2: Numpang makan

79 9 0
                                    

Raky menatap jengah remaja di depannya yang apesnya adalah sahabatnya, yang mana Guin sedang numpang makan di rumahnya dan kebetulan sudah makan piring keempat.

Tadi setelah menunggu Guin datang di kamarnya, Raky tidak mendapati lelaki itu datang-datang, alhasil dia sedikit lega karena Guin tidak akan merecoki istirahatnya. Karena biasanya, orang itu akan langsung menyerobot pintu kamar Raky dan mengacaukan tempat tidur miliknya yang lebih sering rapi jika tidak ada Guin.

Alhasil, saat Raky turun ke lantai satu menuju dapur untuk mengambil jus jeruk, dia menemukan si biang kerok sedang asik numpang makan, sekaligus menyusahkan Pak Ari tukang masak alias chef di rumahnya. Mana bawa perintilan segala, aka Bhumi dan Yasa.

Raky menuangkan jus jeruk, lalu meminumnya hingga tandas. Menenangkan diri sebelum Guin betingkah, yang Raky yakini akan terjadi.

"Tuangin buat gua juga dong ky!" Sahut Guin tiba-tiba.

Raky mendengus sebal, meski tak ayal dia tetap menuangkannya pada gelas yang disodorkan Guin.

"Nih, sekalian punya Bhumi sama Yasa" Sahutnya lagi.

Raky menurut, menuangkan semua jus tersebut di gelas milik mereka.

"Makasi ko iki!" ucap Yasa senang.

"Hmn"

Sedangkan Bhumi, dia langsung menegak habis isinya dan lanjut memakan makanan dipiringnya.

"Makanan Pak Ari emang luar biasa, beda emang Bum makanan di rumah orang kaya" ujar Guin semangat disela-sela kegiatan mukbangnya.

"Asliii!"

"Gak usah cosplay jadi orang susah sii Win" Raky mendecak kesal.

Raky tahu betul ketiganya berasal dari keluarga berada, tentu saja, lagian sejak awal orangtua mereka kenal dan dekat juga di lingkungan sekolah elit. Kecuali bangkrut, seharusnya semuanya masih jadi orang kaya.

"Beda kyy, level kita itu beda. Dibanding elo, ya off couse gua ini sobat misqueen, ya gak Bum!" ujar Guin dengan menyebalkan.

"Hooh" Lagi-lagi Bhumi menanggapi seadanya karena fokus menghabiskan makanan di rumah Raky.

"Masalahnya lo bedua udah kayak gak makan 3 hari ya bangke!" Raky mendengus sebal.

"Alah, medit banget lo cina, itung-itung sedekah buat memperlancar rezeki" kata Guin sok bijak.

Raky malas menanggapi, lalu melirik Yasa yang juga sedang fokus makan puding mangga. Bocah yang kini sudah kelas satu SMA itu dari awal hanya makan dessert, katanya sih tadi sudah makan di rumah.

Lalu dia kembali melirik kesal ke arah Guin, bukannya pelit atau gimana, Raky memang sedang sebal saja dengan manusia satu ini sejak campur tangannya yang memaksa Raky ikut pindah bersama mereka.

"Tadi lo ngebet banget ngajak gua keluar, ini ada temennya padahal" kata Raky sambil menyenderkan tubuhnya di kursi.

"Justru karena lo nyuruh ke sini aja makanya gua ngajak mereka, kan lumayan makan gratis masakan Pak Ari lagi!" Sahutnya gembira.

"Malah nyusahin Pak Ari kan lo" Raky mendelik sebal.

"Lo bukan Pak Ari? Lagian sewot banget kek lagi datang bulan, operasi kelamin kah kemaren pas liburan ke Korea?" ujar Guin enteng.

"Fuck!"

"Aduh kasarnyaa" balas Guin dengan sangat menyebalkan.

"Udah ini kan ada temennya sana cabut abis ini, gua capek beberes. Pake acara pindah ngajak-ngajak siih elo!" Keluh Raky.

Rose PetalsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang