16

655 65 3
                                    

Setelah liburannya yang mendadak itu.

Sizhui kembali ke kehidupan normalnya. Bekerja....kerja...dan kerja.

Pekerjaannya semakin menumpuk ketika asisten kesayangannya meminta cuti 1 bulan! Ya...Om Yubin, Sizhui tidak bisa menolaknya. Karena Yubin sudah sangat membantu.

Sizhui memarkir mobilnya di garasi rumah.

Hal yang paling membahagiakan untuk Sizhui adalah ia diperbolehkan pindah rumah oleh Papa Huacheng. Tentu saja setelah bujuk rayu dari Jili dan Mama Lian.

Suasana rumah begitu sepi. Mungkin Jili sudah tidur, karena saat ini sudah jam 1 dini hari.

Cklek.

Membuka kamar. Sizhui bisa melihat Jili meringkuk dengan selimut hangatnya.

Sizhui pelan melepas jas dan berganti pakaian.

"Zhui...." suara serak Jili memanggil.

"Apa aku membangunkanmu?" Sizhui yang sudah beberes, naik ke kasur, memeluk Jili.

Jili menyamankan dalam pelukan Sizhui. "Hm...jam berapa sekarang?" tanyanya masih dengan mata terpejam.

"Tidurlah, pagi masih jauh." Sizhui mencium puncak kepala Jili, mengusap-usap punggung Jili.

"Hm...Zhui..." Jili mendongak dan melihat wajah Sizhui.

"Ada apa hm?"

"Aku...."

Kruyuk....

Sizhui tertawa mendengar suara perut Jili.

"Ish....jangan diketawain." Jili menyembunyikan wajahnya ke dada Sizhui, tak lupa ia juga menggigit dada Sizhui, karena suaminya ini tak berhenti menertawakannya.

"Oke... Berhentilah menggigit. Kamu mau makan apa?"

"Apapun yang penting kamu yang  masak."

"Baiklah, kita lihat apa yang ada di dapur." Sizhui menangkup wajah Jili, menghujaninya dengan kecupan gemas di seluruh wajah. "Akhir-akhir ini kamu suka sekali makan."

"Apa kamu mulai tidak suka? Apa kamu pikir aku tambah gendut? Tidak menarik lagi?"

"Oh astaga.... Jili sayang..." Sizhui panik. Selain hobi Jili yang berubah, mood nya juga sering berubah-ubah. Sizhui pernah mendapati Jili menangis hanya karena tidak melihat Sizhui ketika bangun tidur.

"Ayo.... Bukankah kamu lapar? Mau aku masakin omlet atau sup hangat?"

Jili tersenyum. "Mau dua-duanya."

"Oke..."

-----

Sizhui berangkat ke kantor pagi. Matanya masih mengantuk!

Semalam setelah menemani Jili makan, dia juga harus menemani Jili menonton film di kamar.

"Pagi tuan Zhui...."

Sizhui menoleh, asistennya, Yubin menyapa dengan wajah segar.

"Sudah selesai liburannya?!"

"Hehe... sudah, terimakasih waktu dan bonusnya." Yubin tersenyum senang.

Sizhui melambaikan tangan, tidak perlu untuk berterimakasih padanya. "Bagaimana jadwal hari ini?"

"Hm... hanya ada satu jadwal makan siang penting dengan Tuan Huacheng, selain itu tidak ada."

Sizhui mengangguk. Lalu menghela nafas. "Karena kamu sudah berangkat, mulailah bekerja. Biarkan boss mu ini tidur dulu." Sizhui menyerahkan tas berisi laptopnya pada Yubin. Lalu ia pergi begitu saja.

"Huh....selalu seperti ini." keluh Yubin.

----

Sizhui datang ke restoran di salah satu hotel bintang lima.

Sampai di ruang VIP, sudah ada Huacheng dan Wei Wuxian.

"Nenek di sini?" jelas Sizhui heran. Ia hanya janji makan dengan Huacheng. Apalagi tidak ada sosok kakek Wangji.

"Duduk. Kita makan dulu." ucap Huacheng.

Sizhui patuh. Mereka makan dalam diam.
.
.
.

"Jadi... apa yang pegitu penting sampai memanggilku bahkan tanpa Lan Zhan?" Wei Wuxian menyesap minumannya. Ia menatap Huacheng yang sedari tadi masih diam.

"Yunxi gege menghubungiku.... Dia bilang ada beberapa penyusup yang berhasil masuk ke negara kita. Kemungkinan besar mereka adalah teroris."

Wei Wuxian mengangguk, "Jadi presiden kita itu takut membuat gaduh sampai meminta bantuanmu?"

"Betul sekali." Huacheng melirik Sizhui yang mengerutkan kening. "Kau punya pendapat?"

Sizhui mengangkat wajahnya, "Bagaimana bagian tentara keamanan?"

Huacheng tersenyum miring, "Tentu saja mereka sudah bergerak lebih dulu. Wang Yibo yang memimpin."

"Daddy Yibo?" Sizhui tahu Daddy nya mantan pimpinan khusus. "Apa Papa Zhan tahu?"

Wei Wuxian tertawa mendengar pertanyaan Sizhui. "Tentu saja Zhanzhan tahu. Anak itu tidak mungkin tidak tahu tentang suaminya."

"Jadi...." Huacheng menatap Wei Wuxian dan Sizhui bergantian. "Kemungkinan besar mereka akan menargetkan tempat-tempat ramai dan pusat perekonomian negara kita. Seperti kita tahu, sebagian besar perekonomian ada di tangan keluarga Wang dan milikku, Huacheng."

Wei Wuxian setuju apa yang dikatakan Huacheng.

"Dan.... Aku rasa dunia bawah yang terlihat damai sebenarnya masih saling terkoneksi, jika pimpinan mereka memanggil maka mereka pasti akan muncul."

"Hahahaa.... Jadi itu alasanmu memanggilku tanpa Lan Zhan?" Wei Wuxian tertawa.

"Tentu saja. Wangji gege pasti akan membunuhku jika membawamu kembali ke dunia gelap."

"Nenek Wei?" Sizhui membulat, ia tak tahu ternyata neneknya ini sungguh di luar ekspektasinya.

"Jelaskan situasinya lebih detail." Wei Wuxian menyipit menatap Huacheng.

Sizhui menatap ngeri melihat Wei Wuxian untuk pertama kali terlihat mengerikan. Aura yang keluar dari wajah seriusnya jelas membuatnya merinding.

"Di wilayah selatan sudah terjadi ledakan bom bunuh diri di sebuah pabrik kecil. Berita memang belum menyebar. Karena pemerintah, Yunxi gege, menahan berita agar tidak bocor."

Wei Wuxian mengepalkan tangannya, "Berapa banyak korban?"

"5 orang meninggal di tempat, dan dua orang terluka parah. Seharusnya Wang Yibo dan lainnya sedang ada di sana membereskan kekacauan." jelas Huacheng.

"Papa.... apa Papa punya foto para penyusup itu?" tanya Sizhui. "Aku bisa melacak mereka, dan akan mempermudah kerja para tentara kita."

"Cerdas seperti biasa." Huacheng tersenyum bangga. "Tapi kita harus pergi sekarang."

"Huh? Sekarang? Tidak pulang dulu?" Sizhui melihat Huacheng dan Wei Wuxian yang sudah berdiri.

"Situasi sekarang sudah sangat buruk. Semakin mengulur waktu akan semakin banyak korban." Wei Wuxian menatap cucu kesayangannya.

"Tapi...." Sizhui belum pamitan dengan Jili. Apalagi Jili akhir-akhir ini sering marah kalau Sizhui pulang terlambat.

"Aku sudah minta A Lian menemui Jili." Huacheng melirik Sizhui lalu berdecak kesal. "Berhentilah membuang waktu. Kita berangkat sekarang."

Sizhui menipiskan bibirnya berhenti protes. Lalu ia berjalan mengekori Huacheng.

"Hahahaa.... kau lucu sekali Zhui..." Wei Wuxian tertawa merangkul pundak cucunya itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 13 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Wang SizhuiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang