4: Hari pertama di rumah baru

74 11 0
                                    

Ada suara berisik tidak lupa ketukan berulang di pintu kamarnya, membuat Hao yang sedang nyenyak, berujung terbangun.

Hao mendengus sebal.

'Emang jam berapa sih ini?' pikirnya kesal.

Lelaki tersebut meraih ponselnya disamping tempat tidur, dan melihat jam menunjukkan pukul 03.07 AM. Hao mengucek matanya, berusaha memastikan penglihatannya tidak salah.

Emosi Hao tiba-tiba meningkat, tidak tahukah mereka kalau emosi paling riskan tersulut itu jika sedang nyenyak tidur malah dibangunin, iya kalau kesiangan, ini jam tiga pagi? Dia kan bukan Kuntilanak dan kawan-kawan yang punya shift malam.

Hao perlahan bangkit, dan berjalan cepat penuh emosi ke pintu kamarnya, dengan sedikit oleng karena efek baru bangun tidur.

"Siapa sih pagi-pagi buta bangunin gua" Teriak Hao pertama kali setelah membuka pintu kamarnya.

Dilihatnya wajah tidak bersalah dari Bhumi, yang juga masih sembab karena baru bangun.

"Apaan sih Bhum, ganggu tidur gua aja lo. Ada maling apa gimana?" Sungutnya kesal.

"Ko Hao ini gimana sih, mau sahur loh, nanti keburu imsak" Sahut Yasa yang tiba-tiba datang.

"GUA BUDHA YAAA!" Teriaknya kesal.

Hao lalu memengangi kepalanya yang tiba-tiba jadi pusing setelah marah-marah.

"Lupa Ko" Ujar Bhumi yang akhirnya berbicara.

"Lupa, lupa! Ganggu tidur gua aja lo!" Kata Hao tidak terima.

Hao kesal, kemudian dia berbalik, siap untuk melanjutkan mimpi indahnya yang jadi terputus karena gangguan Bhumi.

"Eh, ngapain masuk! Karena udah kebangun sekalian aja bantuin Kak Dewa masak sana" Ujar Yasa tiba-tiba.

"Lah kok gua yang susah, lo juga yang mau puasa?" Katanya sinis, tapi langkahnya berhenti dan langsung berjalan menuju dapur.

"Biar hasil sekolah masak jauh-jauh ke luar negri gak sia-sia Ko" Sahut Yasa yang dibarengi anggukan setuju Bhumi disampingnya. Keduanya lalu mengikuti langkah Hao dibelakangnya.

Hao tiba-tiba teringat sesuatu, lalu berhenti berjalan.

"Raky gak dibangunin?" Tanya Hao heran.

Ia ingat teman Guin yang tiba-tiba ikut pindah bersama mereka itu, kebetulan kamarnya bertetangga dengan ketiganya di lantai 2. Tapi, Hao saat ini tidak melihat batang hidungnya, masih tidur atau sudah turun ke bawah? pikirnya.

"Ko Hao ini gimana sih! Ko Iky itu Kristen, jadi gak sahur lah" Sinis Yasa, dibarengi tatapan yang seolah memandang Hao sebagai orang aneh.

"Masa gitu aja gak tau!" Lanjutnya.

Hao mencerna perkataan bocah SMA itu, lalu tiba-tiba emosinya naik lagi.

"LAH GUA JUGA GAK SAHUR!!"

"Apasih. Koko Hao kok marah-marah. Padahal lagi puasa, setan kan udah diiket, kok bisa masih marah juga?" Kata Yasa.

"Kayaknya karena Ko Hao kafir deh Bang, jadi setan Ko Hao gak diiket" Lanjutnya mangut-mangut.

Bhumi menggeleng-gelengkan kepala, Yasa benar-benar memacing singa Hao keluar. Bhumi buru-buru mengalihkan keadaan setelah melihat gelagat Hao yang ingin melancarkan aksi marah-marahnya. Kalau ini kartun, sudah pasti lubang hidung dan telinga Hao akan keluar asap.

"Lupa Ko, besok nggak lagi kok! Yuk, turun aja. Bantuin Kak Dewa di dapur" Tukasnya cepat.

Hao melirik keduanya sebal, lalu berjalan cepat menuju tangga penuh emosi, menghiraukan keduanya, terutama Yasa yang ingin turun bersama.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 26, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Rose PetalsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang