#04

100 8 0
                                    

Happy reading.



Pagi Sabtu yang harusnya di nikmati Harlen untuk bermalas-malasan dan bangun siang, tapi malah di kacaukan oleh Mamanya yang sekarang membuka seluruh gorden di kamarnya, hingga sinar matahari masuk melalui jendela dan mengganggu tidurnya.

"Alen bangun..ayo sarapan bareng"ucap Lania menggunjang tubuh putranya yang tergumpal dengan selimut

"Males"sahut Harlen suara khas bangun tidur

"Papa baru balik dari New York tadi pagi, masa gak mau nyambut Papa, setidaknya dengan sarapan bareng lah sayang"bujuk Lania sembari mengelus pucuk kepala Harlen yang terkeluar dari selimut

Harlen itu memang terkenal brandalan dengan aura dinginnya yang menakutkan, apa lagi dengan notabenya yang sebagai Ketua dari Tough Brave. Tapi Harlen tetap lah seorang anak laki-laki yang akan luluh dan bersikap penurut pada Mamanya.

"Sekalian katanya ada yang Papa mau bicarain sama Alen, serius katanya"lanjut Lania

"Sejak kapan ada hal yang lebih serius daripada bisnisnya buat Pak Tua itu"cibir Harlen

"Hei gak boleh gitu, Papa kan kerja juga buat kita Sayang"sela Lania menenangkan

"Kita udah kaya, Aku juga punya uang dari bisnis sendiri, Mama juga punya penghasilan dari butik, dan Mama bilang Papa kerja buat kita"kesalnya, lalu bangun dan menatap Mamanya

"Papa kerja kan juga karna Alen gak mau jalanin bisnis Papa, kalo Alen mau Papa gak terus pergi ke luar negri cuma buat perjalanan bisnis, Alen aja yang handle bisnis Papa"jelas Lania, agar Putranya tidak sepenuhnya menyalahkan Papanya, agar Putra semata wayangnya ini tau bahwa Dia juga salah atas Papanya yang jarang berada di rumah

Harlen terdiam sesaat mempertimbangkan ucapan Mamanya, setelah Ia pertimbangankan dengan baik. Ada benarnya juga ucapan Mamanya, mungkin setelah ini Ia akan mengalah dan mau menghandle beberapa bisnis Papanya, agar Papanya tidak terlalu si sibuk, dan memiliki lebih banyak waktu bersama keluarga seperti sebelumnya.

Jadi dulu Papa Harlen tidak sesibuk ini karna hanya punya satu atau dua bisnis, hingga Kakek dan Nenek Harlen meninggal dan karna Habin adalah anak tunggal, mengharuskan Papanya menghandle lebih dari empat bisnis warisan keluarganya sekaligus sendirian.

Habin juga sudah sempat beberapa kali menawarkan Harlen untuk mengelola, dan menghandle beberapa bisnisnya agar tidak terlalu sibuk, dan bisa membagi waktu. Tetapi di tolak Harlen dengan alasan, Dia mau memulai bisnisnya sendiri, Habin tidak marah melainkan bangga dan mendukung keinginan Putranya itu.

Tapi sekarang Harlen sedikit menyesal, dan merasa bersalah telah menolak permintaan Papanya untuk membantunya menghandle bisnis itu.

"Lima menit Aku turun"ucap Herlen datar, Mamanya yang mendengar itu tersenyum senang

"Oke, Mama Papa tunggu di bawah ya Sayang"ucap Lania lalu pergi dari kamar putranya, meninggalkan Harlen yang pergi ke kamar mandi untuk bersih bersih



"Morning"sapa Harlen singkat saat sampai di lantai dasar, lalu berjalan mendekat ke meja makan

"Morning juga Sayang"balas Lania

"Morning"sahut Habin

Setelahnya Harlen menarik satu kursi di seberang Mamanya yang bersebelahan dengan Papanya, lalu duduk dan langsung menyantap roti dengan selai coklat miliknya.

"Bagaimana bisnis Mu Harlen"ucap Habin memecah keheningan

"Akhir akhir ini sedikit menurun"jawab Harlen seadanya

"Masih belum tertarik membantu Papa menjalankan beberapa bisnis"tanya Habin

"Aku akan membantu, Aku berubah pikiran sekarang hanya karna kasihan pada Mu Pak Tua"sahut Harlen

karma [Hajeongwoo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang