1

1.4K 93 1
                                    

"Tuan Zhui...." suara lembut itu mulai tidak sabar. "Sudah jam 7, Tuan.... anda ada rapat jam 7:30. Bagun Tuan Zhui...."

Sizhui yang baru tidur 2 jam lalu. Membuka matanya. "Oh... Jili... Kepalaku sangat pusing." keluh Sizhui.

Hua Jili yang sedang mengambil baju yang akan Sizhui kenakan nanti. Terburu-buru menaruhnya di pinggir ranjang. Dan ia sendiri mendekat. Menempelkan tangannya pada kening Sizhui. Tidak demam.

Sizhui menatap Jili yang sedang berpikir. Ia menyeringai tanpa Jili tahu.

Grep.

"Tuan Zhui...." Hua Jili mendadak kaku ketika tubuhnya ditarik ke dalam pelukan tuan mudanya.

"Diamlah Jili. Biarkan aku tidur lima belas menit lagi."

"Tapi...." Bagaimana ia bisa membantah perintah tuannya.

Bagi Hua Jili. Sosok Sizhui adalah pahlawannya, idolanya, tuan mudanya. Sejak ditolong oleh Sizhui, ia berjanji pada dirinya sendiri, ia akan mengabdi pada Sizhui.

Lima belas menit kemudian Sizhui melepaskan Jili.

"Owh... Punggungku terasa kaku." Gerutu Jili.

Sizhui sedang mandi dan Jili melanjutkan pekerjaannya. Menyiapkan baju dan perlengkapan untuk Sizhui bekerja hari ini.

Setelah selesai, ia keluar menuju dapur dimana Nyonya rumah sedang menyiapkan makanan. Xiao Zhan yang semakin cantik, Jili kagum dan iri.

"Pagi nyonya Zhan...."

"Oh Jili.... kemari, bantu aku siapkan bekal untuk Zhui."

Hua Jili mengangguk semangat. Ia membantu mengemas makanan ke dalam beberapa kotak bekal. Ada empat kotak bekal setiap harinya. Satu untuk tuan Wang Yibo, satu untuk Sizhui, yang lainnya untuk Xie Yun dan Wang Xiaoyi.

"Apa Sizhui sudah bangun?" tanya Xiao Zhan.

Hua Jili mengangguk. "Sudah nyonya... Tuan Zhui sedang mandi tadi."

"Jili.... bisakah kamu rubah panggilanmu itu? Aku lebih suka dipanggil Papa Zhan."

"Maaf nyonya saya tidak berani."

Xiao Zhan menghela nafas. "Ya ya... terserah kamu saja, bagaimana dengan pengobatan wajah kamu?"

Hua Jili terdiam dan menyentuh wajahnya yang terbilang mengerikan. Luka mengering di ujung matanya memanjang sampai ke dagu.

"Tuan Xie Yun bilang dia sedang menyiapkan obatnya."

Xiao Zhan mengangguk mengerti. Jika Xie Yun menyanggupi maka tidak akan ada masalah.

"Papa...."

Xiao Zhan menoleh dan melihat putrinya yang cantik sudah mandi.

"Xiaoyi.... cantik... Sudah siap sekolah?"

Wang Xiaoyi mengangguk. "Ya, hari ini Daddy janji mau antar Xiaoyi ke sekolah. Dimana Daddy?"

"Papa panggil Daddy kamu dulu ya." Xiao Zhan mengusap kepala Xiaoyi.

Awas kamu Wang Yibo, kalau kamu masih tidur!

Sizhui datang dengan pakaian yang rapih. "Pagi Xiaoyi." mencium sebelah pipi adik kesayangannya ini. Sizhui duduk di sebelahnya.

Hua Jili mengambilkan nasi dan lauk lalu meletakannya di depan Sizhui.

"Terimakasih." ucap Sizhui.

Hua Jili tersenyum senang.

Begitulah keseharian keluarga Wang di pagi hari.

----

Sampai di perusahaan, Yubin sudah berdiri menunggu di depan pintu.

"Pagi Zhui."

"Pagi om Yubin, bagaimana dengan jadwal hari ini."

"Pagi ini kita akan rapat dengan beberapa pimpinan cabang. Siang nanti ada janji makan siang dengan investor projek kita yang terbaru....." masih banyak lagi jadwal yang Yubin bacakan.

Hua Jili mengekor di belakang mereka. Tugasnya tidak banyak. Hanya mengurus keperluan Sizhui.

"Jili...." panggil Sizhui.

"Iya Tuan?"

"Kamu bisa langsung ke ruanganku. Aku dan Om Yubin akan ke ruang rapat sekarang."

Hua Jili mengangguk,
"Baik tuan Zhui."

----

Ketika Sizhui kembali ke ruangannya. Jili sedang tidur meringkuk di sofa.

"Ampun.... Maafkan Jili... Mama Papa."

Sizhui mengernyit dan mendekati Jili. Dia sering melihat Jili mimpi buruk, seperti saat ini.

"Jili... Bangun... Hey..." Sizhui mengusap pipi Jili yang terluka.

"Oh tuan Zhui..." Jili terbangun dengan nafas yang masih tidak teratur. Tangannya mengepal dan ada buliran keringat di dahinya.

"Kamu mimpi buruk lagi?" tanya Sizhui.

"Ya." Jili tidak berani mengangkat wajahnya.

Sizhui diam menatap Jili. Entah bagaimana caranya agar ia bisa menembus pertahanan yang Jili ciptakan. Sizhui tidak tahu.

"Kamu bisa cuci wajahmu, lalu buatkan aku kopi." Shizhui berjalan ke meja kerjanya.

Jili mengangkat wajahnya, menatap punggung Sizhui. Ingin sekali ia berlari meraihnya.

Menggelengkan segala pemikiran naifnya. Jili berdiri lalu ke kamar mandi untuk mencuci wajahnya sesuai perintah Sizhui. Dan tak lupa membuat kopi pesanan tuan muda Zhui.

Wang SizhuiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang