetapi kakeknya hanya tersenyum dan berkata bahwa ia akan tahu saat waktunya tiba. Ia tidak menjelaskan lebih lanjut.
Viel merasa kesal dengan sikap kakeknya yang misterius itu. Ia ingin tahu apa maksud kakeknya, dan apa hubungannya buku itu dengan sekolah ini. Ia merasa bahwa ada sesuatu yang disembunyikan oleh kakeknya, dan ia ingin mengetahuinya.
Namun, ia tidak berani menanyakan hal itu lagi kepada kakeknya. Ia takut membuat kakeknya marah atau kecewa. Ia juga tidak mau melanggar janjinya kepada kakeknya, yaitu untuk selalu menjaga buku itu dengan baik, dan tidak memberitahukannya kepada siapa pun.
Ia hanya bisa menyimpan buku itu di dalam tasnya, dan membawanya kemana-mana. Ia berharap bahwa suatu hari nanti, ia akan menemukan jawaban yang ia cari.
Bel berbunyi, menandakan akhir pelajaran hari ini. Viel segera bangkit dari kursinya, mengambil tasnya, dan berjalan keluar kelas. Ia ingin segera pulang dan melupakan semua masalah yang ada di sekolah ini.
Namun, ia tidak menyadari bahwa ada sepasang mata yang memperhatikannya dengan intens. Mata itu milik seorang lelaki yang duduk di pojok kelas, yang selalu memakai ikat kepala merah bercorak putih. Lelaki itu adalah Aksara, salah satu teman sekelasnya.
Aksara adalah seorang yang spesial. Ia bisa melihat sesuatu yang tidak bisa dilihat oleh kebanyakan orang. Ia bisa melihat jiwa-jiwa yang menghuni sekolah ini. Jiwa-jiwa yang terjebak dan tidak bisa pergi. Jiwa-jiwa yang selalu menangis dan berteriak. Jiwa-jiwa yang meminta bantuan, namun tak ada seorangpun yang bisa melihatnya, hanya ia yang bisa melihatnya namun ia berpura-pura tak melihat mereka.
Aksara penasaran dengan misteri yang ada di sekolah ini. Ia ingin tahu apa yang terjadi dengan para siswa yang menghilang itu. Ia ingin tahu apa yang menyebabkan jiwa-jiwa itu terperangkap di sini. Ia ingin tahu apa yang bisa ia lakukan untuk membantu mereka.
Ia juga penasaran dengan Viel. Ia merasa bahwa ada sesuatu yang istimewa dari Viel. Ia merasa bahwa Viel memiliki kaitan dengan misteri ini. Ia merasa bahwa Viel memiliki sesuatu yang bisa membuka rahasia ini.
Ia berdiri dari kursinya, mengambil tasnya, dan mengikuti Viel keluar kelas. Ia berharap bahwa suatu hari nanti, ia akan berbicara dengan Viel.
Namun, di sisi lain ada seorang gadis yang duduk di depan kelas, yang selalu melilitkan jaketnya di pinggangnya. Gadis itu adalah Kirana, salah satu teman sekelas Viel dan Aksara.
Kirana adalah seorang yang peka terhadap hal-hal mistis. Ia bisa merasakan sesuatu yang tidak bisa dirasakan oleh kebanyakan orang. Ia bisa merasakan aura yang mengelilingi sekolah ini. Aura yang gelap dan dingin. Aura yang menakutkan dan mengancam.
Kirana tidak suka dengan misteri yang ada di sekolah ini. Ia merasa bahwa itu adalah sesuatu yang berbahaya dan harus dihindari. Ia merasa bahwa itu adalah sesuatu yang bisa membunuhnya dan teman-temannya. Ia bangkit dari kursinya, mengambil tasnya, dan pergi keluar kelas.
Namun, ia tidak menyadari bahwa ada sepasang mata yang memperhatikannya dengan penuh simpati. Mata itu milik seorang gadis yang duduk di sampingnya, yang selalu memakai jilbab dengan jepit di sisi kanannya. Gadis itu adalah Aya, salah satu teman sekelasnya.
Aya adalah seorang yang terpaksa bersekolah di sini. Ia harus menguak misteri di balik menghilangnya siswa dan siswi di sekolahnya, karena ia harus mencari tahu apa penyebab menghilangnya sang kakak di sekolahnya. Kakaknya adalah korban dari peristiwa yang selalu terjadi setiap tahunnya di sekolahnya.
Aya tidak tahu apa yang terjadi dengan kakaknya. Ia hanya tahu bahwa kakaknya adalah seorang yang baik, cerdas, dan populer. Ia sangat sayang dan kagum dengan kakaknya, dan ingin menjadi seperti kakaknya. Ia tidak percaya bahwa kakaknya sudah meninggal, atau hilang begitu saja.
Aya ingin menemukan kakaknya, dan membawanya pulang. Ia ingin mengetahui kebenaran, dan mendapatkan keadilan. Ia ingin menemukan pelaku, dan memberikan hukuman.
Ia merasa bahwa Viel, Aksara, dan Kirana adalah teman-teman yang baik, yang memiliki tujuan yang sama dengannya. Ia merasa bahwa mereka adalah tim yang solid, yang bisa bekerja sama dengan baik.
Ia tersenyum lembut, mengambil tasnya, dan pergi keluar kelas. Ia berharap bahwa suatu hari nanti, ia akan bertemu dengan kakaknya.
Mereka berempat keluar dari gedung sekolah, dan ada yang ke parkiran ada juga yang menuju ke halte bus yang ada di depan sekolah.
Namun, mereka tidak menyadari bahwa ada sepasang mata yang memperhatikan mereka dengan penuh kebencian. Mata itu milik seorang lelaki yang berdiri di sudut sekolah, yang selalu memakai topi hitam. Lelaki itu adalah seseorang yang berkuasa di sekolah ini.
Tbc
_________________
Spoiler...
Di sebuah ruangan dengan pencahayaan yang minim, ada sekiranya 4 orang dewasa 2 pria dan 2 wanita. Mereka duduk melingkar di meja bundar yang berada di tengah-tengah ruangan.
"Bagaimana? Sekitar 3 bulanan lagi kita akan melakukan ritual itu lagi, kali ini siapa yang akan kita tumbalkan?" Tanya wanita 1.
"Entah, kita harus pikirkan baik-baik siapa yang akan kita tumbalkan untuk ritual nanti" Jawab pria 1.
"Yang pasti kita harus menumbalkan siswa kelas sebelas" Celetuk Wanita 2.
"Ya, dan jika bisa kita harus menumbalkan empat orang siswa," Jawab pria 2, dengan tersenyum miring.
"Mengapa menumbulkan empat orang sekaligus, bukankah kita hanya menumbalkan dua orang siswa saja?" Tanya Wanita 1
__________
Finally,,,
Bab 1 udahh ready...
Semoga suka 💓Typo tandainn ya guys..
Isinyaa narasii semua yaa hehee,,
Tapii di bab selanjutnya enggak kok guys,,
Tenang aja, oke 👌Pa bayyy
By: Ngshlyy
Published : Sumedang, 4 Januari 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Unvilled In The Halls Of Mystery
HorrorHello,, cerita ini bukan hasil plagiat! asli hasil karya sendiri! Viel, Aksara, Kirana, dan Aya adalah empat siswa yang berani menghadapi misteri yang menghantui sekolah mereka. Sekolah yang setiap tahunnya selalu memakan korban jiwa, dan peristiwa...