9

508 68 1
                                    

Hua Lian menatap sedih ke arah Jili yang saat ini duduk di sebelah Sizhui. Seolah takut dipisahkan.

Sizhui merangkul pinggang Jili. Setelah tadi dengan seenaknya mencium Jili di depan semua orang.

Xiao Zhan tersenyum malu melihat kelakuan anaknya.

Huacheng dan Wei Wuxian, Lan Wangji, sedang bicara berdua. Lebih tepatnya hanya Huacheng dan Wei Wuxian saja. Lan Wangji hanya mengikuti. Karena dia tidak mau melihat Wei Ying nya berduaan dengan lelaki semacam Huacheng.

"Aku rasa Jili adalah anakku dan Lian. Kalian bisa lihat dari wajah Jili, dia sedikit mirip dengan Lian." Meski saat ini wajah Jili sebagian masih terluka.

Wei Wuxian mengangguk mengerti.

Huacheng dan Hua Lian pernah punya anak. Dan anak mereka hilang ketika baru lahir. Kesehatan Hua Lian yang memang buruk dari awal, mereka tidak bisa punya anak lagi setelah itu.

"Kami sudah mencarinya begitu lama." Huacheng tidak pernah menyerah mencari anaknya. Apalagi anak itu adalah anak yang dikandung Hua Lian. Apapun tentang Hua Lian, Huacheng selalu menyukainya.

Wei Wuxian menepuk pundak Huacheng.

Lan Wangji berdeham.

Wei Wuxian meringis, suaminya ini benar-benar!

"Kita perlu tes DNA agar tidak perlu menebak Jili anakmu atau bukan."

Huacheng mengangguk. Itu memang akan dia lakukan.

"Karena itu, biarkan Jili tinggal di sini sampai tes DNA selesai."

"Baiklah aku akan bicara pada mereka."

"Terimakasih."

"Ya ya....aku senang kamu bisa bahagia dengan Lian. Ingat dulu ketika kamu merengek memintaku dan Wangji menjadi wali kamu untuk melamar HuaLian?"

Haucheng tertawa puas.

Ya itu dulu. Dia dan senior Wei ini berasal dari panti asuhan yang sama. Huacheng bahkan sudah menganggap Wei Wuxian seperti ibunya. Ketika ia kecil dulu, Wei Wuxian lah yang sering merawatnya.

HuaLian yang memang berasal dari keluarga bangsawan, tidak mudah Huacheng dapatkan. Itu perjuangan sulit. Menunggu waktu yang sangat lama sampai bisa mendapatkannya.

----

Meski berat dan enggan, Sizhui akhirnya mau dibujuk pulang.

Obat yang Xie Yun buat juga diserahkan pada Jili.

Keluarga Sizhui pergi menyisakan ketiga Hua Jili sendiri.

"Jili sayang...." Hua Lian memeluknya, betapa ia tidak sabar menunggu hasil tes DNA.

Huacheng mengundang dokter ke rumahnya, mengambil sample ketiganya.

"Apa aku...."

"Jangan merasa terbebani. Apapun hasilnya nanti, kamu tetap anakku, iya 'kan San Lang?"

Huacheng mengangguk. Ya apapun mau Lian nya, ia akan mewujudkannya.

---

Dua Hari tidaklah lama. Huacheng mendapatkan hasil tes mereka.

"San Lang.... Lihat....Jili anak kita!" tangis haru Hua Lian. 19 tahun mereka menunggu. 19 tahun penuh rasa sesal. 19 tahun dia selalu memikirkan anaknya yang entah makan apa, kedinginan atau tidak.

"Jili...." panggil Hua Lian.

Hua Jili masi mematung menerima kenyataan baru.

Dari kecil Jili hanya tahu ia anak dari keluarga Wen. Dia juga sering bertanya pada dirinya sendiru, kenapa orang tuanya tidak pernah mau menyayanginya. Jili selalu bersikap baik hanya demi ingin mendapat sedikit kasih sayang dariorang tuanya. Jili juga tidak pernah membenci ketika ia sendiri di siksa sampai ingin bunuh diri.

Dia...Hua Jili... selalu sendirian.

"Jili sayang, peluk Mama...."Hua Lian merentangkan tangannya.

"Ma....Mama...." Bibir Jili terasa kaku.

Jili punya mama. Mama Lian yang lembut.

"Mama hiks.... Jili.... rindu mama."

"Hm...Mama di sini sayang...bayiku yang malang."

Huacheng menyendu melihat keduanya.

"San Lang..." Hua Lian mengulurkan sebelah tangannya.

Huacheng mendekat dan merengkuh Hua Lian dan Jili dalam pelukan besarnya.

Mereka akhirnya berkumpul.

Wang SizhuiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang